Saat ini, Jeno tengah makan siang dikantin Perusahaan bersama teman-teman kantornya.
"Kau lahap sekali Jeno." Celetuk Renjun, melihat Jeno yang makan begitu lahap.
Sebelum menjawab perkataan Renjun, Jeno lebih dulu menelan makanannya. "Kau tahu tadi pagi aku hanya mengganjal perutku dengan roti pemberianmu." Jawab Jeno lalu kembali makan dengan lahap membuat Renjun geleng-geleng kepala melihatnya.
Renjun pun lantas ikut makan, saat sedang menikmati makanannya—ponsel Jeno yang didalam saku berdering menandakan adanya panggilan yang masuk.
Drttt drtt
Jeno lantas segera mengambil ponselnya—lalu melihat siapa yang menelpon dirinya.
"Karina?" Melihat nama sang istri, Jeno pun lantas segera mengangkat panggilan tersebut.
"Halo? Ada apa?"
"Pulang sekarang! Papamu masuk rumah sakit!" Ujar Karina diseberang sana membuat pupil mata Jeno membesar seketika.
"Apa?! Kenapa papa bisa masuk ke rumah sakit Karina?!" Panik Jeno sambil berdiri—Renjun dan teman-teman yang lain menatap Jeno bingung.
"Kau masih bertanya? Kau tahu sendiri kalau papa mu itu mempunyai penyakit jantung. Ck merepotkan saja aku harus menunggu dirumah sakit seperti ini, jadi lebih baik kau cepat kemari Jeno!"
"Baiklah, kau tunggu disana dan jaga papa dengan baik. Aku akan menyusul sekarang."
"Oke... Jangan terlalu lama!"
Tut.
"Ada apa?" Tanya Renjun saat melihat wajah Jeno yang tampak panik.
"Papaku masuk rumah sakit, aku harus pulang sekarang—tolong sampaikan hal ini pada presdir, aku meminta izin untuk pulang lebih dulu."
Renjun mengangguk mengerti, Jeno pun lantas segera pergi dari perusahaan untuk segera ke rumah sakit tempat dimana papanya berada. Ia menggunakan taksi omong-omong karena Jeno tidak mempunyai kendaraan sendiri.
••
Setelah makan siang tadi, Mark memutuskan untuk mengantar Jaemin yang ternyata ingin pergi ke rumah orangtuanya dulu—Mark bahkan sampai meninggalkan pekerjaannya yang seharusnya ia kerjakan sampai malam. Mark sih bodo amat toh dia direktur utamanya—tidak akan ada yang memarahinya walaupun ia menelantarkan pekerjaannya begitu saja dan menugaskan Gaeul untuk menyelesaikan sisanya.
Mereka sudah sampai dirumah orangtua Jaemin—Mark dan istrinya pun lantas turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah.
"Eomma, appa, aku datang." Ucap Jaemin sambil membuka pintu rumah.
"Woah, kalian datang. Kemari sayang." Irene menghampiri putra semata wayangnya—membawa Jaemin ke dalam pelukan hangatnya.
Dan tak lama, suami Irene pun datang dan menghampiri mereka.
"Jinyoung appa, apa kabar?" Ucap Mark sambil salim ke Jinyoung dan menunduk hormat.
"Appa baik-baik saja, kalian bagaimana?"
"Mark dan Jaemin juga baik-baik saja."
"Kita mengobrolnya didalam saja, Jaemin, Mark, ayo masuk nak." Irene yang sudah melepaskan pelukannya langsung mengajak Jaemin dan Mark ke ruang tamu. Karena tidak etis mengobrol didepan pintu seperti ini.
Mark dan Jaemin pun duduk disofa yang sama—begitupun dengan Irene dan Jinyoung, mereka mengobrol bersama karena sudah lumayan lama Jaemin tidak menemui kedua orangtuanya.
Sedangkan, untuk orangtua Mark—mereka sudah meninggal sejak lama itulah mengapa saat Mark remaja dia tidak mendapatkan perhatian sosok orangtua sehingga menyebabkan dirinya hidup menjadi sosok berandal. Dan hal itu berhenti setelah ia bertemu dengan Jaemin—Perusahaannya sekarang juga adalah warisan dari kedua orangtuanya, sebelum Mark mengurus semuanya. Perusahaan miliknya dikelola oleh pamannya dan saat ia sudah legal dan dewasa Perusahaan ini kini menjadi miliknya sepenuhnya.
