Leandre berdiri di depan barisan The Night Wolves, geng yang ia dirikan bertahun-tahun lalu dengan susah payah. Jaket hitam kebanggaannya, dihiasi logo serigala melolong, menjadi simbol kekuatan yang tak tergoyahkan. Di kedua tangannya, rantai baja melilit erat, senjata khasnya yang selalu menjadi momok bagi musuh-musuhnya. Anggota The Night Wolves berdiri di belakangnya, membentuk dinding kokoh yang siap menghadapi apa pun.
Di seberang mereka, Crimson Vultures berkumpul, dipimpin oleh sosok besar dan penuh intimidasi: Arkan. Mantan narapidana yang baru saja keluar dua tahun lalu itu membawa serta reputasinya yang brutal. Sejak bebas, Arkan langsung merebut kendali Crimson Vultures, memperluas wilayah mereka dengan taktik kekerasan dan ancaman. Namun, malam ini, mereka berdiri di depan pendiri The Night Wolves, geng yang tak pernah menyerah pada siapa pun.
Leandre memutar rantai di tangannya perlahan, menciptakan suara gesekan baja yang membuat suasana semakin tegang. Tatapannya lurus, tidak terganggu oleh ejekan atau ancaman dari Arkan maupun anak buahnya. Dia tahu, Arkan adalah tipe pria yang suka bermain dengan tekanan psikologis, tetapi Leandre sudah terlalu sering menghadapi situasi seperti ini.
"Lo, udah salah buat nantangin night wolvers!" bisik Leandre dalam hati yang membara.
Kemudian, Leandre memberikan kode kepada Vito dan anggota yang lain untuk maju. Di tangannya, sebuah tongkat kayu yang penuh dengan bekas goresan pertempuran sebelumnya. Dia berdiri di sisi Leandre, memberikan isyarat singkat dengan anggukan kepala kepada anggota lainnya. Seketika, anggota The Night Wolves mulai bergerak maju, mempersempit jarak antara mereka dan Crimson Vultures.
Serang!!!
Pertempuran meledak dengan keganasan yang hanya bisa ditemukan di jalanan yang dipenuhi dendam dan kehormatan. Anggota The Night Wolves dan Crimson Vultures saling menghantam tanpa ampun, menjadikan jalan malam itu sebagai arena pertempuran yang brutal. Suara rantai berdentang, tongkat kayu yang menghantam, dan teriakan perang menggema di udara.
Leandre bergerak seperti bayangan yang tak tersentuh, rantainya menghantam dengan presisi mematikan. Dia menangkap seorang anggota Crimson Vultures yang mencoba mendekat dari belakang, memutar rantainya dengan cepat dan menghantam kaki pria itu hingga terdengar bunyi patah. Pria itu jatuh ke tanah, mengerang kesakitan, namun Leandre tidak berhenti. Pandangannya terkunci pada Arkan, yang berdiri di tengah pertempuran tanpa bergerak, hanya mengawasi.
"Lo mau liat? Gue kasih lo tontonan," gumam Leandre dengan nada dingin, mengayunkan rantainya ke arah berikutnya.
Di sisi lain, Vito memimpin barisan anggota The Night Wolves dengan semangat membara. Tongkat kayunya berputar di udara, menghantam siapa pun yang berani mendekat. Ia bertarung dengan efisiensi dan ketepatan yang mencerminkan pelatihannya bertahun-tahun sebagai tangan kanan Leandre.
Namun, Arkan akhirnya melangkah maju. Tubuhnya yang besar seperti menara bergerak menembus kerumunan, dan setiap pukulan darinya terasa seperti palu godam. Dia mendekati Leandre perlahan, mengabaikan kekacauan di sekitarnya. Ketika jarak mereka hanya beberapa langkah, dia berhenti, menyeringai dengan seringai penuh ejekan.
"Jadi, ini pemimpin besar The Night Wolves?" katanya, suaranya dalam dan kasar. "Gue pikir lo bakal lebih... impresif."
Leandre tidak membalas dengan kata-kata. Sebaliknya, dia memutar rantainya sekali lagi, membuat suara berderak di udara. Langkahnya mantap, mendekati Arkan tanpa ragu.
Dua pemimpin itu akhirnya berhadapan, di tengah pertempuran yang kacau. Waktu seolah melambat ketika Leandre mengayunkan rantainya, sementara Arkan mengangkat lengannya, bersiap menerima serangan. Dentuman keras terdengar ketika rantai menghantam sesuatu—bukan Arkan, tapi tongkat logam yang tiba-tiba muncul di tangan raksasa itu.
"Lo pikir gue gak siap?" tanya Arkan sambil menyeringai.
Pertarungan sengit antara dua raja jalanan itu pun dimulai. Setiap pukulan, setiap gerakan, adalah pertarungan kehormatan dan kendali atas wilayah. Leandre tahu, kemenangan malam ini bukan hanya soal geng, tapi soal membuktikan bahwa The Night Wolves tidak akan pernah tunduk pada siapa pun.
Di kejauhan, suara sirene mulai terdengar, tanda bahwa polisi sedang menuju lokasi. Namun, tidak ada yang peduli—malam itu, pertarungan harus selesai, bagaimanapun caranya.
Leandre mengayunkan rantainya dengan kekuatan penuh, menciptakan desing di udara. Namun, Arkan dengan cekatan menghindar, tongkat logam di tangannya berputar dan menghantam rantai itu hingga melilit batang besi. Dengan satu tarikan kuat, Arkan mencoba menarik rantai dari tangan Leandre, tetapi pemimpin The Night Wolves lebih cerdik. Dia memutar tubuhnya, memanfaatkan momentum untuk melepaskan lilitan dan menyerang dengan cepat ke sisi tubuh Arkan.
Arkan terhuyung, tapi dia bukan pria yang mudah tumbang. Dia membalas dengan ayunan tongkat yang hampir menghantam kepala Leandre, hanya terhalang karena Leandre menunduk di detik terakhir. Mereka terus bertukar serangan, saling menguji kekuatan dan ketahanan. Suara dentang logam dan jeritan dari anggota geng lain menjadi latar belakang yang memacu adrenalin.
Sementara itu, Vito memimpin anggota The Night Wolves untuk melindungi barisan belakang. Mereka berhasil memukul mundur beberapa anggota Crimson Vultures, membuat jalur ke arah Leandre sedikit lebih aman.
"Kita harus bantu Leandre!" teriak Vito kepada dua anggota yang ada di dekatnya.
"Jangan! Gue yakin bos pasti bisa mengatasi itu sendiri" ucap Xeno yang tiba-tiba muncul dari belakang Vito.
Dia memandang Vito dan berkata dengan nada tegas, "Tugas kita sekarang adalah memastikan gak ada satu pun dari mereka yang berani ganggu duel itu. Bos tahu apa yang dia lakukan."
Vito menggeram pelan, masih merasa gelisah, tetapi dia mengangguk, mempercayai insting Xeno. "Baiklah. Kita fokus jaga perimeter!" serunya kepada anggota lainnya.
Di tengah keributan, Leandre dan Arkan terus saling bertukar pukulan. Nafas keduanya mulai berat, namun semangat tak sedikit pun mereda. Leandre menatap tajam, melihat celah kecil dalam pertahanan Arkan. Saat tongkat logam Arkan melesat ke arahnya, Leandre melompat ke samping, mengayunkan rantainya dengan gerakan melingkar. Kali ini, rantai itu berhasil membelit pergelangan tangan Arkan, mencengkeram erat seperti jebakan yang tak terhindarkan.
"Lo kuat, tapi lo gak cukup cerdas," ujar Leandre sambil menarik rantainya dengan kekuatan penuh. Arkan kehilangan keseimbangan dan jatuh berlutut, tongkat logamnya terlepas dari genggaman.
Leandre segera mendekat, mengarahkan ujung rantai ke leher Arkan, memperingatkan. "Ini malam lo kalah, Arkan. Crimson Vultures gak punya tempat di wilayah gue."
Namun, Arkan tidak menyerah begitu saja. Dia menyeringai meskipun rantai itu sudah dekat di lehernya. "Lo pikir ini selesai? Ini cuma awal, Leandre."
Sebelum Leandre sempat bereaksi, salah satu anggota Crimson Vultures menerobos pertahanan The Night Wolves dan melemparkan botol kaca yang menyala—Molotov! Api segera menjilat dinding di sekitar mereka, menciptakan kekacauan baru.
"Semua mundur!" teriak Vito, melihat api mulai menyebar.
Leandre melirik sekeliling, lalu kembali menatap Arkan yang memanfaatkan kekacauan itu untuk melarikan diri ke balik barisan anak buahnya. "Ini belum selesai, Leandre!" teriaknya sebelum menghilang di kegelapan.
Pertempuran berhenti tiba-tiba ketika api mulai menguasai area. Kedua geng, terpaksa mundur untuk menyelamatkan diri, meninggalkan tempat itu dalam keadaan berantakan.
Leandre berdiri di tengah jalan, memandang ke arah kepergian Arkan. Nafasnya masih berat, tapi matanya menyala dengan tekad. Dia tahu ini bukan akhir dari semuanya—perang ini baru saja dimulai.
Vito menghampiri, memegang pundaknya. "Kita menang malam ini, bos. Tapi apa selanjutnya?"
Leandre menatap langit malam yang mulai diterangi lampu sirene dari kejauhan. "Selanjutnya? Kita pastikan mereka tahu, The Night Wolves gak pernah mundur. Kita siap buat apa pun yang datang."
Di kejauhan, suara mobil polisi semakin mendekat. Leandre memberi isyarat kepada anggota lainnya. "Waktunya pergi. Kita regroup di markas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leandre Andros : Dia Tahu Bagaimana Melukai dan Mencintai
Teen FictionLeandre Andros selalu tahu caranya melukai-dan dia ahli dalam itu. Tapi, saat Aveline masuk ke dalam hidupnya, dia juga belajar bagaimana caranya mencintai. Aveline adalah kebalikan dari segala sesuatu yang Leandre kenal. Dia cerah, penuh harapan, d...