Part 4

59 5 3
                                    

Ruangan itu kembali sunyi setelah Flora akhirnya tertidur, efek dari tangisannya yang panjang dan melelahkan. Sehingga saat ini Jessi dan Adel memutuskan untuk keluar dari ruang perawatan agar gadis itu bisa beristirahat dengan tenang.

Maka dua gadis itu mulai melangkah pelan keluar dari ruang perawatan, meninggalkan Flora yang kini tampak lebih damai tertidur di bawah selimut putih.

Di luar ruangan, Adel menghentikan langkahnya di dekat jendela koridor, menatap ke arah Jessi dengan sorot mata yang serius. "Ci Jess, gue mau ngomong," ucapnya dengan nada datar namun tegas.

Jessi mengangguk kecil, memasukkan tangannya ke saku jaket, mencoba bersiap untuk apa pun yang akan dikatakan oleh mantan juniornya itu, "gue dengerin."

Adel menarik napas dalam-dalam, lalu mulai bicara, "gue nggak tahu kenapa lo ada di sini. Tapi lo tahu kan, kondisi Flora sekarang jauh dari kata baik? Lo harusnya ngerti, dia nggak butuh tambahan masalah lagi. Kalau lo emang peduli, lo mungkin harus ngejauh dari dia, seenggaknya buat saat ini."

Jessi terdiam sejenak, menatap Adel dengan ekspresi yang sulit diartikan. Gadis berkulit pucat itu tahu apa yang Adel maksud -masa lalu mereka, hubungan yang harus selesai bahkan tanpa pernah memulai.

Tentu saja hal itu masih sangat membekas di antara mereka berdua, walaupun sejak Halloween event beberapa waktu yang lalu, semua perlahan membaik, meski sekarang harus berjarak lagi, tapi tetap saja Jessi tak bisa setuju dengan saran itu.

"Del, gue ngerti lo mau melindungi dia. Gue juga mau hal yang sama," jawab Jessi akhirnya, suaranya tenang namun penuh keteguhan, "tapi justru karena itu, gue nggak bisa pergi. Gue nggak mau dia ngerasa sendirian, apalagi sekarang."

Adel memutar bola matanya, jelas tak puas dengan jawaban itu, "ci Jess, ini bukan soal lo. Ini soal Flora. Dia lagi kacau, dia butuh waktu buat sembuh. Kalau lo ada di sini, itu bisa bikin semuanya tambah rumit."

Jessi menatap langsung ke mata Adel, menunjukkan ketulusan dalam suaranya. "Gue nggak mau nambah beban dia, Del. Justru gue pengen dia tahu, kalau di dunia ini masih ada orang yang sayang sama dia, yang bakal ada buat dia apa pun yang terjadi."

"Ci Jes-" belum selesai Adel bicara, tiba-tiba Jessi sudah lebih dulu memotongnya.

"Gue tahu gue pernah salah karena terlalu cupu dengan perasaan gue, sampe akhirnya Flora milih buat ngejalanin hubungan sama cowok kayak gitu, tapi gue nggak akan ulangin itu lagi Del," sela Jessi dengan tatapan yang penuh dengan keyakinan, "gue ngerasa ini waktu yang tepat buat gue memperjuangkan Flora lagi, karena gue masih cinta banget sama dia."

Adel menghela napas berat, menatap Jessi dengan campuran frustrasi dan pertimbangan, "terus gimana kalo lo nyakitin dia juga? Kalo lo gak ada bedanya sama cowok itu, gimana? kalo lo gagal buktiin omongan lo, apa konsekuensi yang bakalan lu terima?"

Jessi tersenyum tipis, meski sorot matanya penuh kesungguhan. "Kalau itu sampai kejadian, gue terima apa pun yang lo lakuin ke gue, Del. Gue tau lo bakal nggak tinggal diam."

Adel menyilangkan tangan di dadanya, menatap Jessi lama, seolah menilai apakah ia bisa mempercayai kata-kata seniornya itu. Hingga akhirnya, gadis manis iyu mengangguk kecil, "oke, gue bakal kasih lo kesempatan ini, ci Jess. Tapi ingat, kalau lo nyakitin Flora atau bahkan bikin dia nangis, gue nggak bakal diam. Gue bakal pastiin lo ngerasain hal yang lebih buruk dari apa yang dia rasain, karena lo."

Jessi mengangguk dengan mantap, "gue ngerti dan gue nggak akan ngecewain dia ataupun lo, sebagai sahabatnya.

Keduanya saling bertukar tatapan tegas, seolah membuat kesepakatan tak terucap. Walaupun mereka tahu situasi ini tidak mudah, tapi demi Flora, mereka rela menekan ego masing-masing.

Sesaat kemudian, Adel melangkah pergi lebih dulu, meninggalkan Jessi yang tetap berdiri di koridor, matanya kembali memandang pintu ruang perawatan.

Dalam hati, Jessi berjanji, apa pun yang terjadi, ia akan membuktikan bahwa perasaannya pada Flora jauh lebih besar daripada apapun. Iya, Jessi akan membuktikan hal itu.

***

Hai, terimakasih sudah membaca!

Jangan lupa untuk vote dan berikan komentar ya!

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang