"Aku minta maaf"
✧·····················*﹡❋ ❋ ❋﹡*·····················✧
Sulit sekali kah untuk memilih antara dua hal yang sangat dicintai? Mungkin iya. Tapi diantaranya tentu ada yang namanya prioritas bukan? Lalu dimana letak kesulitannya?
Sebenarnya itu bimbang atau egois karna tidak bisa memilih? Keduanya sama-sama penting dan prioritas untuknya. Tidak, dirinya tidak pernah mengakui kalau dia egois. Hanya saja dia masih ragu untuk melepaskan profesinya.
Entahlah, apa yang menjadi kekhawatirannya sampai-sampai dia bersikeras dalam pendiriannya sendiri. Lihatlah bayi mungil yang cantik nan menggemaskan itu masih bisa ceria memperlihatkan tawa riangnya.
Ya, dia memang belum mengerti apapun saat ini. Tapi ketika umurnya beranjak dewasa, semuanya akan dia pahami pelan-pelan.
Pernahkah ibundanya berpikir sampai kesana? Jawabannya, pernah. Apakah dia sudah goyah akan pendiriannya? Jelas, tidak.
Sang ibunda bertekad kalau dia akan memberikan penjelasannya secara perlahan agar si buah hati mengerti. Padahal dirinya saja tidak tau apa yang akan dijelaskan nanti kepada anaknya.
"Astaga" Terkejut saat ada seseorang menyentuh pundaknya, dia mengelus dada. "Mama"
"Ngapain kamu ngelamun di depan pintu sambil ngeliatin dede?" Tanya mama mertuanya.
"Hehe gapapa, gamau ganggu dia yang lagi asik main sendiri aja jadi liatin dari sini"
Shanju mengusap punggung menantunya itu sambil tersenyum. "Usianya dede yang sekarang memang pengen serba tau dan bagus untuk perkembangan motoriknya"
"Kamu dan Cio seharusnya bisa ngasih perhatian lebih ke dede. Setidaknya ya temenin dia main sambil dibarengin ajak bicara. Sekarang mama tanya, Shani tau dede udah berapa bulan?"
Yang ditanya tidak langsung menjawab tapi berpikir dulu.
"Eum... enam bulan, maybe"
Sungguh Shanju sudah menyingkirkan dugaannya kalau Shani akan salah menyebut. Namun nyatanya bunda satu anak itu tetap saja salah.
Shanju mengutas senyum tipis -tipis sekali. "Dede udah tujuh bulan sekarang Shani" Dia pergi setelah melirik Christy sejenak.
Shani? Wanita itu masih diam berdiri di tempatnya memandang punggung sang mertua yang pergi meninggalkannya. Hingga ada sebuah sentuhan di kakinya membuat dia menoleh menunduk ke bawah.
Ternyata si bayi sedang merangkak ke arahnya. Dia mendongak menatap bundanya dengan cengiran di bibirnya.
Shani pun tersenyum lebar kemudian mengangkat anaknya. Yang digendong kegirangan sendiri dengan menendang-nendang kakinya digendongan Shani.
"Aakkk tatatataa" Celotehnya dengan jari telunjuk masuk ke mulut.
Shani mencium gemas pipi chubby Christy yang terdapat rona merah. "Dede cepet banget sih udah gede. Perasaan kemarin bunda baru lahirin kamu hm, muach"
Christy meminta turun dari gendongan Shani karna dia ingin bermain lagi dengan mainannya.
"Bunda ikut main yaa" Ucap Shani sembari menurunkan Christy diatas karpet.
Shani menemani anaknya bermain hingga membuat anaknya tertawa-tawa. Dia baru pulang jam enam pagi tadi sebab semalaman Shani harus mengejar syutingnya.
Kedua matanya mendadak mengantuk. Dia memperhatikan Christy yang tengah bermain sambil tiduran diatas karpet tersebut. Karena rasa kantuknya yang tidak bisa dia tahan lagi, perlahan manik indah itu terpejam dengan nafasnya yang beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Tak Sempurna
FanfictionKarir dan buah hati yang sama-sama penting untuk seorang wanita bernama Shani. Ketika anaknya beranjak dewasa, Shani dihadapkan dengan pilihan sulit. "Dunia bunda itu karir bunda atau aku?!" Gadis yang bernama Christy-anak semata wayang Shani dan...