33. APRICITY

792 57 3
                                    

"Sorry gue telat, macet banget," keluh Reylin sambil menjatuhkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi menyesal.

Chana menatap sahabatnya, kemudian alisnya menyerit tatkala kejadian melihat seorang perempuan asing yang menyusul di belakang Reylin.

"Dia Samira Alexander, model asal Indonesia yang debut di Amerika. Lo pasti tahu dia. Kebetulan Samira balik ke Indonesia karena ada kontrak kerja sama dengan perusahaan bokap lo," jelas Reylin saat melihat tatapan penasaran Chana.

"Ah, begitu," gumam Chana sembari menelisik penampilan Samira yang penuh dengan barang-barang branded. Gadis itu memiliki wajah perpaduan Amerika-Asia, alis tebal, dan tahi lalat kecil di atas bibirnya-persis seperti desas-desus yang pernah Chana dengar tentangnya

Samira tersenyum tipis, lalu menyodorkan tangannya ke arah Chana. "Senang akhirnya kita bisa berjumpa. Selama perjalanan, Reylin banyak cerita tentang lo."

Chana menyambut uluran tangan itu dengan senyum tak kalah anggun. Ia melirik Reylin. "Oh ya? Gue gak keberatan selama yang diceritain bukan hal buruk," ujarnya setengah bercanda.

Reylin terkekeh, berusaha mencairkan suasana. "Aman. Omong-omong, dia Chana alias cewe yang gue bilang punya hubungan spesial sama pewaris Shailendra."

Mata Samira menyipit, senyum tipis dan misterius muncul di wajahnya. "Anizhar Bryatta Shailendra? Wah, dunia sempit banget."

Nada suara Samira membuat Chana langsung curiga. Seolah-olah wanita itu menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar mengenal Anizhar. "Lo kenal Anizhar?" tanyanya dengan alis terangkat.

Samira mengangguk ringan, menyandarkan punggung ke kursi. "Kami berempat dulu teman dekat."

"Berempat?" ulang Chana dengan rasa ingin tahu.

Samira tersenyum kecil, pandangannya menerawang. "Gue, Anizhar, Varga... dan satu anak lagi perempuan."

Chana menyela dengan penasaran. "Anak perempuan? Siapa?" Selama dia menjalin kasih dengan Anizhar, Chana tidak pernah tahu ada hubungan seperti ini di masa lalu kekasihnya.

Samira mendengus pelan, sudut bibirnya terangkat sinis. "Perempuan caper dan rendahan yang jadi alasan utama hubungan kecil gue sama mereka hancur. Yah, dengan kata lain, dia bukan orang penting yang layak diingat."

Chana hanya diam, berusaha mencerna informasi tersebut. Ia tidak menyangka akan mendengar sesuatu seperti ini dari seseorang yang baru ia temui.

"Dari reaksi lo, Anizhar belum cerita?" tanya Samira sambil menarik salah satu sudut bibirnya. "Asal lo tahu, alasan utama Anizhar mulai berenang karena perempuan itu."

"Seriously? Bukannya renang memang hobinya? Chana lo yakin ga tahu tentang hal ini?!"

Chana menggeleng.

"Oh my gosh! I can't believe it, memangnya seberapa istimewa perempuan itu sampai bisa menjadi alasan Anizhar berenang?" tanya Reylin tanpa menyadari perubahan ekspresi Chana yang semakin gelap.

"Ah, tapi tenang aja. Perempuan itu sudah lama lenyap, dia hanya masa lalu kami berempat. Dan mungkin saja, alasan Anizhar sampai saat ini terus berenang adalah karena hobinya.

Reylin menggebrak meja kecil di hadapannya. "Kalau gitu, Chan, lo harus bikin Anizhar berhenti berenang. Gak adil kalau alasannya masih karena perempuan itu."

Brak!

Reylin menggebrak meja hingga menimbulkan suara gaduh. "Chan, lo harus buat Anizhar berhenti berenang untuk membuat cowo lu melupakan perempuan itu!"

Chana menghunuskan tatapan tajam ke Reylin. "Ga ada yang bisa menghentikan dia, bahkan Om Absena gak bisa." Kemudian pandangannya beralih pada Samira yang seolah tidak peduli. "Lagipula, gue ga bisa segampang itu percaya sama omongan dari seseorang yang baru gue kenal beberapa menit lalu. Bukankah begitu?" ujarnya sambil mengukir senyum tipis.

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang