Ini merupakan kegiatan anak cowok yang mengganggu banget buat kaum hawa. Apalagi kalau sudah ada yang mendengar 'desahan' dari arah pojok yang dikrumbungin banyak laki-laki lainnya, tambah membuat indera pendengaran makin nggak normal. Ya begitulah, para lelaki memanfaatkan waktu free class nya.

Beda sekali dengan para perempuan disini. Ya, kalian pasti tahu. Nge-gosip, Nge-dandan, Nge-tawain ade kelas yang lewat, Nge-liatin pacar/ Nge-liatin gebetan,dan masih banyak 'Nge-nge' lainnya.

Aku, Lulu, Arsyi, Dera sedang asik membicarakan diri masing-masing. Entahlah kami sudah ngomongin tentang apa saja, tapi tidak pernah ada habisnya.

"Gue gak bakalan tidur nih, ya, kalau belum di bersihin. Karena kalau nggak, tuh, pasti kulit gue gatel-gatel." Ucap Arsyi.

"Gue tidur tinggal tidur. Beres-beres mah nanti pagi aja, malem waktunya gue tidur," Bantah Lulu.

"Yeh, lo kan emang jorok! Ewhh..." Saut Arsyi.

"Ah, pada bacot dah... laper nih gue. Kantin yok!"

"Gue ikut deh, laper juga. Eh Lulu, Arsyi ikut gak kalian?" Ujarku.

"Ikutttt...."

Dan setelah itu, aku dan yang lain menuju ke kantin. Tidak terlalu ramai, mungkin hanya anak kelas aku saja yang ada dikantin ini. Mengingat kelas kami sedang tidak ada gurunya. Tanpa basa-basi, kami semua langsung menyebar ke tempat makanan masing-masing. Aku ke bakso mang Aji, Dera ke siomay bu Minten, Lulu ke nasi goreng bang Iman, Dan Arsyi ke Mie ayam mang Dudung.

Setelah selesai memesan, kami semua duduk di satu meja bundar di pojok kantin. Tempat strategis yang jarang sekali kosong.

Menikmati makanan saat kelas lain masih belajar, adalah moment yang sangat bahagia. Melihat wajah mereka di dalam kelas yang sedang memperhatikan papan tulis, dengan raut yang kebingungan, sedangkan aku? Menikmati jam belajar dengan memakan bakso.

Oh dunia sungguh nikmatnya...

"Jeje... Gimana lo sama Raihan?" Yeah, Jeje adalah nama panggilan baruku. Ini diciptakan oleh Dera.

"Baik-baik aja, gak ada yang masalah." Jawabku enteng.

"Yakin, Jes? Kirain gue,"

"Kirain lo apaan, Lu? Mereka lagi berantem gitu! Ya, gak mungkin lah." Ucap Dera memotong ucapan Lulu.

"Dih, kok jadi lo yang sewot, kan gue cuman nebak, yeh,"

"Udah sih udah. Lo jarang banget akur deh, gue baik-baik aja sama Raihan. Kemarin dia ajak gue dinner." Jelasku.

"Asik, Wanita polos ini udah dinner-dinneran girls. Haha..." Canda Arsyi.

"Sialan lo pada." Balasku.

Aku memang sepolos apa sih dulu? Sampai-sampai mereka gak nyangka kalau aku bisa 'berpacaran'. Huhh, inilah efek jomblo terlalu lama. Ketika sudah pacaran gak ada yang percaya, sekalinya ada yang percaya, pasti dibilang 'hubungannya gak bakalan lama'.

Ngomong-ngomong hubungan aku dengan Raihan sebentar lagi menginjak dua bulan. Aku harus menyiapkan apa untuknya? Kado apa perlu? Aku rasa berlebihan. Tapi apa? Masa iya, aku tidak menyiapkan apapun. Itu tidak adil.

"Eh, besok gue mensiv ke dua bulan nih. Gue harus nyiapin apa?" Ucapku.

"Oh, iya, gue baru ingat." Arsyi menanggapi lebih dulu.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang