Chapter 72: Perusak Lawan Penghancur

3 0 0
                                    

Fadli masih saja terus menghindari serangan dari Alvaro sambil menembakinya dari jauh. Sayangnya, semua peluru yang mengenai tangan Alvaro langsung hancur seketika. Tidak hanya peluru, bahkan semua sihir yang mengenai tangan Alvaro juga langsung hancur tanpa melukainya. Alvaro kemudian menempelkan kedua tangannya ke tanah, dan seluruh tanah yang ada di depan dia hingga tempat Fadli berada langsung membusuk dan runtuh. Untungnya Fadli dapat melompat dan menghindarinya.
Fadli:"cih, kemampuan itu benar benar merepotkan"
Sparda:'kamu harus mencari cara untuk menangani decay touch milik dia sebelum kamu bisa menyerangnya"
Fadli:"aku tau, aku sedang memikirkannya"
Sementara Fadli yang kebingungan untuk mencari cara melawan Alvaro, Alvaro hanya tersenyum kearahnya.

Alvaro:"¿Qué pasa héroe? ¿Eso es todo lo que tienes?"
Fadli mencoba untuk menembak Alvaro lagi, dan Alvaro dengan santainya menyiapkan tangannya untuk menghancurkan peluru yang menuju ke arahnya. Tapi ternyata Fadli tidak membidik ke arahnya melainkan peluru itu melesat menuju ke tanah di belakang Alvaro, dan secara seketika Fadli langsung berpindah ke belakang Alvaro dan dia langsung memotong salah satu lengan Alvaro.
Fadli:"Deja de llamarme héroe, no soy como ellos"
Fadli kemudian langsung menjauh setelah dia berhasil menebas lengan Alvaro, namun Alvaro dengan santainya berbalik ke arah Fadli sambil tertawa.
Alvaro:"Esto solo no será suficiente para derrotarme"

Alvaro mengambil lengannya yang telah terpotong lalu dia menyambung kembali lengan tersebut ke badannya.
Fadli:"jadi dia juga punya kemampuan regenerasi huh? Lawan kali ini benar benar sangat merepotkan"
Alvaro kemudian langsung kembali menyerang Fadli, sementara Fadli terus menyerang Alvaro jari kejauhan sambil mencoba untuk menghindari serangan dari Alvaro. Setelah cukup lama bertarung, Alvaro akhirnya menyadari kalau Fadli tidak bertarung menggunakan seluruh kekuatannya.
Alvaro:"Te reprimes héroe, ¿por qué?"
Fadli menahan diri karena dia tidak tau berapa banyak manna yang akan dibutuhkan oleh Nadia dan yang lainnya untuk mengalahkan iblis di tempat mereka, jadi dia tidak ingin menggunakan terlalu banyak kekuatannya.

Fadli:"No es asunto tuyo"
Alvaro:"Bueno, eso sólo significa que tengo que obligarte a luchar en serio"
Alvaro kembali meletakan kedua tangannya di atas tanah, namun kali ini muncul sebuah lingkaran sihir yang sangat besar di bawah dia.
Alvaro:"¡Vamos! ¡La tortuga del desastre, Aspido Syalon!"
Seekor kura kura batu raksasa kemudian muncul dari lingkaran sihir tersebut dan menghancurkan apapun yang di injaknya. Fadli menghela nafasnya dan dia langsung mengangkat pedangnya ke atas dan menyalurkan sihirnya ke langit. Tidak lama kemudian mulai muncul gemuruh petir di dalam rimbunnya awan
Fadli:"Kirin"

Seekor naga petir raksasa kemudian turun dari lautan awan dan langsung menyerang kura kura batu tersebut. Sementara naga dan kura kura raksasa tersebut bertarung, Alvaro kembali mencoba untuk menyerang Fadli. Tapi, Fadli masih saja menghindari semua serangan dari Alvaro dan hanya menyerang dari kejauhan. Setelah cukup lama bertarung, Fadli dapat membuat Alvaro kehilangan fokus akan kura kura raksasanya, dan Fadli dengan cepat langsung mengendalikan naga petir raksasa miliknya untuk melahap kura kura tersebut. Namun, ketika dia masih fokus untuk mengendalikan naga petir tersebut, Alvaro memanfaatkan hal tersebut untuk mendekat dan mencoba menyerang Fadli. Hasilnya, Fadli cukup terlambat menghindari serangan tersebut, dan sebagian jubahnya yang terkena serangan Alvaro langsung membusuk dan rontok.

Ketika Fadli dan Alvaro masih sibuk bertarung, Fadli tiba tiba merasakan kalau manna dia terserap cukup banyak, lalu mereka berdua merasakan sebuah guncangan yang cukup besar, dan dari kejauhan mereka dapat melihat Nadia yang telah menjadi raksasa cahaya sedang bertarung melawan seorang iblis raksasa. Setelah Nadia mengalahkan iblis itu, dan kembali ke wujud normalnya, Fadli langsung menghubunginya melalui telepati.
Fadli:'kamu menggunakan terlalu banyak manna untuk teknik barusan'
Nadia:'aku tau, aku tau, maaf, tapi paling tidak kami sudah berhasil mengalahkan semua iblis yang menyerang tempat ini, kami serahkan musuh yang disana kepadamu'
Nadia:'berhati hatilah dan cepatlah datang kesini'
Fadli:'siap'

Fadli berhenti mengirimkan manna miliknya ke Nadia dan yang lainnya, lalu dia tersenyum ke arah Alvaro.
Fadli:"¡Alvaro!"
Fadli:"Me acabas de pedir que use toda mi fuerza, ¿verdad? De acuerdo"
Fadli memperbaiki jubahnya yang rusak dengan sihirnya kemudian dia melesat ke arah Alvaro tanpa keraguan. Dia langsung mencoba untuk memukul wajah Alvaro, Alvaro dapat menahan pukulan Fadli menggunakan tangannya, namun tangan Fadli yang dia tahan tidak membusuk ataupun hancur, dan hal itu membuat Alvaro cukup terkejut. Sementara itu Fadli menambah kekuatannya hingga dia bisa memukul wajah Alvaro hingga membuat dia terlempar.

Alvaro yang terlempar menyibak mulutnya yang berdarah akibat pukulan tadi, lalu dia tertawa.
Alvaro:"¡Bien! ¡Bien! ¡Esto será muy divertido!"
Kali ini giliran Alvaro yang melesat ke arah Fadli dan menyerangnya. Alvaro langsung menggenggam lengan Fadli dan menambah kekuatan untuk decay touchnya sehingga lengan Fadli dapat membusuk dan rusak lebih cepat. Tapi, sihir pemulihan milik Fadli juga tidak kalah cepatnya sehingga tidak peduli seberapa kuat Alvaro mencoba untuk membusukan tubuhnya Fadli, tubuhnya Fadli akan terus menerus memulihkan diri dengan sendirinya tanpa henti. Pertarungan mereka berdua semakin lama menjadi semakin dahsyat bahkan hingga reruntuhan Rouen tempat mereka bertarung kini benar benar rata dengan tanah.

Alvaro kini telah sangat kelelahan karena bertarung dengan seluruh kemampuannya dalam waktu yang lama, bahkan luka luka yang dia dapatkan juga mulai berhenti beregenerasi, sementara Fadli masih terlihat baik baik saja.
Fadli:"¿Cansado ya?"
Alvaro tidak membalas pertanyaan dari Fadli dan hanya fokus dalam pertarungan, sementara Fadli yang masih baik baik saja akhirnya dapat menebas kedua lengan Alvaro kemudian dia langsung membakar kedua lengan tersebut supaya Alvaro tidak bisa memasang kembali lengannya. Alvaro yang sudah sangat kelelahan akhirnya berlutut dan Fadli menodongkan pedangnya ke leher Alvaro.
Fadli:"Tú pierdes, Alvaro"

Namun, bukannya takut atau marah, Alvaro hanya tertawa dengan lepas dan mengangguk.
Alvaro:"Sí, ésta es mi derrota"
Alavaro:"Fue un partido muy bueno"
Alvaro:"Antes de que me mates, ¿puedes decirme tu nombre?"
Fadli:"Me llamo Fadli"
Alvaro:"Muchas gracias Fadli, adiós"
Fadli:"Adiós, Alvaro"
Fadli kemudian langsung memenggal kepala Alvaro, dan Alvaro langsung mati seketika. Fadli kemudian menutup mata untuk memberi penghormatan terakhir kepada Alvaro.
Fadli:"Descanse en paz"
Fadli lalu mengubur tubuh Alvaro di bekas reruntuhan kota Rouen tempat pertarungan mereka, dan setelah Fadli menguburkan Alvaro, dia langsung berteleportasi ke tempat teman temannya berada, atau lebih tepatnya ke sebuah atap bangunan tempat Nadia yang duduk kelelahan.
Fadli:"kerja bagus, Nadia"
Dia langsung duduk di sebelah Nadia, dan Nadia langsung menyadarkan kepalanya ke pundak Fadli.
Nadia:"kamu juga"
Mereka berdua beristirahat dengan santai di atap bangunan tersebut dengan tenang tanpa memperdulikan teman teman mereka yang terus memperhatikan mereka dari bawah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reunion to Parallel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang