Bab 32. KECEWA

Mulai dari awal
                                    

Tetapi, Ayna terlihat seperti tak peduli dengan keberadaan Genta tadi. Perempuan itu kini berdiri di depan poster-poster boyband kesayangan Maggiera.

"K-kak. Mending besok aja ya kita bikin kimchinya." Maggiera berkata akhirnya. Agak ragu.

Ayna menoleh. "Kenapa? Bukannya bahan-bahan udah kita siapin semua, nggak ada yang salah, kan?"

Maggiera menarik nafas panjang. "Nggak apa-apa kok, gue rasanya, lagi pengen sendiri, Kak," katanya. Jujur, ia sedikit tak enak mengatakan itu, bukankah itu kesannya tak sopan? Tapi jika tidak, ia meski menjawab apa.

Ayna mengernyit. "Jadi ngusir nih ceritanya?" tanyanya diselingi tawa kecil.

"E-eh enggak, Kak. T-tapi, eh itu-"

"Udah nggak apa-apa, Kakak ngerti kok."

"Aduh, Kak. S-sorry, t-tapi-"

"Kalo kamu takut di rumah, pulang sama Kakak aja, ayo."

Apa maksudnya? Apa maksud Ayna?

"Udah ayo."

"Bentar, Kak. Maksudnya apa, ya?" Maggiera bertanya kebingungan.

Ayna tersenyum. "Nggak ada. Kalo kamu nggak mau, Kakak pulang dulu kalo gitu."

Perempuan itu sudah siapa beranjak sebelum Maggiera mencekal tangannya.

"Kakak kenal sama papa?"

Ayna kembali tersenyum. "Laksa tepatnya."

***

"Goblok!"

"Caper!"

Dina bersama antek-anteknya tertawa puas melihat Maggiera tersudut di ruangan dengan banyak bekas pukulan di tubuhnya.

Dina mendekat, memposisikan diri tepat di depan Maggiera, meraih dagunya dah-

"Gatel! Cuih!"

Shit!

Dina meludah tepat ke wajah Maggiera, setelahnya, ia menarik rambut Maggiera dengan kencang, membenturkannya sekali ke dinding.

Maggiera meringis, tangannya berusaha melepaskan pegangan Dina dari rambutnya. Sial, ia merasa deja vu dengan keadaannya saat ini. Bayangan saat Genta menyakitinya kini kembali dirasakannya. Sial!

"Makanya, jadi cewek jangan kegatelan." Seorang perempuan berambut pendek terlihat mendecih lalu melayangkan tatapan sinis padanya.

"Berani banget ambil Laksa dari gue."

PLAK!

Dina melayangkan tamparan. Lalu berdiri.

"Iket!" Ia memerintah teman-temannya yang sudah siap dengan tali tambang yang mereka dapatkan dari gudang sekolah.

Ketiga perempuan yang sama sekali tak Maggiera tau namanya itu segera menarik kursi, lalu memaksa Maggiera berdiri. Gadis yang kondisinya benar-benar buruk itu dengan terpaksa berdiri lalu didudukkan paksa pada kursi tadi. Dengan segera, ketiga teman Dina mengikat tangan Maggiera kebelakang.

"See? Gue atau lo yang kalah?" Dina tertawa.

Menarik dagu Maggiera, ia menatap netra hitam yang terlihat kuyu itu.

"Oh, iya. Kan lo yang menang, gue kan udah MANTAN." Dina kembali menampar pipi Maggiera membuat sang empu meringis. Rasanya ingin menangis, namun ia tak mau dicap lemah. Itu hanya akan membuat Dina dan teman-temannya senang dan semakin menjadi membullynya.

MAGGIERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang