Chapter 11

22.9K 1.1K 4
                                    

Keheningan melanda di dalam kamar yang luas itu. Keduanya terdiam cukup lama. Marcus yang masih memproses pernyataan Katryn. Merasa sedikit canggung, ternyata selama ini cewek itu diam diam suka sama dia.

Begitu juga dengan Katryn, diam menunggu respon Marcus. Dalam hati, berharap cowok itu percaya dengannya. Sungguh dia sangat membutuhkan cowok itu dalam misinya!

“Kenapa lo baru ngaku sekarang? Kenapa nggak dari dulu?” tanya Marcus memecahkan keheningan di antara mereka.

“Karna lo sukanya sama Olivia,” balas Katryn.

“Lo minta gue jadi pacar bohongan lo, terus sekarang lo ngaku lo suka sama gue? Niat lo apa sih sebenarnya?” tanya Marcus. Sungguh dia bingung.

"Ck! Sialan! Gimana gue mau jelasin ke dia sih," batin Katryn.

Sepertinya sekarang dia terjebak dalam permainannya sendiri. Pasti cowok itu mengira dia cewek nggak benar!

“Okay gini, Gue minta lo jadi pacar bohongan karena gue tau lo nggak akan setuju jadi pacar gue. Lo nggak akan bisa terima gue. Karena hati lo ada sama Olivia.”

“Dan gue mau lo jadi pacar bohongan gue, karena cuman lo yang bisa. Gue nggak bisa akting sama orang yang gue nggak suka. Lo ngerti ‘kan?”

“Lagian emang cuma lo yang bisa! Karena selain mereka berdua, cuma lo yang punya kuasa di sekolah,” jelas Katryn, berharap cowok itu bisa mengerti tanpa dia harus menjelaskan hal yang sebenarnya.

"Ayo dong, percaya sama omongan gue! Gue nggak tau harus gimana lagi jelasinnya!" Jeritnya dalam hati.

Marcus menatapnya curiga. Katryn mencoba senyum menyakinkan cowok itu.

“Okay! Gue percaya,” putus Marcus. Akhirnya Katryn bisa menarik nafas lega.

“Tapi nggak gratis. Harus ada bayarannya,” ucap Marcus tersenyum jail.

“ Okay deal, lo mau berapa?” tanya Katryn tersenyum senang.

“Gue ggak butuh uang! Uang gue banyak,” ucap Marcus menyombong.

“Yaaa, terus lo mau apa? Jangan minta aneh-aneh lo,” balas Katryn.

“Gue setuju, tapi lo nggak bisa ngebantah gue. Dan lo harus tetap sama gue kemana pun gue pergi. Kalau gue bolos, lo juga harus ikut. Pokoknya di mana ada gue, ada lo juga. _Deal?_ ” tanya Marcus tersenyum _smirk._

Katryn tercengang. Syarat macam apa itu?! Harus mengikuti cowok itu kemana-mana? Memangnya dia _bodyguard?!_

"Jangan-jangan dia mau jadiin gue babunya lagi," batin Katryn.

“Ta-tapi lo nggak akan pergi ke tempat-tempat yang... ya lo tau sendiri,” ucap Katryn tidak melanjutkan kata-katanya.

Marcus menaikkan satu alisnya. “Tempat apa?” tanya Marcus.

“Ya tempat yang kek gituan, tempat terlarang!” ucap Katryn ketus.

“Lo kira gue cowok apaan?” balas Marcus ketus melototkan matanya.

“Ta-tapi syarat lo kok gitu? Masa gue ikut bolos kalau lo bolos? Terus Amanda gimana dong? ‘Kan kasian dia,” balas Katryn.

“Setuju atau nggak?” tanya Marcus.

Katryn menggigit bawah bibirnya. Kemudian dengan ragu dia menganggukkan kepala.

“ Okay, gue setuju,” ucapnya pasrah.

Okay dalam hubungan ini, bukan cuma Katryn yang bisa mendapatkan keuntungan, tapi Marcus juga. Tapi apakah bisa Katryn (Alexa) bertahan?

“Good girl” ucap Marcus tersenyum tipis.

Dia berdiri.  “Gue pulang, ntar malam gue jemput. Malam ini gue balapan dan lo harus nonton gue,” ucapnya.

“Huh? Ta-tapi –”

“Shusss! Jangan ngebantah gue,” ucap Marcus.

“Tapi malam ini gue harus ngomong sama orang tua gue dulu, Marcus,”  balas Katryn.

“Balapannya jam 11. Gue jemput jam 10. Lo masih ada waktu buat ngomong sama mereka.”

“Tapi itu udah lewat, njir!” ucap Katryn melotokan matanya.

“Liat muka gue. Gue gak peduli. Lo udah setuju sama syarat gue. Dan lo harus turutin gue!” balas Marcus ketus.

“ Okay fine! Gue ikut!” ucap Katryn mengalah.

Ck, untung gue butuh lo. Kalau nggak, jangan harap gue turutin mau lo! gerutunya dalam hati.

“Gue pulang,” ucap Marcus lagi lalu keluar dari kamar cewek itu.

Katryn ikut berdiri dan mengantar cowok itu sampai ke pintu utama. Tiba di pintu utama, Marcus tiba-tiba berhenti sampai Katryn tidak sempat mengelak dan menabrak punggungnya.

“Aww! Lo kenapa sih tiba-tiba berhenti gitu?!” seru Katryn mengusap keningnya yang memerah.

"Punggungnya di buat dari apa sih? Keras banget," batinnya.

Marcus berbalik diam menatapnya, lalu mengulurkan tangannya. Katryn mengerutkan kening.

“Mau apa lo? Minta uang bensin?” beo Katryn.

“Ck! Gue nggak butuh uang lo,” balas Marcus berdecak.

“Terus lo mau apa?” tanyanya lagi bingung. Mau apa sih?

“Salim, bego!” ucap Marcus sekali lagi mengulurkan tangannya.

“Hah?” Katryn tercengo.

“Ayo, cepat,” ucap Marcus menggerakkan tangannya.

Katryn menyambut uluran tangan cowok itu. Namun sedikit gugup. Lalu dia menyalim tangan besar milik Marcus. Seketika mukanya bersemu merah.

"Apaan ini? Udah kayak pasutri aja njir!' jerit batinnya.

Marcus menahan senyuman begitu bibir mungil Katryn menyentuh punggung tangannya.

Katryn menaikkan pandangan dan melepaskan pegangannya. “Udah ‘kan?” tannyanya menatap cowok itu.

Marcus mengangguk. “Iya, gue duluan, ya,” pamitnya menuju ke motornya yang terparkir di depan teras.

Katryn tidak menjawab. Hanya diam terpaku di tempatnya menatap kepergian Marcus. Begitu cowok itu hilang dari pandangan, dia masuk lalu beranjak masuk ke kamar untuk membersihkan diri.

Marcus mengendarai motornya. Setelah cukup jauh dari kawasan rumah Katryn, dia menghentikan motornya di tepi jalan.

Marcus tersenyum mengingat kejadian tadi. Menatap punggung tangannya yang sempat di cium oleh cewek itu.

“Lucu banget sih,” gumamnya.

“Tapi kenapa gue ngerasa dia bukan Katryn. Dia beda banget. Katanya dia suka sama gue, tapi kok tatapannya beda.” Marcus mulai curiga.

“Tapi gue suka dia yang sekarang. Gue akan buat dia terus dekat sama gue,” ucapnya tersenyum kecil.

Iya, bukan tanpa alasan Marcus mengajukan syarat itu. Dia ingin selalu dekat dengan Katryn. Dia akan menjadi pelindung untuk Katryn. Tidak ada yang bisa menyakiti apa yang sudah menjadi miliknya! Tidak ada! Termasuk Olivia!

_________________________________________


Malam itu seperti yang Katryn janjikan. Dia akan meminta kepada orang tuanya untuk membatalkan pertunangannya dengan Alex. Itu adalah langkah pertamanya.

Dan di sinilah dia, bersama kedua orang tuanya. Setelah selesai makan malam, Katryn mengajak orang tuanya ke ruang tamu.

“Papa, Mama. Katryn mau ngomong hal yang sangat penting,” ucapnya memulai perbicaraan.

Brian dan Marian menatap anak tunggal mereka menunggu ucapan selanjutnya.

“Pa, Katryn minta maaf. Katryn nggak bisa melanjutkan pertunangan sama Alex,” ucapnya menunduk.

Tentu saja Brian terkejut. “Tapi kenapa, Sayang?” tanya Brian.

“Pa, kita berdua nggak saling cinta. Alex udah punya pacar, Pa. Dia dipaksa sama om Daniel buat terima perjodohan ini.”

“Katryn juga. Katryn nggak cinta sama dia. Gara-gara perjodohan ini, hubungan Katryn sama Alex jadi rusak. Dia jadi benci sama Katryn.”

“Papa, Mama, please , Katryn mohon batalkan pertunangan ini. Katryn cinta sama Marcus, Pa,” lirihnya.

“Katryn kamu tau ‘kan perjodohan itu terjadi atas dasar apa?” tanya Brian.

“Katryn tau, Pa. Tapi please jangan jadikan Katryn sebagai tumbal di sini. Apa Papa tega liat kehancuran anak Papa sendiri? Katryn nggak akan pernah bahagia kalau sama Alex, Pa.”

Saat ini, Katryn mencoba mengeluarkan bakat aktingnya. Dia harus menyakinkan orang tua Katryn untuk membatalkan pertunangan itu.

Terliat Brian menghela nafas berat. Sementara Marian, menatap sayu pada anak gadisnya.

“Pa, Katryn benar. Mama kasian sama anak kita. Biarkan dia cari kebahagiaannya sendiri, Pa.” Akhirnya Marian memihak padanya.

Dalam diam Katryn tersenyum. Dia berhasil membuat wanita itu memihak padanya.

“Ya, sudah. Papa akan coba bicarakan hal ini sama Daniel. Besok malam kita ke rumah mereka untuk membicarakan hal ini,” ucap Brian.

"Yes!" sorak Katryn dalam hati. Gadis dia hanya tersenyum menatap sang Papa.

“Sini, Sayang,” panggil Brian melebarkan kedua tangannya.

Katryn datang mendekat dan masuk ke dalam pelukan Papanya. Tiba-tiba dia merasa terharu. Dia (Alexa) tidak pernah merasakan pelukan hangat dari Papanya.

Dalam diam dia bersyukur, karna sebagai Katryn dia bisa mendapatkan itu. Hangat pelukan dari orang yang bergelar Papa dan Mama. Katryn mencoba menahan airmatanya yang hampir saja luruh.

“Papa minta maaf, Sayang. Papa udah ngambil keputusan sepihak tanpa memikirkan perasaan kamu. Maafin Papa, ya?” ucap Brian lembut.

Sungguh Brian mengira kedekatan Alex dan Katryn sebelumnya, tanda keduanya saling cinta. Tapi ternyata tidak. Dia sudah salah menilai semuanya.

Akhirnya runtuh juga pertahanan Katryn. Dia sebagai Alexa tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini dari Papanya. Setiap hari yang dia dapatkan hanya bentakan dan makian.

Katryn menangis semaunya dalam pelukan Brian. Sungguh inilah yang dia mau selama ini. Pelukan dan ucapan lembut dari seorang ayah. Yang tidak bisa dia dapatkan sebagai Alexa.

Tangisannya membuat Brian dan Marian bingung. Kenapa anak gadis mereka menangis sampai seperti itu?

“Sayang, hei? kamu kenapa?” tanya Marian menepuk lembut bahunya.

Katryn mengangkat wajahnya dan menatap Marian.  “Mama,” lirihnya.

Kemudian dia memeluk Marian dengan erat. “Katryn kangen, Ma. Katryn kangen,” ucapnya dengan tangis yang menderu.

“Shuushh, anak Mama kenapa jadi cengeng gini sih?” ucap Marian mengusap lembut punggungnya.

Sungguh Alexa tidak ingin bangun dari mimpinya, jika benar semua ini hanyalah mimpi. Dia ingin tinggal di dunia itu. Menikmati semua kebahagiaan yang tidak bisa dia dapatkan di dunianya.

Brian dan Marian hanya saling melempar tatapan bingung. Tidak tahu apa yang membuat anak gadis mereka tiba-tiba menjadi seperti itu.

“Katryn sayang, kamu ada masalah? Ayo cerita sama Papa dan Mama,” bujuk Brian.

Katryn melepaskan pelukannya, mengusap sisa air matanya. Kemudian dia menggeleng.

“Katryn nggak papa kok, Pa. Katryn cuma merasa senang dan bahagia terlahir sebagai anak Papa sama Mama,” ucapnya mellow.

“Makasih udah sayang sama Katryn,” ucapnya tulus.

“Ya ampun, kirain kenapa sampe nangis gitu. Tentu saja, Papa sama Mama sayang sama anak Mama,” celetuk Marian tertawa kecil.

“Kamu bikin Papa khawatir aja,” ucap Brian turut tertawa. Gemes melihat tingkah anak gadisnya.

“Hehehe,” Katryn menyengir.

“Katryn cuma nyoba bakat akting. Gimana akting Katryn keren ‘kan?” tanyanya menaik turunkan alis.

“Lho, Pa? Liat tuh anak kamu. Bisa-bisanya dia,” celetuk Marian.

“Anak Mama juga,” balas Brian.

Ruang tamu akhirnya penuh dengan gelak tawa keluarga yang bahagia itu.

Antagonist Badas Couple!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang