Jangan lupa vote and komen okeyyy...
Happy Reading Kiko 🐣 ✨
•••
Regan bersama dua temannya, Morgan dan Aiden berjalan di lorong koridor. Berjalan dengan gaya petantang-petenteng, tapi tampak keren di mata para murid perempuan. Mereka bahkan tidak berkedip saat ketiga bad boy itu lewat, kemeja putih sekolah yang sudah tidak terkancing, menampilkan kaus dalaman yang mereka pakai, kecuali Aiden yang masih mengancing-nya tapi pakaian itu sudah keluar dari celana abu-abunya.
Ketiga remaja itu berjalan menaiki tangga menuju rooftop, dan duduk di kursi panjang yang tersedia di sana.
"Gimana sama bokap lo, Re?" tanya Aiden saat sudah duduk di kursi itu.
"Seperti biasa, ceramah!" sahut Regan. Ia membakar ujung batang nikotin itu dengan pemantik, lalu mengapitnya diantara dua belah bibirnya.
"Gila si Seno, dia yang mulai, tapi orangtuanya yang turun tangan." Morgan membuang kulit kuaci dengan membantingnya di atas meja depan mereka.
Regan meluruskan kakinya di meja, menikmati setiap hisapan batang nikotin yang terasa seperti mint, sangat segar.
"Seno cari mati," celetuk Regan menatap jauh langit biru.
Aiden mendekatkan wajahnya pada Regan yang langsung membuat pemuda itu memundurkan wajahnya, "Jangan cium gue, gue masih suka cewek. Ya walaupun muka lo ganteng-ganteng cantik gitu, tapi gue nggak doyan," ucap Regan langsung mendapat toyoran di kepalanya.
Aiden mendelik tajam, menjauhkan wajahnya, niatnya hanya ingin berbicara pelan supaya laki-laki itu mendengar, tidak jadi karena manusia penuh percaya diri itu membuatnya kesal.
"Mulut lo emang minta di bakar pake pemantik ini, ya." Senyum manis Aiden dengan tatapan tajam layangkan pada Regan, seraya tangannya terus memantik pemantik gas yang langsung mengeluarkan api dari sana.
Regan mengambil pemantik yang Aiden pegang, menaruhnya di kantung celananya.
"Daripada bakar mulut gue, mending ngudud." Regan memberikan batang nikotin yang sudah ia bakar, menaruhnya di antara dua belah bibir tipis Aiden.
Morgan yang melihat hanya tertawa, walaupun Regan ditakuti banyak orang, tapi kalau dengan Aiden, ia akan menciut, dan selalu memberi alasan kalau ia tidak ingin berdebat dengan Aiden.
"Bolos kita?" tanya Morgan yang dijawab anggukan Regan.
"Gue males belajar, biarin aja Mama gue datang lagi ke sekolah," ucap Regan dengan seringaian.
Aiden menepuk bahu Regan, "Emang anak berbakti." Aiden hembuskan asal rokok itu persis di depan wajah Regan, membuat sang empunya tersenyum menahan pernapasannya.
"Aiden lo__" Ucapan Regan terhenti saat mata Aiden mendelik tajam, ia mendengus kesal, Aiden selalu usil padanya, dan andalannya selalu mendelik tajam atau mengomel seperti perempuan.
Morgan tertawa, ia menepuk bahu Regan beberapa kali, "Sabar, orang sabar disayang Aiden."
"Oh jelas, saking sayangnya, gue jeburin ke empang," sahut Aiden tersenyum manis.
Regan mencibir, lebih baik ia menikmati kembali rokoknya yang belum habis.
Obrolan ringan diiringi tawa, hanya hal yang tidak bermanfaat bagi orang lain tapi bermanfaat untuk mereka, mengurangi stress yang terus berdatangan.
•••
"Woi culun! Udah dikerjain belum pr gue sama temen-temen gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Soul Again || Time Travel
Adventure[Follow sebelum membaca] Pria yang sudah memasuki kepala empat itu terkadang kesulitan karena anak-anaknya yang tumbuh semakin dewasa membuatnya resah. Selalu ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang baik, hingga tanpa sadar dirinya terlalu...