Harry menarik nafas panjang sambil menatap langit-langit.
"Hm... kapan terakhir kali aku tidur..." ia bergumam pada dirinya sendiri seakan mencoba mengingat kembali, suaranya terdengar lebih berat dan lelah. "Ah.. iya..." ia menahan ucapannya sebelum melirik kearah Ruka sekilas. "Sejak kau memilih untuk meninggalkanku."
Ruka terdiam, matanya membulat, tidak menyangka mendengar jawaban seperti itu dari Harry. Jantungnya tiba-tiba berdebar lebih cepat, tapi bukan karena cinta—lebih karena rasa bersalah yang pelan-pelan menghantamnya.
"Sejak aku—apa maksudmu?" suaranya terdengar bergetar. "Kau tidak tidur selama ini karena... aku?"
Harry tertawa kecil, namun tawa itu kosong seakan tanpa emosi. Tatapan tajamnya terasa seperti belati yang menusuk langsung ke hatinya.
"Tidur?" ulang Harry dengan nada sinis. "Bagaimana aku bisa tidur saat kau— satu-satunya milikku, mencoba kabur, bahkan meninggalkanku." Dia menekankan kata-kata terakhirnya dengan tajam.
Ruka menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. "Kau tahu itu tidak sehat, kan?!"
Tawa Harry semakin terdengar seperti desahan keputusasaan. "Tidak sehat..? Aneh kau masih peduli soal itu setelah semua yang kulakukan padamu."
Ruka terdiam, dadanya terasa sedikit sesak. Dia tidak tahu apakah itu karena rasa bersalah, kemarahan, atau simpati yang tiba-tiba muncul tanpa diundang.
"Aku hanya bertanya, bukan berarti aku peduli," gumam Ruka akhirnya, mencoba menjaga nada suaranya tetap dingin. Tapi bahkan dia sendiri merasa suaranya terdengar lebih lembut daripada yang dia harapkan.
Harry meliriknya dengan ekspresi setengah heran, setengah lelah. "Kenapa? Kau ingin menawarkan diri untuk menjadi alas tidurku?" katanya, menyeringai kecil.
Ruka mendesis kesal. "Aku serius, Harry. Kau perlu istirahat. Kalau kau terus seperti ini, bagaimana aku bisa kabur darimu kalau kau tiba-tiba mati karena kelelahan?"
Kali ini, tawa Harry pecah dengan lebih keras. "Ah, Ruka... hanya kau yang bisa menyuruhku tidur sambil tetap merencanakan pelarian," ujarnya sambil menggeleng. Tapi setelah tawanya mereda, dia kembali memandang Ruka, matanya sedikit melembut.
Harry memperhatikan ekspresi bingung dan bersalah di wajah Ruka. Napasnya berat, menahan emosi yang hampir meluap. Tapi dia tahu menakut-nakuti Ruka sekarang hanya akan memperburuk segalanya.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan," kata Harry akhirnya, suaranya lebih pelan tapi tetap dingin. "Bahwa aku gila. Bahwa semua ini salahku. Tapi kau satu-satunya alasan aku bisa bertahan sejauh ini, Ruka. Dan saat kau hilang, aku... aku kehilangan semua itu."
Ruka menelan ludah. Kata-katanya menusuk jauh ke dalam dirinya. Namun, ada sesuatu yang ganjil—rasa sakit di suaranya, di balik semua amarah yang ditunjukkannya.
"Kau tidak kehilangan apa-apa, Harry," katanya dengan berani, meskipun tubuhnya gemetar. "Aku bukan alasanmu untuk hidup, dan aku tidak akan pernah jadi itu. Aku hanya seseorang yang ingin bebas darimu..."
Kata-kata Ruka membuat rahang Harry mengeras. Dia berjalan mendekat kearah Ruka dan meraih dagu gadisnya dengan lembut, memaksanya untuk melihat langsung ke matanya.
"Kau salah," bisiknya dengan nada yang lebih rendah tapi jauh lebih mengancam. "Kau adalah segalanya bagiku. Dan semakin cepat kau menyadari itu, semakin baik juga untuk kita berdua."
Ruka mencoba menepis tangannya, tapi cengkeramannya cukup kuat untuk membuatnya tetap di tempat. Namun, Harry hanya menatapnya dalam-dalam sebelum akhirnya menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐒𝐂𝐀𝐏𝐄 🦋 [ ruka - haruto ]
Mystery / ThrillerRuka menyadari kejanggalan dalam hidup kekasihnya. Waktu demi waktu, akhirnya semuanya terungkap malam itu, "Kau menemukannya lebih cepat dari dugaanku." Tubuh Ruka reflek membeku mendengar suara berat kekasihnya tersebut dari balik punggungnya. Sua...