"Mark, bagaimana keadaanmu nak?" Tanya Irene pada menantunya, Mark yang mendapatkan pertanyaan itu menatap sang mertua sambil tersenyum tampan.
"Mark baik-baik saja eomma. Jaemin mengurus Mark dengan baik." Jawab Mark membuat Irene tersenyum senang karena Jaemin dan suaminya dalam keadaan baik-baik saja.
Ditengah-tengah obrolan istri dan menantunya—Jinyoung hanya diam dengan pikirannya, dia senang karena Jaemin hidup bahagia dengan Mark—tapi ia juga merasa sedih karena Mark dan Jaemin tidak bisa memiliki keturunan karena kemandulan yang Mark derita, padahal Jinyoung sangat tahu kalau putra manisnya itu begitu menyukai sosok anak kecil.
Juga ia dan Irene yang sangat menginginkan seorang cucu dari Jaemin.
"Mark, bisa ikut appa sebentar? Ada hal yang harus appa katakan padamu."
••
Setelah sampai dirumah sakit, Jeno langsung mencari keberadaan sang papa dan Karina yang katanya diruangan ICU—sesampainya diruangan yang sudah diberitahukan oleh resepsionis, Jeno berdiri diambang pintu ketika melihat papanya terbaring dibrangkar dan disana ada Karina dan juga seorang dokter yang tengah memeriksa papanya.
Jeno pun berjalan menghampiri mereka dengan nafas yang sedikit terengah-engah karena ia yang sedikit berlari tadi.
"Bagaimana keadaan papa, Karina?" Ujar Jeno membuat Karina langsung berbalik menatap Jeno.
"Aku tidak tahu, kau tanyakan saja pada dokter. Aku pergi ke kafe seberang—lelah sekali menunggumu dari tadi." Jawab Karina sambil melenggang pergi dari ruangan tersebut membuat Jeno menghela nafasnya pelan dan menggangguk mengijinkan.
Setelah Karina keluar, Jeno pun lantas menatap sang dokter yang selesai memeriksa papanya, "Dokter, bagaimana? Apa papa saya baik-baik saja?"
"Sebelumnya, anda siapanya pasien? Apa anda walinya?" Ujar sang dokter sambil membuka masker yang dia gunakan.
"Saya Lee Jeno, putranya dok, dan benar saya juga wali papa saya."
"Ah baiklah begini tuan Jeno... Apa sebelumnya anda sudah tahu kalau papa anda mempunyai penyakit gagal jantung?" Ujar sang dokter.
"Tentu, saya sangat tahu hal itu. Saya juga sering menemani papa saya saat jadwalnya check up."
"Itu artinya, saya bisa mengatakan semua tentang keadaan papa anda. Karena setelah saya memeriksa keadaan papa anda, gagal jantung yang diderita papa anda sudah ditahap stadium akhir, itu sebabnya tuan Taeyong sedikit kesulitan bernafas dan langsung pingsan—untung saja cepat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan dengan cepat sehingga tuan Taeyong masih bisa selamat."
Mendengar hal itu, Jeno sampai hampir terjatuh hingga ia berpegangan pada brangkar—jadi gagal jantung yang diderita papanya sudah mencapai stadium akhir? Tapi kenapa papanya selalu berusaha terlihat baik-baik saja saat bersama dengan dirinya?
Jeno jadi tidak mengetahui hal ini, padahal ia sudah sering menemani papanya check up kesehatan, walaupun papanya sering kali tidak mengijinkan ia untuk mengetahui hasilnya karena papanya bilang kalau hasilnya semakin baik dan baik.
Tapi apa sekarang? Jeno malah mendapatkan kejutan yang mampu menghancurkan relung hatinya tanpa sisa seperti ini.
"Dan karena keadaannya sekarang, tuan Taeyong harus segera melakukan operasi transplantasi jantung... Kalau tidak, keadaan papa anda akan semakin memburuk, dan kemungkinan terbesarnya tidak bisa selamat."
••
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Person (🔞) Nomin Ft Markhyuck✓
Romance(END) ⚠️ [Mature Content] [Cheating] [21 ] [M-preg]⚠️ Diusia pernikahan yang sudah menginjak tiga tahun, Mark dan Jaemin tidak bisa memiliki anak karena kemandulan yang Mark alami. Sehingga, Mark memilih untuk meminta Lee Jeno pegawai diperusahaanny...