BAB 11

273 53 14
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Setelah permintaan balas budi agak kurang ajar Naya itu, maka disini lah mereka. Naya menaiki mobil lelaki asing itu untuk pergi ke mall.

Ya, maklum, Naya tak di beri uang jajan banyak oleh Nelson. Sepatu nya sudah robek di beberapa bagian karena ulah Jennifer. Tas nya pun sudah dekil. Ia harus membeli itu semua dan hanya dengan cara seperti ini, ia bisa membelinya, kan?

"Kayak gini.. gapapa nona?" tanya Molang dengan suara kecil. Tak menyangka nona nya akan seberani ini pada seorang lelaki asing. Naya melirik malas Molang, 'Kalau gabisa bantu, diem aja deh. Gue butuh belanja beberapa hal. Kalau ngarepin Nelson kampret mah gabisa.'

Suasana mobil hening, sampai Naya teringat sesuatu. "Tadi gue liat di dompet lo ada foto. Itu foto keluarga kah?"

Lelaki yang tadi berkenalan dengan nama Axel itu melirik Naya sekilas. "Iya," jawab lelaki itu.

Naya mengangguk - anggukkan kepalanya. "Tapi kok.. lo nya gada?" tanya Naya lagi.

"Ada. Saya yang di gendong. Waktu itu saya masih kecil."

Naya ber-oh-ria, lalu mengangguk - anggukkan kepalanya. "Kamu pergi malam - malam gini sendiri, orangtua kamu ga nyariin?"

"Mama gue gatau gue pergi. Kalau papa gue, dia tau juga ga peduli," jawab Naya.

Axel menatap Naya sekilas. Lalu, suasana di mobil itu pun kembali hening. 'Anak ini, ngingetin gue sama dia.'

Mereka sampai di mall. Naya langsung berjalan menuju tempat perbelanjaan yang ia inginkan. Mulai dari toko pakaian, ia membeli dua setelan baju untuknya dan dua untuk ibunya. Lalu gadis itu mencari tas sekolah juga sepatu untuknya.

Tenang, ia masih sadar diri kok. Gadis itu membeli barang yang serba promo. Pakaian untuk ibunya juga ia beli dengan uang nya sendiri.

"Udah?" tanya Axel.

Naya mengangguk. "Thanks deh. Btw, lo ada kerjaan ga?"

Axel menaikkan satu alisnya. "Buat apa?"

"Buat gue. Gue butuh kerjaan." Axel terdiam sejenak lalu terkekeh. "Anak kecil kayak kamu mau kerja apaan? Sekolah aja pinter - pinter. Kerja mah tugas papa kamu. Kamu bisa buat dia bangga juga dia udah seneng," ujar Axel.

"Aduh.. gabisa. Bapak gue bukan kayak bapak orang - orang."

"Jawab aja, lo ada kerjaan ga? Apapun boleh deh, asal jangan di jadiin ani ani. Soalnya gue butuh banget," sambung Naya.

Axel menatap Naya, gadis itu terlihat serius. Tapi, ia juga tak bisa memberi Naya pekerjaan. Toh dia juga bekerja di orang. Berpikir sejenak, Axel teringat sesuatu.

"Kalau jadi barista, bisa?" tanya Axel.

"Bisa." Naya menjawab dengan yakin. Walaupun, sebenarnya tentu saja ia tak bisa. Tapi, ia selalu ingat satu ucapan king Andre saat dulu ia masih di tubuh Jihan.

Kalau ada kesempatan apapun itu, terima dulu. Gabisa? Bilang aja bisa. Kalau kamu bilang engga mulu, ya kapan bisanya? Lakuin dulu, lama - lama kamu bisa sendiri.

Iya.. sama halnya seperti saat menjalani misi. Meski rasanya mustahil, Naya akan tetap percaya pada dirinya sendiri kalau ia bisa.

-----------

Hari kembali berganti. Bulan telah terganti oleh terbit nya matahari, menandakan pagi telah tiba.

Naya telah siap dengan seragam sekolahnya seperti biasa. Melirik jam dinding di kamar nya, gadis itu meraih tas dan berjalan keluar dari kamar menuju meja makan.

MISSION COMPLETE Where stories live. Discover now