36. Lorong iblis.

Mulai dari awal
                                    

Emilo yang mendengar perintah Alopex kemudian turun dan dengan cepat berlari mengikuti Alopex ! Tersangka kedua telah mendapatkan cakaran mautnya muehehe!

"Mau kemana kau kucing sialan!" maki Belric.

***

Rubah Alopex mulai melihat denah ditangan berbulunya ia mengarahkan Emilo ke lorong yang sepi, tadinya banyak langkah kaki yang mengejar mereka di belakang namun kemudian Alopex dengan cepat memakai sihir ilusi untuk mengalihkan perhatian para orang-orang itu.

Mungkin itu adalah orang-orang atau bawahan Belric yang di suruh mencari kucing hitam pembuat onar yang tak lain adalah Emilo.

"Miaw miaw!" ( Foci apa benal ni tempatna?)

"Benar dan kita pernah kemari tuan!" beritahu Alopex.

Kucing hitam Milo mengangguk pantas saja ia merasa pernah kemari.

di lorong tempat mereka berada sekarang ada sebuah lantai yang lebih menjorok ke bawah di bandingan dengan yang lain, atau di sebut ruang bawah tanah. Alopex kemudian menginjak lantai itu hingga muncul anak tangga yang mengarah ke bawah. "Ayo tuan denah ruangannya mengarah kemari!"

"Miaw!" Kucing gendut itu mengikuti Alopex yang berjalan lebih dulu.

'Enak cekali jadi kucing tidak ada yang culiga dan tidak pellu alacan ke kamal mandi jika ketemu olang, Milo juga bica cecuka hati pipic dan cakal wajah olang hehe!' batin Emilo, padahal saat Alopex mengubahnya jadi kucing Emilo cukup kesal, kenapa sekarang balita itu merasa bangga menjadi seekor kucing setelah mencakar si tua bangka Smith dan juga pamannya Belric.

Alopex yang ada di depan Emilo tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mereka sudah berada di lantai paling bawah. Rubah itu kemudian mulai berkomat-kamit mengucapkan mantra.

PUFF!

Emilo menerjabkan matanya pelan, Eh dia sudah kembali ke tubuhnya yang semula.

"Tuan Lebih enak begini kan jadi manu--AKHHH!" Alopex menjerit ketika Emilo menggigit telinga rubahnya.

Bukannya bayi itu tidak suka menjadi kucing? kenapa Emilo menggigitnya ketika Alopex mengubah wujudnya kembali?

"Tuann bukankah tuan tidak suka jadi kucing kenapa menggigit telingakuu. Aaakkhhh!"

***

Kaki gendut Emilo terus berjalan sembari menggendong Alopex yang kepala rubahnya bersinar seperti lampu di lorong bawah tanah itu. Emilo memang menyuruh Alopex menjadi senter penerangan jalan sehingga dengan terpaksa Alopex membuat kepalanya bersinar.

Rubah itu seketika ingin menangis, wibawanya sebagai rubah agung runtuh ketika dirinya hanya di gunakan sebagai lampu penerangan jalan dan juga petunjuk arah.

"Foci liat di cana ada pintu!" Tunjuk Emilo pada pintu dengan ukiran Aneh.

"Tuan berhentilah sebentar," suruh Alopex.

"Eh napa belhenti." Emilo memiringkan kepalanya dengan bingung.

Alopex tidak menjawab rubah itu hanya kembali mengucapkan mantra agar hawa keberadaannya dan tuannya tersamarkan, Alopex pun turun dari gendongan Emilo.

"Tuan tetap diam di sana mengerti!"

Emilo mengangguk, bocah gembul itu mau tidak mau mematuhi ucapan Alopex karena Emilo juga merasakan sedikit tekanan sihir dalam lorong bawah tanah ini.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang