Pangeran Moriz mengacungkan pedang ke leher Lidio. Sehingga membuat Lidio mendengus frustasi untuk yang kesekian kalinya.Saat ini, Moriz sedang melatih Lidio untuk bertarung menggunakan pedang. Sudah dua hari mereka berlatih, tapi Lidio masih tetap saja sulit untuk mengalahkan Moriz, walau hanya sekali saja pun tak pernah bisa. Lidio memang sudah menguasai dasar-dasar menggunakan pedang, tapi jika untuk bertarung, tubuhnya masih sangat kaku.
Mereka berlatih di taman belakang kastil. Lahan yang luas serta pemandangan indah dari pepohonan rindang dan bunga-bunga yang bermekaran di musim semi menjadi tempat pilihan pertama Moriz untuk melakukan pelatihan pada Lidio. Gadis itu pun menyetujui pilihan Moriz. Terlebih udara segar yang ada di sini jarang dia jumpa di tempat asalnya.
"Begini saja kemampuanmu? Bagaimana bisa kau menaklukan pasanganmu dan ikut turnamen kalau kemampuanmu hanya seperti?" kata Pangeran Moriz dengan nada dingin. Terdengar seperti kesal pada Lidio.
Lidio menghela napas kasar.
Jauh di belakang mereka, Grey dan Darius sedang memerhatikan pertarungan. Grey berujar bersorak menyemangati Lidio, "Kau pasti bisa!"
Lidio meyakinkan dirinya dalam hati bahwa dia tidak boleh menyerah. Gadis itu kemudian merobek bagian bawah gaunnya sehingga memperlihatkan sedikit kaki putihnya yang jenjang.
Pangeran Moriz terkejut, "Apa yang kau lakukan?"
"Gaun sialan ini membuatku susah bergerak. Cepat. Lawan aku!" ujar Lidio tak sabar. Dia sudah mengacungkan pedang dan memasang kuda-kuda. Darius tertawa melihatnya. Sedangkan, Grey bersiul gembira. Sehingga pria itu mendapatkan tatapan kesal dari Pangeran Moriz.
Moriz mengacungkan pedang pula. Mereka pun bertarung. Bunyi gesekan pedang mereka yang begitu nyaring terdengar.
Pangeran Moriz mengacungkan pedang ke arah kepala Lidio, tapi dengan cepat Lidio menangkis. Lidio melakukan perlawanan dengan menendang kaki Pangeran Moriz, sehingga membuat pria itu tersandung dan jatuh ke tanah. Lidio mengacungkan pedangnya ke arah leher Moriz saat pria itu hendak bangkit.
Lidio menyeringai lebar, "Bagaimana, Moriz? Apa aku sudah bisa bertarung dengan baik?"
Pangeran Moriz berdehem lalu memindahkan pelan pedang Lidio dari lehernya. "Kau harus berlatih lebih banyak lagi," katanya. Dia bangkit dan membersihkan pakaiannya yang kotor. Pangeran Moriz kemudian melangkah pergi dan masuk ke dalam kastil.
Lidio memandang bingung kepergian Pangeran Moriz. Hanya itu reaksinya? Dia mengedikkan bahu tidak perduli. Dia berjalan menghampiri Grey dan Darius yang sedang tersenyum lebar ke arahnya.
"Kau hebat, Nona. Kau sangat cepat menguasai teknik pedang Pangeran Moriz. Bahkan kau sabar menghadapi sikap dinginnya." Darius tersenyum lembut seperti biasanya.
"Menurutku saat kau bertarung tadi, kau sangat seksi, Lidio," kata Grey menggoda.
Lidio mendengus kesal lalu menyeringai ke arah Grey, "Kau tahu mengapa aku berusaha keras berlatih bertarung? Karena itu. Aku sering di goda oleh pria-pria nakal sepertimu," Lidio mengacungkan pedang ke arah Grey, "bertarunglah denganku, Grey," lanjutnya.
Grey ikut menyeringai, "Tentu saja, Nona," dan mereka pun bertarung. Darius yang menyaksikan pertarungan mereka hanya bisa menghela napas lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Leuco
FantasyStella telah membuat kesepakatan dengan seorang pria tua yang bersedia menyembuhkan penyakit ibunya, tetapi dengan syarat bahwa ia bersedia di kirim ke dimensi lain untuk membebaskan seorang pangeran dari kutukannya. Di sana, Stella hidup dengan ide...