55

11.1K 644 85
                                    

Happy Reading

Tandai jika ada typo!

"Mau apa lagi kalian?" Rachel menatap orang di depannya dengan tajam.

"Sayang, Papa minta maaf," ujar seseorang yang tak lain adalah Aron.

Rachel mendengkus, tatapannya berubah datar. Kedatangan Aron dan Ratna membuat moodnya seketika langsung turun. Entah apa yang membuat kedua orang tuanya itu repot-repot menemuinya.

"Rachel. Mama juga minta maaf, Nak. Mama tidak bermaksud untuk menyakiti hati kamu lagi," timpal Ratna.

Wanita itu menatap sendu putrinya yang terlihat tak peduli pada kehadirannya.

"Papa khilaf, Sayang. Papa terlalu kalut, sampai Papa gak sadar udah ngomong yang enggak-enggak sama kamu." Aron kembali berkata. Kali ini, pria itu mendekati Rachel, hendak meraih tangan putrinya, akan tetapi gadis itu langsung menghindar.

Fariz dan Nisa di belakang Rachel nampak menatap kedua orang tua Rachel dengan bingung, mereka tidak mengerti apa yang dimaksud Aron. Seusai sarapan tadi, kedua orang tua Rachel itu tiba-tiba mendatangi rumah mereka dan memaksa untuk bertemu dengan Rachel.

Sebenarnya ini bukanlah kali pertama Aron dan Ratna datang ke rumah Azriel untuk menemui Rachel. Beberapa hari yang lalu, keluarga Rachel itu dengan kompak datang, dan meminta maaf kepada Rachel.

Hanya saja, dulu Aron dan Ratna datang dan masuk ke dalam rumah. Sedangkan sekarang, mereka berdua hanya berada di depan pintu utama rumah. Dulu, Safiralah yang menjamu keduanya, dan sekarang wanita itu tidak ada. Safira pergi bersama Nando pagi-pagi sekali, karena akan ada rapat penting bersama rekan bisnis mereka.

"Mending kalian pergi. Aku gak mau lihat muka kalian lagi," usir Rachel dengan wajah datar.

Biarlah ia dicap tidak sopan, Rachel tidak peduli itu. Rasa sakit dan kecewa akibat ucapan kedua orang tuanya masih membekas di hatinya.

Tatapan Aron menyendu. Ia bisa melihat sorot benci dan kecewa di kedua manik putrinya saat menatap dirinya.

Ini semua salahnya. Salahnya yang begitu dengan mudahnya kembali menyakiti hati Rachel dengan kata-kata yang menyakitkan. Aron sadar, tidak seharusnya ia berkata demikian, tetapi pada saat itu ia sedang banyak pikiran. Mendengar penolakan Rachel malah membuat emosinya meledak.

"Papa minta maaf, Nak. Papa sama Mama gak bermaksud untuk nyakitin kamu," mohon Aron.

Rachel berdecih. "Gak bermaksud? Gak bermaksud apanya? Gak bermaksud ngatain anak sendiri murahan, iya? Orang tua mana yang dengan teganya ngomong kayak gitu sama anak sendiri?"

Ratna menggeleng. Kedua mata wanita itu tampak berkaca-kaca. "Sayang kami minta maaf."

"Papa sama Mama selalu aja minta maaf dan bilang kalau mau memperbaiki semuanya, tapi apa? Kalian selalu aja bohong! Setelah kalian mohon-mohon minta maaf sama aku, kalian kembali nyakitin aku. Bahkan yang kemarin belum aku maafin, tapi kalian udah bikin luka baru di hati aku.

"Mau Papa sama Mama apa, sih? Kenapa kalian hobi banget mainin perasaan aku kayak gini. Kalian pikir, dengan kalian yang minta maaf kayak gini ke aku, bakalan bikin aku lupa sama semua perbuatan kalian? Enggak!"

Rachel's Second Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang