PAPA

1K 81 20
                                    

"pa! Kak Shania rusuh tuh!" aku berlari kecil menyusul Papa yang berjalan dengan Mama beberapa langkah di depan aku dan Kak Shania yang daritadi ribet mengeluarkan barang bawaan.

Kami baru saja turun dari mobil di parkiran sebuah rumah sakit. Hari ini aku dan keluargaku akan menengok teman Papa yang sakit. Tapi entah mengapa Kak Shania malah yang paling semangat untuk datang. Bahkan ia membawa banyak makanan untuk diberikan.

"bilang aja kamu mau ndusel-ndusel Papa kan?" kata Papa yang merangkul pundakku.

"ndusel mah bonus, Pa. Lagian Gre kangen sama Papa."

"hahahaha anak Papa yang manja ini udah besar ya ternyata," Papa mengacak-acak rambutku. "dulu kalo jalan Papa gandeng, sekarang udah bisa dirangkul." Lanjutnya.

"dasar lu tukang ngadu!" Kak Shania menyusul menyamakan langkah kaki Mama. Mama membantu membawakan kantung yang Kak Shania bawa.

Mama memang pendiam. Ia hanya senyam senyum saja melihat tingkah kami.

Sampai di kamar rawat temannya Papa, ternyata ada Kak Boby yang juga sedang menunggu Ayahnya bersama Bundanya. Oh, pantesan Kak Shania semangat banget.....capernya. pft

Selesai menjenguk, Papa lebih dulu ke parkiran untuk mengambil mobil. Katanya, Aku, Kak Shania dan Mama nunggu di lobby rumah sakit aja biar gak repot jalan jauh. Tapi berhubung aku lagi males deket-deket Kak Shania, jadi aku ikuti saja Papa ke parkiran.

"loh? kamu ngapain ngikutin Papa, Gre?" Papa menghentikan langkahnya yang terpaut beberapa meter di depanku.

"males, Pa. Kak Shania nyebelin." Kataku sambil berjalan mendekati Papa.

"jangan berantem terus sama Kakak kamu. Cuma dia yang kamu punya." Papa memegang kedua pundakku. "kalian berdua harus bisa bikin Mama bangga ya, jagain Mama juga. Kalian bertiga harus kuat. Papa gak pengen liat keluarga Papa nangis."

Aku gak tau maksud apa yang Papa bicarakan. Namun tubuhku reflek memeluk Papa. Ia balas memelukku juga. Rasanya hangat. Sangat hangat. Aku suka punggung Papa yang sangat nyaman dipeluk.

"Papa pergi dulu, ya. Inget loh, jangan berantem sama Shania mulu. Nama kamu kan ada Shania-nya juga. Hehe." Papa melepaskan pelukannya.

Aku masih diam mematung.

"udah sana, tunggu di lobby aja. Nanti papa ke sana." Papa tersenyum tulus. Perlahan ia berjalan menjauh dari tempatku berdiri.

"Papa!" ucapku berteriak.

Ia masih terus berjalan.

"Papa!"

Hanya punggungnya yang bisa kulihat. Papa terus berjalan sampai....

"Papa!"

Aku terbangun dari tidurku. Ternyata hanya mimpi.

"Papa....." ucapku lirih.

Astaga, aku memimpikan Papa. Sebegitu kangennya kah aku sama Papa? Mimpi itu terasa sangat nyata. Pelukan Papa dalam mimpi masih menghangatkan tubuhku yang hanya berbalut piyama saat ini. Tanapa kusadari air mata mengalir di pipi. Papa lagi apa ya di surga sana?

Papa adalah sosok Ayah terbaik dalam hidupku. Papa adalah seorang yang sangat menyayangi keluarganya. Papa hanya punya 3 cinta selama hidupnya. Yang pertama adalah kecintaanya kepada Tuhan-nya, kedua adalah kecintaannya kepada Mama, dan yang terakhir adalah kecintaanya kepada anak-anaknya.

Papa adalah seorang Arsitek, Kontraktor, dan Mantan pacar terbaik seorang Jessica Veranda, Mamaku. Tahun lalu Papa meninggalkan kami bertiga. Saat itu Papa sedang ada proyek pembangunan sebuah gedung di Paris. Dan kebetulan yang menyebalkan pun membuat kami bertiga lemas setengah mati saat berita kerusuhan di Paris dilaporkan dari salah satu stasiun tv swasta.

MidunWhere stories live. Discover now