Sha melangkahkan kaki dengan riang, pagi ini anak itu akan ikut Bi Winda ke pasar.
"Nek, Cha udah ciap" ucap anak itu menemui Bi Winda di dapur.
Bi Winda melihat penampilan Sha, anak itu sudah mandi, dan sudah berganti pakaian dari memakai piyama, sekarang mengenakan pakaian kasual, t-shirt berwarna maroon dari Chanel dengan celana pendek katun berwarna hitam dari merk yang sama, kakinya mengenakan sandal slip on berwarna hitam merk Adidas. Juga topi baret berwarna maroon di kepala, menambah kesan manis dan menggemaskan pada balita empat tahun itu.
"Ayo" Bi Winda menggandeng tangan Sha.
Saat langkah mereka sampai di ruang makan, William menghentikan langkah mereka dengan mengajak sarapan bersama.
"Bi Winda, Sha, ayo ikut sarapan bersama" ajak William, pria itu berjalan mendekati Sha.
"Selamat pagi anak Daddy"
William memberikan kecupan sayang di pipi Sha, membuat anak itu langsung menghusap bekas kecupan William di pipinya, Sha merasa risih. William yang melihat respon Sha atas kecupannya pada pipi anaknya itu hanya bisa tersenyum pahit. Lagi-lagi ia di tolak.
"Saya sama Sha tadi sudah sarapan Tuan, saya juga mau izin ke pasar, ingin membeli beberapa keperluan dapur Tuan" izin Bi Winda kepada majikannya yang sedari tadi hanya menatap Sha itu.
"Ah iya" William mengeluarkan dompet dari dalam saku jasnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah, lalu menyerahkannya pada Bi Winda.
"Sha mau ikut ke pasar?" Tanya William.
"Iya" jawab anak itu singkat.
"Kalo gitu gimana kalo Bi Winda belanjanya di mall saja?" Kata William mengusulkan tempat yang lebih nyaman untuk berbelanja.
Bi Winda menyeringit heran, tumben sekali Tuan William menyuruhnya belanja kebutuhan dapur di mall?
"Berlebihan banget sih mas, biasanya juga di pasar" Marva menyahut jengkel.
"Gak ada yang berlebihan Marva, Sha akan ikut, aku gak mau putra ku nanti kesusahan jalan kalo di pasar, bisa aja jalanan di pasar itu nanti basah, berlumpur, dan licin, terus nanti Sha jatuh karna terpeleset, aku gak mau putra ku terluka"
William berkata dengan membayangkan kondisi jalanan di pasar, membuat ia tak akan tenang membayangkan putranya berjalan diatas jalanan dengan kondisi becek.
Beryl, dan Azka cukup melongo mendengar perkataan panjang William.
"Daddy emang punya bukti, kalo Sha anak Daddy?, Sha itu tertukar sama Dayn saat bayi" tukas Azka.
"Hasil tes DNA akan keluar nanti siang, dan nanti siang kita akan kedatangan tamu, orang tua kandung Dayn" balas William.
Sha yang sudah muak mendengar ocehan William, segera menarik tangan Bi Winda.
"Ayoo Neek, kita pelgi, anti ketinggalan buc"
"Makcud Daddy apa? Olang tua Dayn kan Daddy dan Mommy, huuaaaa" tangisan Dayn menjadi backsound kepergian Bi Winda dan Sha.
Marva mencoba menenangkan Dayn, sedangkan Azka dan Beryl terdiam sebentar mendengar perkataan sang Ayah.
Tapi ketika mereka akan bertanya lebih lanjut, William sudah tidak lagi berada ditempatnya, karna pria itu pergi menyusul Bi Winda dan Sha.
"Mommy, maksud Daddy itu apa?" Tanya Beryl.
"Mommy juga gak tau" jawab Marva masih menghusap-husap punggung Dayn.
.
"Ndak Cha au naik buc, ukan naik mobil na uan becal" geleng Sha ribut saat William menyuruh ia dan Bi Winda masuk ke dalam mobil
"Naik mobil aja ya sayang" bujuk William.
"Udek ya? Ndak dengal Cha omong? Cha auu naik buc uan becal!"
"Oke kita naik bus, kita belanjanya di mall" William mengalah
"Ndak au ke mall, Cha au ke pacal beli ikan upang" William sedikit nge-lagg mendengar perkataan anaknya. Ikan upang?
Ah. Ikan cupang.
"Ikan cupang? Oke nanti kita beli di mall, di mall juga ada"
"Ndak auu, di mall acti mahal, uang Cha uman dua puluh yibu" kata Sha, Sha tau semua barang di mall itu mahal-mahal, makanya dia kalo ke mall ya cukup sama Papi Ghastanya saja.
"Kan pake uang Daddy belinya nak"
"Ndak auu, Cha ndak auu utang udi"
"Uang Daddy, uang Sha juga sayang"
"Wang uan wang uan, wang Cha wang Cha"
Shaquille menarik tangan Bi Winda dengan gerakan tergesa.
"Ayoo pelgi Neek" Bi Winda menatap sebentar pada sang majikan, membuat William akhirnya mengangguk terpaksa.
.
Sha masih kesal, hingga naik bus wajah Shaquille tetap tampak masam, ia tidak suka dengan perlakuan tiba-tiba Tuan besarnya itu.
Ada rasa sesak di dalam dada jika itu menyangkut tentang keluarga majikannya.
Sha lebih nyaman dengan sifat Tuan besarnya yang dulu, acuh, tidak peduli, dan angkuh padanya, tidak hangat serta SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) seperti sekarang. Tapi bukan berarti ia senang dengan perilaku semena-mena William dan keluarganya dulu.
Hanya saja ada perasaan kecewa yang menelusup dalam hatinya ketika William mencoba bersikap manis. Menghadirkan perasaan sesak yang menyakitkan.
Sekarang saja anak itu tengah mencoba menahan tangis.
"Sha masih marah?" Tanya Bi Winda hati-hati .
"Cha benci uan becal hiks...hiks" akhirnya tangisan itu keluar juga, diiringi dengan air mata yang juga mengalir, membasahi pipi.
"Neek, dicini cakit" lirih Sha dengan suara sesegukan, tangannya meremas dada. Seolah mengatakan dengan isyarat ada yang tidak beres di bagian sana.
"Gak papa sayang, udah ya jangan nangis" Bi Winda menghusap wajah anak itu menggunakan sapu tangan yang ia bawa di dalam tas kecilnya.
"Hiks....hiks..." Tangis Sha masih terdengar.
"Kalo masih nangis gak jadi beli ikan cupang" kata Bi Winda menakuti Sha, agar Sha tidak menangis lagi.
"Iya, Cha ndak angic lagi, beli ikan upang na ya Nek?" Sha menghusap wajahnya dengan gerakan buru-buru.
Bi Winda terkekeh kecil melihat kelakuan anak itu.
"Oke kita beli, karna Sha udah gak nangis lagi" Bi Winda menghusap puncak kepala Sha yang di lapisi topi baret.
"Makacih Nek, Cha cayang Neek"
Sha memeluk wanita tua itu dari samping dengan sayang.
"Nenek juga sayang sama Sha" balas Bi Winda sembari membalas pelukan balita empat tahun itu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Menjadi Balita [Shaquille]🐋
Short StorySky Shaquille dibenci keluarganya saat seseorang mengantarkan surat dari hasil tes DNA yang mengatakan Sha bukan anak kandung daddy dan mommy. Di usia 8 tahun Sha akhirnya meninggal karna penyakit malaria. Namun anehnya saat Sha yakin dirinya sudah...