Bisingnya pasar itu tak membuat Ahvi merasa lelah berkeliling dan mencoba berbagai makanan yang menarik perhatiannya. Rasa-rasa baru yang memasuki lidah anak itu membuatnya begitu bersemangat untuk mengetahui lebih banyak lagi.
Sedangkan Noah dengan senang hati mendampingi Ahvi yang terlihat begitu senang dengan semua makanan itu.
Ahvi dan Noah berjalan bergandengan tangan, dengan Ahvi yang melihat-lihat sekeliling mencari hal lain yang dapat menarik perhatian bocah itu.
Lalu Noah tanpa sengaja melihat sebuah benda yang dijual oleh seorang pedagang kakek tua. Ia menoleh sejenak pada Ahvi, lalu berkata, "Vi, aku ingin melihat sesuatu terlebih dahulu. Tunggu aku di sini, ya?"
Ahvi menganggukkan kepala dengan patuh. Membuat Noah tersenyum senang dan melepas tautan tangan mereka dan pergi ke arah pedagang tadi. Menyisakan Ahvi dan dua orang pelayan yang tak jauh di belakangnya.
Karena tak ingin menarik banyak perhatian, Ahvi menyamar menjadi orang biasa, dan meminta agar kedua pelayan itu tak terlalu dengan dengannya agar tak terlihat menonjol.
Mata koral itu kemudian memandang sesuatu tak jauh dari posisinya. Sebuah toko kalung yang area depannya memiliki beberapa pajangan kalung indah.
Ahvi memandang sejenak pada Noah yang masih sibuk memilih-milih sesuatu. Sepertinya ia masih bisa untuk ke sana.
Ia menoleh ke belakang, memanggil kedua pelayan itu diam-diam.
Saat keduanya telah mendekat, Ahvi memberikan beberapa bahasa isyarat.
Satu dari kalian tetaplah di sini untuk menunggu Noah. Aku ingin ke sana terlebih dahulu.
Kedua pelayan itu mengangguk patuh pada perintah tuan kecil mereka. Membuat Ahvi tersenyum tak sabar seraya melangkah menuju toko yang menarik perhatiannya.
Begitu memasukinya, pandangan Ahvi tak pernah teralih dari sebuah kalung yang menurutnya cocok untuk Noah. Sepertinya tak masalah sesekali memberikan hadiah pada teman pertamanya itu.
Melihat pria kecil yang memasuki tokonya, si penjual menghampiri dengan senyum bisnisnya.
"Ingin mencari apa, adik kecil?"tanyanya dengan ramah.
Ahvi menatap pelayan di belakangnya lalu kembali menatap pada kalung sederhana dengan bandul sebuah pedang yang dililit oleh akar dan bunga berwarna merah.
Ahvi rasa, itu akan cocok untuk Noah.
***
Tubuh gempal seorang pria tergeletak di atas tanah setelah menerima serangan.
Tiga orang dengan pakaian serba tertutup dan wajah tak terlihat berdiri dengan napas terengah setelah akhirnya dapat melumpuhkan wadah roh jahat yang tengah terbaring dan mengerang keras itu.
Salah atau dari mereka mendekat, membuat sebuah simbol dari tangan dan mengucap mantra yang hanya diketuai oleh mereka.
Cahaya perlahan muncul setitik demi setitik dari tangannya, membuat pria gempal tadi semakin mengerang dan bergerak ke sana dan kemari.
"Tidak! Aku tidak akan mati semudah inii!"pekiknya seraya kembali mengerang.
Orang yang memunculkan cahaya tadi sekuat tenaga ingin segera memperbesar cahayanya, di kala energi telah banyak terkuras.
Si wadah roh jahat itu mulai semakin menggila, lalu perlahan urat-urat wajahnya yang menonjol berubah warna menjadi hitam dan mengeluarkan gumpalan asap hitam dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wendigo
FantasyCover by pinterest Ahvi bukanlah garis keturunan sah dari keluarga Claudian. Maka dari itu, ia harus berjuang keras mendapatkan pengakuan dan secuil kasih sayang dari sang ayah. Namun pada akhirnya, hingga maut menjemput Ahvi, sedikitpun usapan pad...