𝑪h-39 𝑹unaway 𝐏lan

243 40 10
                                    

Ruka terengah-engah, napasnya tersengal-sengal setelah berlari cukup jauh dari mansion yang kini jauh di belakangnya. Pikirannya masih penuh kecemasan, seakan setiap suara di sekitar bisa membawa ancaman, namun ia tahu ia tidak bisa berhenti begitu saja.

Begitu melihat sebuah mobil lewat di jalan raya, ia berhenti sejenak, berusaha menenangkan diri sebelum melambaikan tangannya dengan harapan besar agar diberi tumpangan.

Setelah beberapa saat menunggu dengan gugup, sebuah mobil akhirnya berhenti di depannya.

Ruka mendekat, matanya terpejam sejenak dan berharap itu adalah taksi atau setidaknya seseorang yang bisa memberinya tumpangan. Namun saat kaca mobil itu terbuka, ia terkejut melihat wajah pengemudi yang tak asing tersebut.

"Justin?"

Justin menatapnya dengan tatapan yang sama bingungnya. Ia sempat mengerutkan kening, memastikan apakah benar itu Ruka yang ia lihat.

"Astaga... Kupikir hanya seseorang yang mirip denganmu." Justin menggelengkan kepala, masih terkejut karena tak menyangka bertemu dengan Ruka di tempat yang tak terduga seperti ini.

Ruka tak tahu harus berkata apa, hanya terdiam beberapa detik. Pikiran-pikirannya berkecamuk. "Kenapa dia ada di sini? Apa dia akan membantu aku atau malah...?"

Namun, Ruka tahu ini adalah kesempatan yang mungkin tak datang dua kali. Ia sedikit menarik napas dan melangkah lebih dekat ke mobil Justin.

"Aku... em.. boleh aku ikut?"

Justin melihat ekspresi Ruka yang panik, sepertinya ada sesuatu yang buruk terjadi. Ia mengamati gadis itu dengan seksama, matanya penuh kekhawatiran.

Justin akhirnya mengangguk. "Ayo, masuk. Sepertinya kau sangat membutuhkan tumpangan."

Ruka tidak menunggu lama. Dengan langkah cepat, ia membuka pintu mobil dan duduk di sebelah Justin. Mobil itu segera melaju, meninggalkan jalanan kosong yang sebelumnya dilalui Ruka dalam pelarian. 

Mobil melaju di jalanan yang sepi, hanya suara mesin yang terdengar di tengah malam yang sunyi. Justin mencuri pandang lagi ke arah Ruka, merasakan ketegangan yang tergambar jelas di wajahnya.

Gadis itu tampak tertekan, matanya berkilat cemas, dan penampilannya jauh dari kata rapi. Rambutnya berantakan, pakaiannya kusut, dan dia jelas terlihat baru saja melewati sesuatu yang mengerikan.

"Kau tampak kacau, Ruka." Justin akhirnya memecah keheningan, matanya tidak lepas dari setir sambil tetap memperhatikan Ruka yang duduk di sebelahnya. "Apa yang terjadi?"

Ruka tidak menjawab. Ia hanya menatap jalan dengan tatapan kosong, seolah mencoba mengusir pikiran-pikiran buruk yang terus menghantui. Setiap detik terasa berat, dan meskipun berada di tempat yang relatif aman, rasa cemas tak bisa hilang begitu saja.

Justin menunggu beberapa detik, berharap Ruka akan membuka diri. Tapi hanya keheningan yang menyambutnya. Ia menoleh sekali lagi, mengamati Ruka dengan penuh perhatian.

"Ruka, jika ada sesuatu yang terjadi, kau bisa memberitahuku. Aku tidak akan bisa bantu kalau kau terus diam," ujar Justin, suaranya penuh keprihatinan.

Namun, Ruka tetap diam, bibirnya terkunci rapat. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Hanya desah napas yang dalam dan sedikit gelisah yang terdengar. Hatinya bergejolak, berusaha mengatur pikiran, berusaha mencari keberanian untuk mengungkapkan semuanya.

"Aku..." Ruka mulai membuka mulutnya, tapi suara itu tertahan di tenggorokannya. "Aku tidak bisa... Aku tidak bisa bercerita sekarang."

Justin hanya mengangguk, tidak memaksa. Ia bisa merasakan bahwa Ruka tengah berada di ujung jurang emosionalnya. "Oke, aku mengerti," jawabnya, meskipun ada keinginan besar untuk membantu.

𝐄𝐒𝐂𝐀𝐏𝐄 🦋 [ ruka - haruto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang