16. Mendekap Lara

269 26 2
                                    


"Hidup Sam emang kayak senja yang indahnya cuma sebentar lalu diganti menjadi gelapnya malam"
~Samudra Anka~


•• SAMUDRA BERCERITA ••

    

Hari ini hari kepulangan dari keluarga Dewantara setelah melakukan liburan selama 3 hari, saat memasuki rumah hal pertama yang mereka lihat adalah rumah yang terlihat sepi dan gelap karena memang para pekerja baru akan kembali besok.
    
"Bi Minah tolong taruh ini di dapur ya"ucap Sonya menyerahkan beberapa bahan yang tadi sempat ia beli di supermarket saat perjalanan pulang.
    
"Baik nyonya"ucap Bi Minah kemudian pergi untuk melakukan apa yang di suruh sang nyonya.
    
"Astaghfirullah ADEN"teriak Bi Minah saat melihat samudra yang tergeletak di lantai dengan darah yang terlihat telah mengering di beberapa tempat.
    
"Aden, Aden kenapa?ucap Bi Minah sambil memangku kepala Samudra kemudian menepuk-nepuk pelan pundak pipi Samudra, ia sedikit panik kala melihat banyak darah yang berceceran meski terlihat sudah kering.
    
"Bi-bi, Bibi ud-ah pula-ng?"ucap Samudra hanya dengan menggerakkan bibirnya saja.
    
"Aden, Aden kenapa bisa gini?, bentar ya bibi panggilan Tuan sama Nyonya"ucap Bi Minah
    
"TUAN, TUAN, NYONYA, TOLONG"teriak Bi Minah sekuat tenaga, sedetik kemudian Stevanpun datang diikuti Sonya, ken dan juga Skala di belakangnya, dapat Bi Minah lihat ada raut wajah terkejut dan sedikit khawatir dari keempat orang tersebut ketika melihat tubuh lemah Samudra yang kini telah berlumuran darah yang mengering.
    
"Tuan tolong bawa Aden ke rumah sakit, Bibi takut Aden kenapa-kenapa"ucap Bi Minah dengan air mata yang mulai mengalir dari pelupuk matanya.
    
Stevan sempat terdiam kala melihat tubuh yang biasanya menjadi samsak kemarahannya kini hanya terkulai lemas dengan darah yang terlihat telah mengering dimana-mana.
    
"Kau bawa saja dia bersama Pak Rudi nanti akan ku kirim uang administrasinya"ucap Stevan setelah kembali dari keterkejutannya.
     
Bi Minah terdiam kala mendengar ucapan sang Tuan, sedangkan Samudra air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi, bahkan saat melihat keadaannya seperti inipun keluarganya tetap tak merasa prihatin sedikitpun.
    
"Bib-i Sam ga-k papa k-ok"ucap Samudra meyakinkan sang Bibi dengan air mata yang masih mengalir dari pelupuk matanya.
    
"Tidak perlu keras kepala, sudah cukup kau menyusahkan selama ini"ucap Stevan kemudian pergi meninggalkan Samudra diikuti sang istri dan kedua putranya.
    
"Bibi sa-kit"ucap Samudra dengan memukul dadanya yang terasa sesak.
    
"Aden tunggu bentar ya, biar Bibi panggilan Pak Rudi"ucap Bi Minah kemudian dengan cepat berlari untuk memanggil supir.
    
Setelah kejadian tadi sekarang Samudra tengah berbaring di kamar dengan beberapa alat yang menempel pada tubuhnya.
 

•• SAMUDRA BERCERITA ••

    

"Dokter"Samudra memegang tangan sang dokter yang tengah menanganinya.
    
"Ada apa?"tanya dokter pelan
    
Samudra menunjuk ke arah bolpoint dan juga kertas yang ada di meja naskah ruangannya.
    
"Kamu mau ngomong sesuatu?"tanya dokter yang di angguki oleh Samudra, Sang dokter kemudian memberikan bolpoint yang di minta oleh Samudra tadi.
   
"Dokter nanti jangan kasih tau Bibi soal penyakit Samudra ya?"tulis samudra
    
Sang Dokter mengernyitkan dahinya saat melihat apa yang di tulis oleh Samudra.
    
"Tapi keluarga kamu perlu mengetahui tentang penyakit kamu yang semakin parah ini"ucap Sang Dokter.

"Samudra bakal kasih tau mereka tapi nanti"tulis Samudra lagi sampai akhirnya sang Dokter pun menyetujui permintaan dari Samudra.

•• SAMUDRA BERCERITA ••

    

"Aden emang habis ngapain aja sih kok bisa Sampek kecapean kayak gini?"tanya Bi Minah sambil Menyuapi bubur yang tadi diberikan oleh seorang suster.
    
Setelah selesai  memeriksa Samudra tadi dokter keluar dan mengatakan kalo Samudra baik-baik saja dan hanya kecapean saja.
    
"Mungkin Sam kebanyakan belajar"ucap Samudra menyengir.
    
Bi Minah hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban dari Samudra, tapi ia bersyukur karena keadaan tuan mudanya baik-baik saja, meskipun ia sedikit kecewa akan respon dari sang Tuan tadi.
    
"Kenapa ngelamun?"tanya Samudra memegang tangan Bi Minah untuk menyadarkannya.
    
"Gak papa Aden butuh sesuatu?"
    
"Minum"
    
"Ini, Aden istirahat ya sekarang, Bibi harus pulang soalnya nyonya nyuruh Bibik buat pulang"ucap Bi Minah, dengan berat hati Samudra pun membiarkan sang Bibik untuk pulang ke rumah.
    
Malam harinya kini Samudra tengah berbaring sendirian di berangkat rumah sakit, dari pagi Sampai sekarang tak ada satupun keluarga yang menjenguknya atau bahkan sekedar mengirim pesan untuk menanyakan keadaannya.
    
Samudra menatap tubuhnya yang kini sudah terdapat beberapa lebam, berat badannya juga turun drastis dalam beberapa Minggu ini, Dokter menyarankan dirinya untuk kemoterapi, tapi jangankan untuk kemoterapi untuk membeli obat saja ia tak memiliki uang sepeserpun.
    
"Tetep gak ada yang berubah ya?"ucap Samudra sambil menatap ke arah pintu.




~notqueen_1~




SAMUDRA BERCERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang