Selamat Hari Minggu, Sexy Readers,
IPAR ADALAH MAUT sudah tamat di Karyakarsa Belladonnatossici, ganti judul jadi IXOVANDER yaps. Tamat di 26 Bab.
Link-nya:
https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/ixovander-bab-21-26-tamat
Love,
💋 Bella 💋🔥🔥🔥
EVANDER'S POV
"Let's fuck." Ucapan sensual itu meluncur begitu saja dari bibir adik iparku.
Keningku mengernyit. Selama 21 tahun kami kenal, dia bersikap antipati padaku. Dulu setiap kali diajak Tante Rima, ibunya, main ke rumahku, pastilah Ixoye menangis tersedu-sedu minta pulang seperti melihat hantu. Selisih usia kami 15 tahun. Saat aku lulus kuliah, dia masih SD. Saat aku pulang membawa pacar-pacarku, Ixoye masih main balon. Dunia kami berbeda dan kami hampir tidak pernah bertegur sapa karena dia sudah takut duluan melihat sosokku.
"Sejak kapan kamu berani bicara begitu dengan saya?"
Ixoye mendekat, sengaja menempelkan dadanya ke dadaku. "Sejak semalam. Kontolmu enak, Mas. Entot aku lagi."
"Haus belaian hm?" Aku tersenyum sinis.
"Itu salah adik Mas. Semalam dia habis minta duit sama aku. Katanya buat party sama senior-seniornya yang pada liburan ke Jakarta. Brengsek!" Ixoye terlihat kesal. Dia meletakkan tote bag belanjaan di meja dapur lalu duduk di stool dengan kesal.
"Theo bukan orang yang suka party," belaku. "Saya kenal dia. Theo bukan anak gaul."
"Ya dia emang cupu, makanya aku pilih dia jadi suami. Tapi senior-seniornya itu loh!" Ixoye meremas serbet dengan geregetan.
Aku menarik stool di sampingnya, ikut duduk. "Seniornya pada minta uang?"
"He-eh." Ixoye tampak stres. "Bayangin deh, Mas, bulan kemarin aja aku habis 30 juta buat entertain senior-seniornya. Goblok banget kan Mas Theo itu bukannya nolak. Sampai temannya Mas Theo ada yang nekat pinjol loh buat menuhin permintaan dokter senior yang nggak ngotak itu. Aku mau beli Hermes yang udah aku pengenin dari lama sampai nahan-nahan diri."
"Kenapa kamu nggak pernah cerita?"
"Cerita ini? Sama Mas Evander?" Ixoye membuat ekspresi aneh. "Takut aku tuh sama Mas."
"Kalau takut kenapa berani minta di..."
"Dientot?" Ixoye tersenyum lebar. "Habis enak sih. Ngentot yuk."
Aku beranjak dari stool. Tidak boleh. Cukup sekali aku melakukan kesalahan. Bagaimanapun Theo adalah adikku. Bajingan sekali kalau aku mengkhianatinya di belakang.