Cowok itu memutar-mutari Wahyu tiga kali, senyum sinis terukir di bibirnya. "Sudah lama kita tidak bertemu."
Wahyu semakin marah mendengar tawa ledekannya. Suaranya dingin dan penuh amarah, "Bagaimana dengan kekasihmu? Kasian sekali... Semoga saja dia mati dan akan meninggalkan orang kasar dan arogan sepertimu!"
Tawa mereka terdengar, tapi tidak menyembunyikan kebencian yang membara. Cowok itu berani mengejek Wahyu dan mengucapkan kata-kata kebencian tentang kekasihnya. Wahyu tak bisa menahan emosi lagi.
Wahyu berteriak dengan suara keras, "Alex!!" Emosinya sudah mencapai puncak, matanya memancarkan kemarahan yang tak terkendali.
BUGH
Tonjokan Wahyu mengenai pipi Alex dengan keras, membuat darah segar mengalir dari bibir tipisnya. Bibirnya membiru, namun Alex tidak melawan. Ia hanya tersenyum miring dengan tatapan tenang, tanpa niat membalas serangan itu. Ekspresi santai Alex membuat Wahyu semakin marah.
Alex mengusap darah dari bibirnya dengan ibu jari, matanya tetap tenang. "Gue datang kesini bukan untuk berkelahi sama lo," katanya pelan. "Gue dan temen-temen gue punya tujuan." Suaranya dingin dan misterius, membuat Wahyu semakin penasaran.
Wahyu mengancam dengan suara keras dan penuh kemarahan, "Urusan kita gak akan pernah selesai, sampai gue ngirim lo ke neraka!" Tatapannya tajam dan penuh kebencian, menunjukkan konflik yang tak berakhir.
Alex menenangkan Wahyu dengan suara yang tidak terlalu keras. "Astaga, Wahyu, nanti saja kata-katamu itu. Duduklah terlebih dahulu di kursimu."
Lalu, ia memerintahkan anak buahnya, "Antarkan Tuan Wahyu ke kursinya."Wahyu terus mengumpat dan memberontak saat dipaksa duduk. "Lepas anjing! Gak usah pegang-pegang gue! Cuih!" Ia meludah ke lantai, menunjukkan kemarahannya yang tak terkendali.
Alex mengernyitkan wajahnya, merasa jijik. "Ih, menjijikan sekali!" katanya dengan napas dalam.
Sementara itu, Stefan langsung menghindar, menghindari ludahan Wahyu yang hampir mengenai seragamnya.
Semua yang hadir terdiam, menyaksikan drama tersebut dengan takjub. Mereka bertanya-tanya apa tujuan sebenarnya Alex dan anak buahnya memasuki kelas tanpa izin. Suasana tegang dan penasaran mengisi ruangan.
Rahmat langsung menanyakan tujuan kedatangan Alex dengan nada tegas. Perhatian seluruh kelas terfokus padanya.
Arian, yang masih menyimpan dendam, merasakan emosi yang memuncak. Ia ingin menghajar Rahmat, namun menahan diri. Suasana semakin tegang.
Alex meraih lengan Arian, menenangkannya. "Sabar, jangan terbawa emosi."
Arian menarik napas dalam-dalam, mengendalikan emosinya.
"Tujuan kita datang kesini," Alex melanjutkan, "adalah untuk memberitahu kabar yang sangat tragis." Suaranya serius, membuat semua yang mendengar merasa penasaran dan khawatir.
Rahmat semakin penasaran, matanya terpaku pada Alex. "Kabar apa itu?" tanyanya dengan nada ingin tahu, suaranya sedikit meninggi. Semua yang mendengar juga terlihat penasaran dan berdebar menunggu kabar tersebut.
Alex tersenyum miring, lalu memerintahkan anak buahnya, "Deden, putar videonya." Suaranya dingin dan misterius, membuat semua yang mendengar merasa penasaran dan cemas tentang apa yang akan ditampilkan.
Deden menyalakan laptopnya dan memutar video misterius tersebut. Semua yang hadir langsung beranjak dari kursi mereka, rasa kepo dan penasaran memaksa mereka mendekat untuk melihat video itu. Mereka berkerumun di sekitar laptop, menonton dengan serius dan takjub. Suasana ruangan menjadi tegang dan sunyi, hanya suara video yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWARA THE SERIES (On Going)
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Ketika tiga pribadi berbeda-introvert, arogan, dan humoris-bersatu dalam persahabatan, perbedaan sifat dan agama tidak menjadi penghalang. Mereka malah menjadi tak terpisahkan. Hati yang indah kini jauh dari pandanganku. Aku menyesal...