23

9.8K 1K 49
                                    

"maaf, saya benar benar minta maaf" Garren menunduk merasakan tatapan tajam di depannya.

Saat ini mereka berada di rumah sakit karena kondisi Aziel memburuk sehingga memerlukan pemeriksaan lebih.

"Kenapa kamu menyembunyikan Aziel dari saya?" Tanya Alan.

Garren menggeleng kuat, "tidak, saya tidak pernah menyembunyikannya" Jawab Garren jujur.

Hari dimana istrinya dikubur adalah hari terburuk dalam hidupnya, dan tanpa memikirkan hal lain Garren pergi begitu saja menjauhkan diri dari keluarganya.

Sedangkan Alan, saat itu dia sedang menjalani pengobatan jantung diluar negri. Amara tidak pernah memberitahu kehamilannya karena ingin memberi kejutan saat Alan sudah kembali.

Sayangnya kejutan yang Alan dapatkan sungguh berbeda, rasa penyesalan memenuhi lubuk hatinya ketika tidak bisa melihat sang anak untuk terkahir kalinya.

Yang membuat Alan semakin menyesal adalah dirinya baru mengetahui bahwa Amara saat itu sedang mengandung.

"Sejak awal jika kamu tidak ingin merawat Aziel, kamu bisa memberikannya pada saya"

Garren kembali menggeleng kuat, bukan itu maksudnya. Dia hanya belum siap dengan kepergian istrinya..

Alan berdiri hendak meninggalkan Garren, sebelum melangkah dirinya kembali berujar, "Evan, jangan terlalu keras pada anak itu"

Garren mengernyit, baginya Evan harus dihukum seberat-beratnya karena sudah membuat kekacauan tadi.

"Ingat, kau bukan hanya menelantarkan Aziel, tapi juga Evan" Ujar Alan kembali sebelum benar benar meninggalkan Garren dengan seribu pikiran.

×××

"Sayang, kamu sudah bangun??" Alan tersenyum melihat Aziel yang terduduk di kasur rumah sakit itu.

"Hp Jiel!" Teriak Aziel ketika melihat Alan.

"Hp kamu ada di Opan, jangan main hp dulu ya"

"Ah kont*l" Maki Aziel.

Alan menghela nafas mendengar itu, "Opan kasih hp kamu tapi kita ngobrol dulu boleh?"

Aziel mengangguk semangat, apapun akan dia lakukan asal hpnya dikembalikan.

"Dulu bunda kamu tuh adalah anak yang paling di idam idamkan semua orang, dia baik, sopan, dan sangat ramah"

"Ga tau, ga kenal" Potong Aziel, cuek.

Alan tersenyum, "dulu Amara suka cerita, kalau dia kepingin punya tiga anak. Sayangnya pas melahirkan Evan, dokter bilang kalau Amara akan susah untuk bisa hamil lagi"

"Ga lama setelahnya, Opan harus keluar negeri dengan alasan pengobatan selama satu tahun"

Aziel bukan anak yang suka diam, anehnya dia mendengarkan cerita Alan dengan sangat baik.

"Saat Opan kembali, Opan malah sudah tidak bisa bertemu Amara lagi. Yang membuat Opan tambah sedih adalah karena mengira Amara harus kehilangan nyawa sebelum mendapatkan mimpinya mempunyai tiga anak"

"Kesehatan opan menurun dan harus kembali mendapatkan pengobatan di luar negri, bawahan Opan tidak ada yang berani memberitahu tentangmu karena takut kesehatan opan kembali menurun"

"Nyatanya mereka salah, setelah mengetahui tentangmu, kesehatan Opan justru semakin meningkat hingga Opan bisa bertemu dengan mu seperti sekarang"

"Kamu datang seperti pelengkap bagi segalanya, pelengkap bagi impian Amara dan pelengkap untuk Opan sembuh"

"Terimakasih sudah terlahir ke dunia" Ujar Alan lalu memelum Aziel erat. Alan mengecup pelipis Aziel, sedih jika mengingat penderitaan yang selama ini Aziel dapatkan.

Aziel membalas pelukan itu, dirinya berujar "Opan bac*t tapi Jiel suka, jangan cepet cepet mati ya"

"Ah iya Opan jadi ingat! Jangan lagi berbicara kasar ya, mamih kamu pasti tidak akan senang mendengarnya"

Aziel merengut, "aku lahir ke dunia aja pasti mamih ga seneng"

Alan menggeleng, "salah, Opan yakin Amara sangat senang berhasil melahirkan mu ke dunia"

"Pelan pelan ubah gaya bicaramu ya, Opan yakin Amara akan sangat senang jika anak manisnya berbicara dengan baik"

"Halah, dari dulu juga ga ada yang peduli" Sindir Aziel.

"Opan peduli, Mulai sekarang Aziel engga sendirian! Aziel punya Opan, jangan pernah merasa sendirian ya sayang"

Aziel mulai berkaca kaca, lebay ga sih kalo dia menangis? Meski mulut dan kelakuannya kasar, tapi hatinya sangat lembut.

Air mata yang sudah Aziel tahan, jatuh begitu saja.

"Opan!! Hp Jiel cepet"

"Buat apa sayang?"

"Mumpung Jiel nangis, Jiel mau live, mau jual kesedihan siapa tau ada yang ngasih singa" Ujar Aziel dengan berurai air mata.

×××

"Mih, maaf Jiel banyak mengeluh padahal ada pengorbanan mamih di hidup Jiel" -Aziel

×××
Lanjut??

Jiel si paling ga bisa seriuss😭
Siapa kemarin yang katanya mau kasih Jiel gift??😌👇👇
https://trakteer.id/hanigemazz

Maaf ya kalo agak lama up-nya, soalnya lagi sibuk bangett🥲
Makasii banyak vote dan komennya!!🤩💕
Makasii banyak yang udah follow follow🥳💗

*30/11/2024

Dia Abangku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang