23

626 128 18
                                    


   Bima baru saja keluar setelah mandi sore tapi saat keluar dia justru melihat Zaki dan bang Nolan di teras.

"Wiihh enak banget nih sore sore ngopi yang satu makan" ujarnya ikut duduk di samping Nolan.

"Makan apa tuh ki" penasarannya membuat Zaki memperlihatkan piringnya.

"Nasi jagung tadi beli di warung depan" gumamnya.

"Beli sendiri atau di beliin nih?" Tanyanya.

"Beli sendiri lah, sekarang Zaki udah di jata sama bang Yoga, sehari 50.000 buat sekolah 20.000, sisanya terserah jadi masih ada" jelasnya.

"JANCOK HARIS AWAS KOEN!"

   mereka bertiga terkejut mendengar teriakan Revan dari belakang.

"Buat apa lagi tuh anak sampai tuh sumbu pendek kumat" gumam Nolan.

   Di belakang Revan masih menggedor gedor pintu belakang kosannya Haris.

"WOE HARIS, KELUAR GAK LU! GUE TAU YA LU SEMBUNYI!!" teriaknya sembari terus menggedor pintu kayu itu.

"Ada apa sih Van, teriak teriak" Marven keluar bahkan anak itu hanya menggunakan handuknya karena tadi dia sedang mandi.

"Ada apa sih" Yoga sendiri juga ikut penasaran dengan keributan di belakang.

  Tak lama pintu kayu itu terbuka Haris dengan takut takut menatap Revan yang sepertinya sudah berasap sambil memegang sapu.

"Kita bisa bicarakan baik baik oke" ujarnya namun Revan tetap menatapnya tajam.

"Gak ada yang baik baik, LU KALAU JEMUR BAJU YANG BENER DONG, TUH PAKAIAN GUE UDAH KERING YA, LU MALAH TEMPELIN BAJU BASAH LU!!" Marahnya sembari mengarahkan sapu yang dia pegang membuat Haris langsung bersembunyi di balik pintu.

"Satu baju kan? Oke nanti gue deh lipatin sumpah deh" ujarnya sembari terus menghindari pukulan dari Revan.

"Satu matamu hah! Tuh tiga baju gue basah lagi, tanggung jawab gak lu tanggung jawab" ujarnya berusaha memukul Haris dengan sapunya.

"Van, tenang, tarik nafas, istirahat oke, tenang rileks" gumam Marven sembari menghampiri Revan setelah dati dia mengambil asal sarung untuk dia pakai.

"Gue tanggung jawab nanti, suer deh, besok dah kering tih tiga baju" gumamnya.

"Awas lu kalau besok belum kering" ujarnya saat Marven terus mendorong nya agar kembali, masalahnya gak enak kalau ada yang denger warga komplek mereka.








   Malam harinya mereka seperti biasa berkumpul bersama menemani kedua anggota bungsu mereka terutama Zaki yang masih menyalin catatan milio Bima.

"Akhirnya selesai juga" dia merenggangkan ototnya yang kaku karena terlalu banyak menulis.

"Ki ikut gue yuk?" Chenle keluar sembari mengantongi dompetnya.

"Kemana?" Tanyanya sembari menatap Yoga.

"Jajan di perempatan depan, ada yang mau nitip gak bang? Oiya nanti kalau ada ojol nganterin makanan ambil aja itu dari mommy, ayo ki" ajaknya membuat Zaki segera membereskan bukunya.

"Gue ikut bentar mau beli batagor gue" ujar Nolan sekalian jagain dua bocil takutnya ngilang.

"Uangnya abis?" Tanya Yoga.

"Tinggal 10.000 bang" ujarnya merogoh saku celananya.

"Gak usah bawa duit ki nanti gue traktir, lu juga bang" ujar Bima membuat Zaki langsung tersenyum senang.




   Mereka bertiga membeli beberapa jajanan karena sudah ada makanan juga takut gak habis.

"Ki tunggu sini bentar, pegangin batagor gue, gue mau beli boba dulu" ujar Nolan langsung berlari begitu saja.

  Zaki hanya diam menatap beberapa makanan di tangannya, dia di tinggal sendiri sekarang.

  Tiba tiba ada mobil yang berhenti di depan Zaki namun Zaki tidak menggubris sama sekali karena itu juga tempat umum.

"Kamu namanya Zaki Ardian bukan?"

  Zaki sedikit terkejut menatap sekitarnya saat tiba-tiba orang dari dalam mobil itu keluar bahkan tau namanya.

   Bahkan Zaki sedikit mundur saat orang itu hendak menyentuh nya.

"Em em anda salah orang, saya bukan Zaki Ardian, iya anda salah orang" ujar Zaki berharap Bima dan bang Nolan cepat datang.

"Kami gugup berarti dugaan saya benar"

   Zaki semakin gelisah saat ini apalagi orang itu terus mendekat.

"ZAKI!"

  Zaki langsung menoleh menatap Bima yang baru saja berteriak.

  Orang tadi langsung pergi begitu saja ketika Bima dan Nolan sudah mendekat, namun dia sempat bersemirik sebelum masuk ke dalam mobil.

"Kok lu tiba-tiba pucet sih" ujar Bima membuat Nolan juga ikut menatap wajah Zaki.

"Lu oke kan ki?" Nolan jadi ikut khawatir.

"Em gak apa apa kok bang, itu itu tadi ada orang aneh" lirihnya Kembu Nolan dan bima langsung menatap sekitarnya.

"Mungkin orang gila, udah ayo pulang" ujar Nolan.








    Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Kos kosan bujangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang