22.} IUS

24 13 14
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

  ۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

{ 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡𝐮𝐦𝐦𝐚 𝐒𝐡𝐨𝐥𝐥𝐢 '𝐀𝐥𝐚 𝐒𝐚𝐲𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧𝐚 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐖𝐚'𝐚𝐥𝐚 𝐀𝐥𝐢 𝐒𝐚𝐲𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧𝐚 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 }

"kalau ini jalan yang terbaik saya
ikhlas menerimanya, mungkin
sudah Allah yang atur semuanya"
-Daffi Alfarizi Anggara-

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»

"Sini ayok rentangkan tangan mu," pinta ayahnya dengan nada tinggi sambil membawa cambuk yang sangat panjang.

Badan Sisil bergetar hebat air matanya terus mengalir deras di pipinya, Sisil sungguh takut cambukan itu mengenai tubuhnya, Sisil sudah pernah berkali-kali dicambuk tapi ia masih saja takut.

Cetar!

Bunyi cambuk ketikan ayahnya memberikan cambukan di belakang tubuhnya, sakit satu kata itulah yang Sisil bisa katakan.

Ketika ayahnya memberikan cambukan sekali lagi, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke rumah menghentikan ayahnya yang mau mencambuknya lagi.

"Stop!" ucap Daffi dengan nada tinggi, ia melihat Sisil yang terjatuh dilantai, sungguh Daffi tak tega sekali melihatnya.

Daffi langsung mendorong ayahnya Sisil menjauh dari hadapan Sisil,
"Anda adalah orang tua biadab!, teganya mencambuk anaknya sendiri, orang tua macam apa anda ini hah!" marah Daffi matanya berkilat tajam.

'Bagus ini yang saya mau,' batin ayahnya Sisil.

"Jangan ikut campur masalah saya!, kamu hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa!" bentak ayahnya Sisil.

Daffi tersenyum sinis lalu berkata, "Anda adalah seorang ayah, di mana seorang ayah memberikan cinta pertama anak perempuannya, tapi anda sebaliknya malah memberikan luka pertama untuk anak perempuannya,"

Ayah Sisil sedikit tertampar tapi egonya lebih tinggi daripada rasa bersalahnya,"jangan banyak bacot! Pergi dari sini!"

"Saya gak akan pergi jika anda masih mencambuk anak anda sendiri," ujar Daffi dengan nada dingin.

"Terserah saya mau apain dia karena dia anak saya, kamu siapa berani-beraninya bilang begitu," sinis ayahnya Sisil.

Daffi sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya Sisil, ia baru tahu bahwa ayahnya Sisil ini sangat keras kepala.

"Anda mau apa? bilang saja, tapi lepaskan dia jangan siksa dia terus," pinta Daffi.

Ayahnya Sisil tersenyum tipis, ini yang dia tunggu dari tadi, ia sengaja memancing emosi pemuda ini agar ia bilang begitu, jadi ia bisa meminta sesuatu yang sangat menguntungkan baginya.

"Yakin mau nurutin kemauan saya?" ejek ayahnya Sisil tak percaya.

"Bilang saja kalau bisa saya turutin,"

"Oke, Saya mau kamu kasih saya uang satu miliar," ucap Ayah Sisil santai, sedangkan Sisil yang mendengar ayahnya meminta uang sebanyak itu melototkan matanya.
"Ayah, Ayah apa-apaan sih! gak usah dikasih Kak," ujar Sisil menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya.

IMAM UNTUK SISIL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang