Bab 29 ~Kabar Tak Mengenakkan~

1 1 0
                                    

Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.

⚠️gambar hanyalah ilustrasi yang digunakan demi mempermudah pembaca untuk membayangkan suatu objek dari suatu bagian cerita⚠️

°°°°°°°°°°

Bab 29/Kabar Tak Mengenakkan/

"Saat sesuatu itu masih ada, kenapa selalu di abaikan?"

Amira terbangun ketika cahaya matahari menembus melalui celah-celah gorden lalu menusuk tepat di kelopak matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amira terbangun ketika cahaya matahari menembus melalui celah-celah gorden lalu menusuk tepat di kelopak matanya.

Gadis itu sedikit mengerang sembari tangannya memegangi kepalanya yang terasa pusing. Matanya mengerjap beberapa kali demi memulihkan pandangannya yang sedikit kabur.

"Aku kenapa? Apa yang terjadi semalam?" tanyanya pada dirinya sendiri sebelum akhirnya, Vanya masuk dengan membawa segelas jus dan piring berisikan potongan buah pir.

"Lo udah bangun ya? Gimana? Lo baik-baik aja kan?" tanyanya.

"Van ... sebenarnya kemarin Gue kenapa?" tanya Amira dengan suara lirih.

"Gue nemuin lo lagi pingsan tadi di dalam kamar mandi. Terus, gue telfon dokter biar bisa cek keadaan Lo."

Amira mengangguk sembari memalingkan pandangannya ke arah lain.

'Tenang, aku bukan orang seperti Chelyn'

Kalimat itu tiba-tiba muncul dalam ingatan Amira, gadis itu mengerutkan alisnya sembari berpikir. "Nggak mungkin 'kan, kalau Vanya itu orang yang udah bikin gue pingsan di kamar mandi?" pikirnya dalam hati.

"Mir, kamu nggak papa kan? Jangan bengong hey!" Vanya mengetuk jidat Amira pelan.

"Van, Lo sama Chelyn, ada sesuatu di antara kalian?" tanya Amira yang kini mulai kembali menatap penuh pada Vanya.

Untuk beberapa saat Vanya hanya terdiam tanpa ingin memberi Amira sebuah jawaban.

"Van?"

"Iya, ada sesuatu diantara gue sama Chelyn."

"Dia yang udah rebut Papa dari gue dan Mama. Gue benci banget sama dia Mir," sambung Vanya.

Amira yang melihat dengan jelas bahwa mata dari gadis yang yang saat ini sedang ia ajak bicara mulai meneteskan air mata pun menjadi tak enak hati, Amira segera turun dari ranjang lalu memeluk tubuh Vanya seakan ingin gadis itu membagikan kesedihannya dengan Amira.

"Maaf Vanya, gue nggak bermaksud nyakitin perasaan Lo, sekali lagi gue minta maaf...."

Vanya membalas pelukan tulus Amira. "Nggak papa Mir, itu semua kenyataan dan kenyataan harus di terima kan? Gue lagi ada di fase tahap itu sekarang."

I'M NOT PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang