Lidio masuk ke dalam kastil. Dia menghampiri seorang Pelayan yang sedang membersihkan debu pada sebuah guci."Permisi," kata Lidio. Sehingga Pelayan wanita itu menoleh padanya. Lidio melanjutkan, "di mana aku bisa menemui Darius atau Grey?"
Pelayan itu menatap Lidio bingung. Menganggap bahwa gadis berambut cokelat kemerahan itu tak sopan lantaran menyebut nama dua orang penting di Negeri Leuco tanpa menggunakan 'Tuan'. Pelayan itu berkata, "Aku tidak tahu di mana Tuan Grey saat ini. Tapi, aku yakin bahwa Tuan Darius sekarang berada di ruang pengobatan."
Lidio tersenyum, "Terima kasih," katanya. Dia bergegas menuju ruang pengobatan. Untung saja Lidio sudah tahu di mana letak ruangan itu, mengingat dia memang sudah pernah ke sana. Semenjak Lidio melakukan pelatihan bertarung bersama Moriz yang mengharuskan dirinya mondar-mandir ke kastil, Lidio mengalami peningkatan pesat. Lidio sudah tak pernah lagi tersesat di kastil Negeri Leuco yang sangat luas itu.
Lidio masuk ke dalam ruang pengobatan dan mendapati Darius sedang meracik ramuan obat dari dedaunan. Terdapat banyak jenis daun di dalam ruang pengobatan. Sehingga membuat ruangan itu memiliki aroma yang cukup menyengat rongga hidung bagi yang belum terbiasa berada di dalam ruang pengobatan tersebut. Seperti Lidio. Gadis itu harus menahan napas sesekali saat sudah tak tahan dengan aroma di dalam ruangan tersebut.
"Hai, Darius," sapa Lidio. Dia berjalan menghampiri kemudian duduk di samping pria bersenyuman lembut itu.
Darius menoleh lalu tersenyum pada Lidio, "Hai, Nona Lidio."
"Apa yang membuatmu tertarik meracik obat dari daun-daun seperti ini? Ini sangat membosankan," ujar Lidio. Gadis itu memegang satu-persatu dedaunan yang ada di atas meja. Dia tak bisa membayangkan betapa monotonnya hidup Darius yang hanya menghabiskan kesehariannya dengan duduk di kursi sambil meracik ramuan. Apakah punggung dan pinggulnya tidak keram?
"Aku tahu pekerjaan ini memang membosankan. Tapi, pekerjaan ini sangat mulia, Nona. Kita membuat obat untuk orang-orang yang membutuhkan. Mungkin jika ramuan obat tidak ada, sudah banyak orang di Negeri kami yang memiliki sakit parah, bahkan kehilangan nyawa. Seperti dirimu, Nona Lidio. Jika ramuan obatku tidak ada, luka di lengan kirimu sudah terinfeksi sehingga bisa saja kau sudah meninggal bebarapa hari yang lalu," kata Darius menjelaskan.
"Benar juga." Lidio manggut-manggut. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Darius tersenyum melihat tingkahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tiba-tiba Moriz datang. Pria itu berdiri di depan pintu. Pangeran dari Negeri Leuco itu cepat-cepat menuju ke ruang pengobatan saat di beritahu oleh Pelayan bahwa ada seorang gadis cantik yang datang ke kastil untuk mencari Darius dan Grey. Pangeran Moriz tentu saja langsung tahu bahwa gadis cantik yang di maksud oleh si Pelayan adalah Lidio. Moriz pun dengan mudah menebak bahwa saat ini pasti Lidio bersama Darius di ruang pengobatan. Mengingat tadi Moriz baru saja memberi perintah pada Grey untuk mengurus keperluan pribadinya di ruang pakaian.
Darius menunduk hormat pada Pangeran Moriz yang sedang melangkah masuk ke dalam ruangan.
Lidio tersenyum lebar, "Ah, kau datang, Moriz. Tadinya aku berencana menemuimu, tapi aku pikir kau pasti sedang sibuk."
"Tidak. Aku tidak sibuk. Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Moriz. Tatapannya begitu intens memandang Lidio.
"Bisakah aku meminjam seekor kuda? Aku ingin pergi bersama Zenas untuk mencari pasanganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Leuco
FantasyStella telah membuat kesepakatan dengan seorang pria tua yang bersedia menyembuhkan penyakit ibunya, tetapi dengan syarat bahwa ia bersedia di kirim ke dimensi lain untuk membebaskan seorang pangeran dari kutukannya. Di sana, Stella hidup dengan ide...