"Pagi, Ma, Pa." ucap Shania sambil mencium pipi Devan dan Ve.
"Pagi Shan, tumben bangun pagi banget?" tanya Devan.
Shania mengangguk. "Iya nih Pa, keinget tugas. Di kira belom selesai, ternyata udah beres semua." jawab Shania sambil mengambil satu potong roti tawar lalu mengolesnya dengan selai.
"Hari ini kamu di anter sama Hamids ya Shan?" ucap Ve.
Shania mengerutkan dahinya. "Lah? Kenapa? Dia kemana?"
Devan ikut mengerutkan dahinya. "Maksud 'dia' itu siapa?"
"Beby, dia belum mau panggil nama. Heran deh sama kamu Shan, sama dia udah 9 tahun lho." ucap Ve bingung.
Shania mengangkat bahunya acuh. "Gak biasa ma."
"Dan semalem dia keluar dari kamar kamu jam 3 malem. Mama tanya, ternyata dia abis selesian tugas kamu lho Shan." ucap Ve lagi. Shania tersedak. "Hah? Apa?"
"Iya, mama semalem tanya abis ngapain di kamar kamu jam 3 dini hari gitu. Dan ternyata ya gitu." jawab Ve sambil tersenyum.
"Shania, sampai kapan kamu kaya begini? Sampai kapan kamu gak serius belajarnya?" tanya Devan frustasi.
"Ya Pa, aku kan nggak ngerti." jawab Shania santai.
"Beby udah mau ajarin dia Van, tapi dia katanya batu. Di bilangin, galakan dia." ucap Ve. Shania menggeram. "Liat entar lo!! Ish!" batin Shania.
"Sampai kapan kamu keras kepala gitu Shan?" tanya Devan.
Shania mendengus lalu menggendong tasnya. "Aku mau berangkat. Mau kumpulin tugas." ucap Shania lalu keluar dari rumahnya mencari Hamids.
"Berani ngadu macem-macem dia? Haha, liat pembalasan gue!" ucap Shania sambil tersenyum sinis.
"Lho? Gracia?" tanya Shania. Graci mengangguk lalu membukakan pintu untuk Shania. "Kok, kok lo yang anter gue? Hamids kemana?"
Gracia tersenyum. "Hamids sama yang lain lagi meneliti peristiwa semalam Nona."
"Peristiwa semalam? Maksudnya?" tanya Shania mulai kepo.
"Mm, semalam butik Nyonya Ve di terror oleh orang yang tidak di kenal. Kacanya di pecahkan. Tepat pukul 3 pagi." jelas Gracia. Shania mengangguk-ngangguk paham.
"Jam 3? Eh dia ikut? Bukannya jam 3 dia baru selesai nerjain tugas gue? Gak tidur gitu?" batin Shania lalu ia menggeleng. "Ih, gak peduli. Mau tidur kek, nggak kek. Bodo amat lah."
"Nona, sudah sampai." ucap Gracia sambil membukakan pintu untuk Shania.
"Eh, iya."
"Nona, nanti saya jemput jam 3 di sini. Oke?" ucap Gracia. Shania mengangguk lalu masuk ke dalam sekolah sendiri untuk pertama kalinya.
"Rr, gak enak masuk sendirian! Gak enak jadi pusat perhatian!" gumam Shania pelan sambil menundukkan kepalanya karena sedari tadi para laki-laki bersiul bahkan menggoda Shania. Mereka tidak akan berani menggoda jika ada Beby di belakangnya, sekarang berbeda. Beby tidak ada dan Shania sendiri.
"Hai," sapa laki-laki jangkung mensejajarkan langkahnya dengan Shania.
Shania menoleh lalu sedikit mempercepat langkahnya. "Hey, cepet-cepet banget. Mm, gue Frans. Lo Shania kan?" ucap laki-laki jangkung yang bernama Frans itu sambil menjulurkan tangannya.
Shania menaikan sebelah alisnya. "Kenapa emang?" tanya Shania datar.
"Mm, cuma ajak kenalan doang kok." jawab Frans sambil tersenyum. Shania mengangguk lalu meninggalkan Frans yang masih tersenyum di sana.
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanfictionDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...