Tajamnya pedang kini ia rasakan, perih mengelilingi lehernya perlahan luka sayatan itu semakin menganga lebar. Ia tak berdaya, mungkin ini menjadi yang pertama sekaligus terakhir baginya. Benar ternyata rumor yang beredar di masyarakat, bahwa jenderal perang Lachlan sulit dikalahkan, bahkan oleh dirinya-- seseorang yang ditakuti di kekaisaran Elgra.
"Argh! Kau sangat gila Argyris--
"B-bunuh saja aku, lakukan dengan cepet ka-kau tak perlu bermain-ma-in lagi." ucap orang itu dengan nada tertahan
"Hei! Tidak semudah itu. Kau tau? Aku ... tak akan melepaskan orang yang berniat merampas hak orang lain." Bisiknya pada lawan.
Sadis, sepertinya nama yang ia miliki sangat cocok baginya. Bak serigala yang tengah kelaparan dan tak ingin melepaskan buruannya, seperti itulah dirinya yang tengah diliputi berbagai macam emosi pada saat memimpin peperangan. Dirinya lebih memilih melakukan dengan perlahan dari pada hilang dalam satu kali, sungguh sebutan serigala berdarah dingin sangat cocok untuknya.
------- ⚔ -------
"Selamat datang kembali Marquess...."
"Terima kasih Yang Mulia, suatu kehormatan bagi saya telah berhasil melaksanakan perintah dari Anda."
"Kau memang bisa diandalkan untuk menjalin hubungan dengan negeri sebrang"
Dialah Marquess of Roosevelt, Torin Rogue The Rosa Alba salah satu orang yang menjadi kepercayaan raja dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negeri lain. Pria berperawakan tinggi itu masih saja terlihat muda, tatapannya yang tajam mampu menakuti siapa saja.
Tak heran memang iris matanya yang berwarna hitam pekat itu membuatnya terlihat menakutkan terlebih dengan rambut berwarna merah yang begitu pekat menambah kesan menyeramkan dalam dirinya. Banyak Lady yang ingin menjadi istrinya mengingat pria yang sudah memasuki kepala empat ini adalah seorang duda anak 1, kedudukannya sebagai Marquess menjadi pengelak dari status perkawinannya.
" Silahkan duduk Marquess, kami menyiapkan jamuan ini khusus untuk dirimu. Mengingat jauhnya perjalanan yang kau lakukan pasti membuatmu lelah."
"Terima kasih Yang Mulia"
"Bagaimana perkembangan imigran kita disana Marquess? Apakah mereka mengalami banyak kesulitan untuk beradaptasi? Terlebih perbedaan iklim Lachlan dan Adwaria sangatlah berbeda." tanya sang Raja dengan raut wajah yang serius
"Setelah saya melakukan berbagai penelitian dan bekerjasama dengan pihak kementerian Adwaria bagian kependudukan, didapat hasil yang begitu signifikan. Warga imigran kita memiliki perkembangan yang begitu pesat dalam beradaptasi, walaupun di awal saya mendapat banyak keluhan tentang sulitnya mendapatkan makanan yang cocok untuk mereka di sana. Namun, perlahan dengan adanya pertukaran bahan makanan pokok masalah dapat teratasi.
"Namun Yang Mulia, sepertinya kita harus meningkatkan kerjasama kita di bidang ekonomi serta pendidikan di sana. Menjadikan beberapa lulusan akademi sebagai guru sepertinya bukan ide yang buruk, atau kita juga dapat melakukan kegiatan pertukaran pelajar untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam pendidikan."
Sang Raja tampak menimang saran tersebut, alisnya yang mengerut menjadi pertanda keseriusannya dalam mengambil keputusan. "ide yang bagus, kita juga dapat menempatkan beberapa lady untuk belajar ilmu baru di sana, mereka pasti bisa berada--"
"Tidak Yang Mulia"
------- ⚔ -------
Derap langkah kaki saring bersahutan, memecah hening membawa deburan pasir kering dipermukaan. Dentingan pedang saling bersahutan ditambahi dengan suara jeritan serta erangan karena permukaan kulit bersentuhan dengan permukaan senjata tajam.
YOU ARE READING
The Red Rose Knight
Historical FictionMedan perang yang dulu hanya ia dengar dari cerita sang kakak, kini telah menjadi teman yang selalu ia temui. Pedang yang dahulu ia kagumi telah ada dalam genggamannya, mimpi itu telah menjadi nyata, menjadi kesatria walau berbeda. Ini bukan hany...