"Ayaaah.."
"Iya, Delon. Ayah di sini." Suara Argon terdengar menyapa telinga begitu panggilan sudah tersambung. Suara-suara asing juga terdengar samar-samar dari balik ponsel. Sesekali terdengar seseorang yang bertanya mengenai pendapat Argon. Mungkin, sulung Flourine itu tengah berada di ruang rapat.
"Kau tidak belajar, Delon? Bukankah jam pelajaran kedua baru---Delon?!" Suara Argon dari balik ponsel sangat jelas terdengar panik begitu pertanyaan yang belum sempurna terlontar, justru disambut isak tangis. "Delon, kau dengar Ayah? Jawab Ayah, Delon!" -Bunyi derit kursi terdengar cukup nyaring usai pertanyaan beruntun dengan suara panik sekaligus khawatir itu terucap. Lalu kalimat singkat yang memberi informasi jika rapat akan dilanjutkan oleh sang sekretaris turut terdengar sebelum suara samar-samar yang awalnya terdengar, berganti menjadi suara langkah kaki. "Jangan buat Ayah khawatir, Delon. Tolong katakan sesuatu!"
"Ayaaah.."
"Iya, nak. Ini Ayah, ada apa? Kau baik-baik saja, 'kan? Ayah akan ke sekolah mu sekarang-"
"A-ayah.. aku nggak di sekolah."
Lantas, gerakan tangan Argon yang akan membuka pintu mobil, seketika terhenti, berakhir tubuhnya yang menyandar pada bagian sisi kanan mobil. Deru napasnya sudah terdengar sangat memburu, alasannya bukan hanya karena dia berlari dari ruang rapat menuju tempat parkir, melainkan juga karena perasaan khawatir yang membuat jantungnya secara spontanitas berdetak kencang. Selalu seperti ini dan Delon akan menjadi alasan mengapa respon tubuhnya sering kali refleks melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sama sekali. Seperti berlari dari ruang rapat yang berada di lantai tiga menuju tempat parkir yang ada di basement, dan itu melalui tangga bukan lift. Jadi, apa yang dilakukannya tadi sangat jelas mengundang tatapan kebingungan dari seluruh karyawan.
"Lalu sekarang kau ada di mana, Delon? Boleh Ayah ke sana?" tanyanya yang sekaligus meminta izin. Mengingat pagi tadi putranya masih marah--yang bahkan tidak mau diantar olehnya ke sekolah hingga berakhir diantar oleh Gala, membuatnya meminta izin terlebih dahulu sebelum menemui putranya yang sekarang entah berada di mana. Bagaimanapun, kenyamanan putranya harus dia utamakan. Jika pun putranya tidak memberinya izin, dia akan meminta Kara untuk datang ke sana, meski tidak dipungkiri jika dia sangat berharap agar bisa ke sana untuk memastikan sendiri bahwa putranya baik-baik saja.
"Ayaaah.. huhuhuuuu aku minta maaf." Delon mengeraskan tangis. Perasaannya dirundung rasa bersalah karena telah bersikap egois kemarin malam sampai tadi pagi hingga membuatnya melupakan sesuatu yang sangat penting. Karena itu pula, ketika jam pelajaran kedua baru berlangsung, dia izin untuk ke kamar mandi. Tapi, itu hanya alasan agar dia bisa keluar kelas dan sekarang sudah keluar dari area sekolah. Dengan dibantu oleh Alkuna, dia berhasil naik ke tembok belakang yang tingginya hampir mencapai dua meter. Perjalanannya tidak semulus itu, karena begitu tiba di atas tembok pembatas, teriakan guru bimbingan konseling justru terdengar menyapa telinga hingga berakhir membuatnya melompat keluar dalam posisi tidak siap. Kesialannya tidak cukup sampai membuat celana pada bagian lututnya robek dan kakinya tergores cukup lebar, tapi juga membuat kening serta kedua lengannya turut tergores karena diserempet lantaran dia yang tidak hati-hati dalam menyeberang.
Tetapi luka goresan yang ada pada lutut, kening, serta kedua lengan tidak sebanding dengan rasa bersalah yang bersarang pada ulu hati. Untuk itu, hari ini Delon memilih untuk bolos agar bisa mengucapkan sesuatu yang dia lupakan secara langsung. Tapi bukannya bertemu dengan sang Ayah, dia justru dipertemukan dengan kesialan berkali-kali. Kalau kata Amino, ini karma yang datang secara instan.
"Minta maaf untuk apa, Delon? Ayah tidak marah." balas Argon yang kemudian helaan napasnya terdengar berat. Telapak tangannya sudah terkepal kuat begitu mendengar isak tangis dari balik ponsel yang terdengar semakin keras. "Kau baik-baik saja, 'kan? Tolong jawab Ayah, Delon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Different, D.A || Selesai ||
Short StoryIni kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan Kara. Tapi, ini juga akan menceritakan kisah Argon dan Delon yang statusnya sudah berubah, yakni me...