Chapter 5: Partner?

70.8K 8.4K 740
                                    


"Katakan pada Pangeran datarmu itu, Grey, aku akan tetap tinggal di sini. Kalian tenang saja, aku tidak akan kabur lagi."

Grey menghela napas. Menghadapi sifat Lidio yang keras kepala membuatnya mengangguk pasrah. Gadis itu tetap pada pendiriannya yang tidak ingin kembali ke kastil bersama Grey. Bahkan Grey sudah membujuk Lidio lebih dari 3 jam. Zenas yang melihat mereka berdebat dalam waktu selama itu akhirnya tertidur pulas di kursi.

Sekarang mereka sedang berada di rumah Zenas.

Lidio tersenyum, "Kau tidak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini."

"Doakan. Semoga tidak terjadi apa-apa pada kepalaku," ujar Grey frustasi. Lidio memutar bola matanya.

"Kalau begitu, aku pergi. Hey Zenas, bangun!" Grey memukul bahu Zenas berulang kali, "aku ingin kembali ke kastil."

Zenas terbangun, "Hah? Oh, iya. Hati-hati, Grey. Sering-seringlah berkunjung ke sini," katanya.

"Tentu saja. Pangeran pasti akan sering menyuruhku ke rumahmu untuk mengunjungi Lidio."

Lidio mendengus.

"Aku pergi, ya!" Grey pamit pada Lidio dan Zenas. Pengabdi setia Pangeran Moriz itu keluar dari rumah Zenas, dan bergegas menuju kastil Leuco bersama kuda kesayangannya.

"Zenas, apakah ada sesuatu yang bisa di makan?" tanya Lidio.

"Astaga. Aku lupa. Maaf. Aku tak sempat memasak apa pun."

Lidio menggaruk pipi, juga terlihat memikirkan sesuatu, "Apa ada sesuatu yang bisa di masak?"

"Aku rasa hanya ada beras dan bumbu-bumbu dapur."

"Kalau begitu tunggu di sini. Aku akan memasak sesuatu untukmu dan Bibi Rose."

Senyuman manis Lidio terlihat mencurigakan bagi Zenas, "Jangan coba-coba untuk meracuniku!" katanya. Lidio hanya menanggapi dengan tertawa. Gadis itu kemudian masuk ke dalam dapur. Sehingga Zenas kembali duduk di kursi, hendak melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu.

Aroma masakan Lidio yang cukup menggoda hidung Zenas membuatnya terbangun dari tidur. Pria itu kemudian di kejutkan oleh suara piring yang Lidio letakkan di meja.

Zenas yang melihat masakan Lidio sontak memekik kegirangan, "Harum sekali, Lidio. Kau masak apa? Padahal bahan pokoknya cuma beras. Tidak mungkin ada nasi seharum ini," katanya. Melihat masakan Lidio, Zenas melongo. Di negerinya, bangsa Leuco, dia tidak pernah melihat masakan seperti itu. Masakan Lidio memang terlihat seperti nasi, namun nasi tersebut berwarna merah. Bukankah nasi berwarna putih?

"Ini namanya nasi goreng."

Zenas mengangkat piring berisi nasi goreng tersebut, lalu menghirup dalam aroma masakan itu, "Aku belum pernah melihat masakan seperti ini."

Lidio mulai memakan nasi goreng, "Ini masakan dari tempat asalku. Makan saja."

Zenas lantas melakukan hal serupa. Dia mulai memasukkan nasi goreng ke dalam mulut. Awalnya Zenas terlihat ragu, namun beberapa detik kemudian matanya berbinar, "Lezat sekali! Dari mana kau tahu aku menyukai makanan pedas?"

"Aku tidak tahu. Aku juga menyukai makanan pedas. Aku mencampur nasi ini dengan delapan puluh cabai," jawab Lidio. Rasa pedas yang seakan membakar lidah membuat wajahnya berkeringat.

"Delapan puluh? Itu sangat sedikit. Biasanya aku sampai seratus dua puluh cabai." Zenas pun sama halnya dengan Lidio. Bahkan wajahnya terlihat sedikit memerah menahan rasa pedas di lidah.

"Seleramu lumayan. Oh, ya. Di mana Bibi Rose?"

Zenas menyeka keringat di wajah, "Bibiku sedang bekerja. Mungkin dia akan pulang larut malam."

The LeucoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang