Arin, 23 tahun, duduk dengan wajah serius di ruang sidang, ditemani oleh Dika dan Amri sebagai saksi. Rahmat juga hadir, menunjukkan dukungan kepada temannya. Semua mata tertuju pada hakim, menunggu keputusan yang akan mempengaruhi masa depan Arin.
Suasana di ruang sidang menjadi tegang. Tahanan lain yang duduk di belakang berteriak dan meledek Arin, menciptakan kebisingan yang tidak menyenangkan. Dika, Amri, dan Rahmat menatap mereka dengan serius, menunjukkan dukungan penuh kepada Arin yang tetap tenang menunggu keputusan hakim.
Hakim membentak keras, "Hadirin, silakan tenang! Sidang akan segera dimulai."
Pengacara Abimanyu, yang dipilih oleh Rahmat, berdiri dengan percaya diri, siap membela Arin. Abimanyu, yang sudah lama berpraktik, memiliki reputasi baik dan pengalaman luas. Dika dan Amri saling menatap, yakin bahwa Abimanyu akan membantu Arin keluar dari masalah ini.
Arin menatap pengacara Abimanyu dengan rasa heran dan penasaran. Dia tidak mengerti siapa yang memilihkan pengacara tersebut untuk membantunya. Matanya berkeliling ruangan, mencari jawaban. Akhirnya, dia menatap Rahmat yang tersenyum dan memberikan isyarat ringan, memberitahu bahwa dialah yang memilihkan pengacara tersebut.
Arin merasa bingung dan kesal, tidak mengerti mengapa Rahmat tiba-tiba bersikap baik kepadanya. Perasaan benci dan kesalahpahaman terus membesar di hatinya. Dia tidak menyadari bahwa Rahmat melakukan itu karena persahabatan dan kebaikan hati.
Sidang dimulai dengan serius. Hakim memimpin proses, meminta jaksa membacakan tuduhan terhadap Arin. Pengacara Abimanyu siap membelanya, sementara Dika dan Amri memperhatikan dari bangku penonton. Rahmat menatap Arin dengan ekspresi tenang dan mendukung. Suasana ruangan tegang, menunggu perkembangan selanjutnya.
Jaksa membacakan tuduhan dengan jelas dan tegas, menyebutkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Arin. Pengacara Abimanyu mendengarkan dengan teliti, siap memberikan pembelaan.
Kemudian, Abimanyu berdiri dan memulai pembelaan. "Yang Terhormat Hakim, kliennya tidak bersalah seperti yang dituduhkan. Kami memiliki bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan hal ini."
Rahmat, dan Dika menatap dengan tegang, menunggu perkembangan selanjutnya. Arin sendiri terlihat gelisah, namun berusaha tetap tenang.
Pengacara Abimanyu melanjutkan pembelaan dengan menyajikan bukti-bukti dan saksi-saksi yang mendukung klaim Arin. Jaksa melakukan kontra-argumen, mencoba mematahkan pembelaan Abimanyu.
Hakim kemudian meminta Arin untuk memberikan keterangan. Dengan suara gemetar, Arin menjelaskan versinya tentang kejadian tersebut. Pengacara Abimanyu membantu Arin menjawab pertanyaan hakim dan jaksa.
Sementara itu, Rahmat, Dika, dan Amri terus mendukung Arin dari bangku penonton, berharap keadilan akan terwujud.
Setelah Arin selesai memberikan keterangan, hakim meminta jaksa dan pengacara Abimanyu untuk menyampaikan kesimpulan. Kedua belah pihak menyampaikan argumen terakhir mereka.
Hakim kemudian memutuskan untuk mempertimbangkan keputusan, dan sidang ditunda selama 30 menit. Arin terlihat cemas, sementara Rahmat, Dika, dan Amri berusaha menenangkannya.
Setelah istirahat, hakim kembali dan membacakan keputusan: "Arin, Anda dinyatakan tidak bersalah!"
Ruangan meledak dalam sorak-sorai dan tepuk tangan. Rahmat, Dika, dan Amri merangkul Arin, bahagia dengan keputusan tersebut.
Arin melepaskan rangkulan Rahmat, Dika dan Amri, wajahnya terlihat kesal dan bingung. Dia tidak mengerti mengapa merasa tidak bahagia meskipun telah dibebaskan dari tuduhan. Matanya tertuju pada Rahmat, yang tersenyum bangga.
"Apa yang salah?" Rahmat bertanya, melihat ekspresi Arin.
Arin hanya menggelengkan kepala dan berjalan menjauh, meninggalkan yang lain dengan rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWARA THE SERIES (On Going)
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Ketika tiga pribadi berbeda-introvert, arogan, dan humoris-bersatu dalam persahabatan, perbedaan sifat dan agama tidak menjadi penghalang. Mereka malah menjadi tak terpisahkan. Hati yang indah kini jauh dari pandanganku. Aku menyesal...