Ify's POV
'Kasian banget Kak Rio, sampe gak konsen kerja hari ini. Ya bagus deh bisa pulang duluan yang penting dia bisa istirahat...' gumamku. Kupandangi wajah pria yang sudah hampir 3 tahun bersamaku, matanya terpejam, terdengar dengkuran kecil dari napasnya. Senyumku terbentuk saat melihat betapa pulas dan tenang saat dia tidur, beristirahat dari masalah rumit yang dihadapinya akhir-akhir ini. Aku tidak habis pikir mengapa seorang anak muda yang punya kehidupan sesempurna ini masih bisa tertimpa masalah besar yang ia sendiri tak kuasa menghadapinya.
It was just a bad day, not a bad life.
Tapi itu tidak berlaku lagi untuk masalah yang dihadapi kekasihku ini, mungkin ini awal dari perubahan dalam hidupnya, pikirku.
Kulihat jam dinding sudah menunjukkan jam tiga sore, sudah hampir 3 jam dia tertidur...
"Kak Rio bangun kak...." kataku sambil menggoyang-goyangkan bahunya. Kuulangi sampai dia memberikan respon.
Dengan sedikit gerakan, akhirnya Kak Rio membuka matanya perlahan.
"Hei..." sapaku, "Udah jam 3 kak, udahan ya tidurnya, gue udah siapin makan nih...
Dengan badan yang masih lesu Kak Rio menatapku.
"Lo kok masih disini Fy? Gue udah tidur lama banget ya..." ujarnya sambil melihat jam didinding.
Aku mengangguk, "Iya kak, nih gue udah buatin sup ayam buat lo, ...."
Ka Rio memperhatikan gerak-gerikku mengambil semangkuk sup ayam untuknya.
"Beneran lo yang bikin? Jangan-jangan Bik Inah yang bikin.." ledeknya
"Iyalah gue, pake gak percaya lagi..."
"Iya iya percaya..." jawab Rio terkekeh. "Suapin dong..."
Dengan tersenyum kuambil sesendok sup ayam dan menyuapkannya ke Kak Rio.
***
"Makasih ya Fy udah nemenin hari ini, tapi lo repot banget jadinya..."
"Gak papa kak, gak repot kok. Kayak baru kenal aja..." balasku tersenyum. "Kak Rio istirahat aja besok gak usah kerja dulu ya ntar malah pingsan lagi..."
Kak Rio mengangguk.
"Kak, Ify pulang ya sekarang, kayaknya udah kesorean takutnya nanti lama dijalan macet."
"Ya udah gue anterin ya..."
"Eh gak usah... badan lo masih panas kak. Gue pulang naik taksi aja..."
"Gak papa Fy, masa lo naik taksi."
"Gak papa kak Rio... Ntar kalo lo anterin terus pusing lagi gimana. Gak papa beneran kok naik taksi aja..."
"Gak ah gak boleh. Biar gue suruh supir bokap aja anterin lo ya Fy. Gak boleh naik taksi sendiri."
Akupun menyerah dan mengikuti kemauan Kak Rio. Selama perjalanan pulang aku terus memikirkan nasibnya. Bagaimana setelah ini? Bagaimana nasib kak Rio setelah kepergian orang tuanya secara mendadak yang membuatnya marah dan sedih.
Seminggu lalu keadaan kak Rio sudah cukup buruk, dia kurang berkonsentrasi pada pekerjaannya di rumah sakit. Dia sering melamun memikirkan percekcokan antara kedua orang tuanya. Dokter Albert Haling jarang sekali di rumah sakit, membuat semua dokter bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Tidak jarang kak Rio mendengar bisik-bisik orang tentang keluarganya yang membuatnya risih.
Semua bermula pada ibunya yang tiba-tiba mendatangi kantor dokter utama dan melampiaskan kemarahan dengan tuduhan perselingkuhan atas dokter Albert. Setelah kejadian itu keadaan dirumah sakit menjadi tegang dan canggung. Semua dokter dan perawat sering bertanya-tanya apa yang terjadi. Padahal yang kami semua tahu keluarga ini begitu harmonis, begitu menjadi percontohan dalam kesuksesannya. Tidak hanya dikalangan dokter. Antara aku, Sivia, Alvin, dan kak Rio pun menjadi canggung. Kami yang biasa ceria menjadi ikut pendiam gara-gara masalah yang dihadapi kak Rio.