IPA & IPS - 3

589K 22.8K 1.3K
                                    


Aldino masih di rumah sakit. Keadaannya sudah membaik dari sebelumnya namun Michelle belum menjenguknya, Michelle berencana untuk menjenguknya setelah pulang sekolah. Namun Michelle belum tahu mengapa Rifqi tiba-tiba menyerangnya. Munafik lo, kata-kata itu terus berterbangan di pikiran Michelle.

"Michelle Laurencia Hermawan!" panggil Pak Jaya, guru matematika atau bisa juga dibilang guru killer International High. Tatapannya begitu tajam mengarah ke Michelle.

"Ya, Pak?" sahut Michelle.

"Dari tadi saya panggil kamu! Tolong fokus ke pelajaran saya atau kamu gak menganggap pelajaran saya penting? Matematika pasti di pakai di masa depan," ucap Pak Jaya.

"Contohlah teman sekelasmu, Arin, dia selalu memperhatikan dan menganggap bahwa matematika itu penting, bisa kalian liat dari nilainya yang selalu sempurna." Pak Jaya memuji Arin.

Arin tersenyum bangga dengan dirinya sendiri, rasa sombonya sudah menyelimuti dirinya. Sedangkan yang lain bosan mendengar pujian dari Pak Jaya untuk Arin.

Bel pun akhirnya berbunyi, mereka semua langsung keluar kelas sebelum Pak Jaya keluar terlebih dahulu. Michelle pun begitu namun Pak Jaya tiba-tiba menahannya.

"Michelle, tolong bawakan ini ke kelas 12.IPS.3," pinta Pak Jaya sambil memberikan sebuah tas tenteng berisi kertas-kertas.

"Iya pak," ucap Michelle tanpa membantah.

Jarak di antara kelasnya dengan kelas IPS lumayan jauh. Memakan waktu sekitar sebelas menit kurang untuk berjalan menuju kelas tersebut. Mungkin kali ini Michelle tidak istirahat.

Koridor kelas IPS sangat ramai, semua orang berkumpul melingkar. Michelle menghampiri mereka karena rasa penasarannya yang mulai kambuh. Michelle menyerobot ke tengah untuk melihat apa yang terjadi. Michelle sempat kaget melihat Rifqi dan teman sekelasnya, Ardi.

"Pengecut lo! Tiga lawan satu, kalo mau tiga lawan tiga!" ucap Ardi sambil mendorong bahu Rifqi.

"Suka-suka gue dong, ini urusan gue sama Aldino, lo ngapain ikut campur? Masalah hidup lo udah kelar semua? Pikirin dulu tuh masalah pribadi lo!" ucap Rifqi tak mau kalah.

"Lo ngapain nyiksa Aldino kalo ujung-ujungnya lo juga yang bawa dia ke rumah sakit?" ucap Ardi pedas.

Emosi Rifqi sudah meledak, kupingnya juga kini sudah panas mendengar celotehan Ardi. Rifqi pun menonjok Ardi. Ardi pun membalasnya hingga menjadi pertengkaran di antara mereka. Penonton tidak bisa melerai mereka, penonton memutuskan untuk mundur, takut kena pukulan salah sasaran. Namun dengan nyalinya Michelle mendekati mereka.

"Rifqi!" teriak Michelle. Mereka pun berhenti bertengkar. Semua mata beralih ke Michelle yang tiba-tiba masuk.

"Kenapa lo nyerang temen gue?!" tanya Michelle kepada Rifqi dengan tatapan tajamnya. Muka ganteng Rifqi kini tertutup oleh luka-luka yang baru.

Rifqi mendekati Michelle hingga jarak mereka hanya lima sentimeter. Michelle manahan napasnya, kini tidak ada jarak di antara mereka.

"Bukan urusan lo," bisik Rifqi tepat di telinga Michelle. Lalu Rifqi menjauh dari Michelle. Dia menatap Ardi yang sudah terluka juga dengan mata tajamnya.

"Heh ada apa ini? Bubar-bubar," ucap Bu Naila, guru BK membubarkan para penonton. Kini hanya ada Rifqi, Ardi dan Michelle. Mereka bertiga pun dipanggil ke ruang BK.

"Rifqi dan Ardi lagi, Ibu bosen liat muka kalian, kalian bosen gak sih dipanggil ke ruangan Ibu mulu," ucap Bu Naila.

"Lumayan bu bisa mabal beberapa menit," ucap Rifqi asal.

IPA & IPS (TERBIT & SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang