[06] :: Pendekatan

484 77 29
                                    

Sepuluh siswa dari perwakilan ekskul basket yang baru saja selesai melakukan demo ekskul tadi beriringan kembali ke basecamp basket mereka.

"Az," terdengar seseorang memanggil Azkien.

Azkien menoleh dan mendapati Alvin tengah menatapnya aneh, "Paan?"

Alvin memicingkan matanya, "Lo aneh."

"Dateng-dateng ngatain gue aneh," Azkien berucap. "Mabok cireng lo?"

Alvin mendelik mendengar ucapan Azkien. Pasalnya cireng yang dimaksud Azkien adalah cireng yang dijual Bu Asih--salah satu pedagang di kantin--yang cireng buatannya itu sangat keras dan kelebihan minyak.

"Mendingan gue mati kelaperan dari pada makan cireng itu."

Azkien tergelak, "Ya lagian lo tiba-tiba ngatain gue aneh."

Alvin menggendikan bahunya acuh, "Gue berani taruhan, ada yang lo sembunyiin kan?"

Azkien mendengus, "Sok tau lo najis."

"Ngaku ae lo nyet," Alvin menjeda ucapannya. "Cara lo main basket tadi lebih ke luapin emosi, bukan sekedar main doang."

Azkien mematung. Ah sepertinya Azkien melupakan sesuatu. Bahwa Alvin adalah salah satu dari segelintir spesies laki-laki yang peka terhadap apapun.

== Reaction ==

"DENICA!" panggil seorang laki-laki.

Denica menoleh, kemudian tersenyum saat mengetahui yang memanggilnya itu Alidz, "Hai KaLidz."

Alidz terkekeh pelan, "Lo kok sendirian?"

"Gatau tuh Diandra ilang," gerutu Denica. "Padahal tadi gue masih liat dia di depan tukang somay."

Memang keadaan kantin sangat ramai. Tetapi Denica tidak menyangka keadaan kantin yang ramai dapat membuat Diandra menghilang layaknya ditelan bumi.

"Mungkin dia diculik?" gurau Alidz.

Denica mendelik, "Yakali."

"Taman yuk," ajak Alidz.

Denica mengangguk, "Boleh deh, daripada gue sendirian kayak jones banget."

Mereka berdua mulai berjalan menyusuri taman belakang sekolah.

"Gue mulai bertanya-tanya, sekolah ini punya banyak taman, tapi kenapa cuma taman belakang doang yang selalu sepi?"

Alidz mengangkat alis sebelah kirinya tinggi, "Lo enggak tau?"

"Tau apaan? Lo aja nggak ngomong gimana gue mau tau," jawab Denica sambil mencebik kesal.

Alidz terkekeh lagi. Entahlah, sepertinya berada di dekat Denica membuat Alidz gampang terkekeh.

"Menurut rumor yang beredar, taman ini pernah jadi tempat pembullyan. Dan korban bully-nya itu sampe meninggal. Katanya sih arwahnya penasaran gitu dan gentayangan bla bla bla, ala-ala film horor indonesia banget rumornya."

Denica melotot dan secara refleks mendekatkan tubuhnya kearah Alidz, "Se ... serius Kak?"

Alidz mengangguk mantap, "Duarius."

"Yang suaminya Donna Agnesia itu ya?"

"Itu Darius Ca," jawab Alidz sambil memutar bola matanya jengah.

Denica menyengir bodoh, "Oke back to topic. Rumor itu beneran atau cuma sekedar rumor?"

Alidz mengangkat bahunya acuh, "Kenyataannya, dua jalan tiga tahun gue sekolah disini, gue gak pernah liat yang begituan."

ReactionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang