03. Om Duda

5.7K 321 2
                                    

Usai acara kajian Hanum memasang wajah sumringahnya. Menatap Zubair tanpa berkedip sekalipun, lirikan menggoda tengah ia layangkan kepada pemilik mata indah berwarna cokelat terang di depannya.

“Kenapa natap saya seperti itu? Kado yang kamu dapatkan dari saya kurang banyak?” tanya Zubair menghampiri Hanum, karena tugasnya untuk memimpin kajian sudah selesai.

Hanun menggeleng cepat. “Gak! Bukan itu. Aku natap Om karena Om kelihatan ganteng malam ini.”

Zubair terkekeh kecil, “Jadi kamu memuji saya?”

Hanum mengangguk jujur. “Om pakai pelet merk apa? Kok aku bisa berkali-kali terpikat sama pesona Om?”

Gelengan tegas di kepalanya mampu membuat Hanum mengernyit heran. “Jangan aneh-aneh. Saya tidak pernah memakai pelet apapun. Mata kamu saja yang bermasalah, makanya bisa bilang begitu sama saya.”

Hanum cekikikan mendengarnya. “Pesona Om Duda memang tak pernah meragukan lagi. I love you, Om!”

Zubair menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak membalas ucapan Hanum. Laki-laki itu malah berjalan melewati Hanum, bergabung bersama Adam dan juga para tamu undangan teman majlisannya yang lain.

“Ih Om! Mau kemana?” cegah Hanum ketika kakinya hendak melangkah, meninggalkan dirinya sendirian di tengah-tengah banyaknya hidangan makanan.

“Mau ke Ayah kamu, mau ikut?”

“Ikut!” seru Hanum berjalan mengekori Zubair yang ikut berbincang dengan teman majlisan Ayahnya.

****

Zubair tersenyum, melihat berkas-berkas ditangannya yang sudah selesai ia tandatangani. Tinggalah ia berpaling tugas, meraih tumpukan buku mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu dengan teliti.

“Bismillah, semoga apa yang saya ajarkan kepada anak-anak bisa bermanfaat. Baik di dunia, maupun di akhirat.”

Sehabis melaksanakan dua rakaat shalat subuh, Zubair tidak tidur lagi. Ia tadarusan sebentar, lalu mengerjakan tugas kantor. Setelah itu ia beralih profesi, menjadi Guru di salah satu sekolah SMA Negeri Kencana.

Adam

Assalamu'alaikum ... Dam, anak kamu sudah berangkat?

Anak yang mana Ustadz? Saya punya anak, tiga soalnya🤭

Hanum

Oh, belum. Lagi siap-siap, sebentar lagi mau berangkat.

Oke. Hanum berangkat sekolah bareng saya saja. Sekalian ngajar di sekolahnya.

Ustadz jadi ngajar di sekolah Hanum?

Jadi. InsyaAllah, do'akan saya, ya.

Aamiin... Na'am Ustadz. Hamasah!

Zubair tersenyum tipis. Membereskan buku-buku yang berserakan di ruang kerjanya, lalu turun untuk membuatkan sarapan untuknya.

“Hanum suka nasi goreng, apa saya buatkan juga untuknya ya?” Zubair terkekeh, menambahkan nasi di dalam rice cooker ke dalam wajan yang sudah ia panaskan.

Aroma bawang dari nasi goreng buatannya tercium begitu nikmat. “Alhamdulillah, semoga Hanum suka nasi goreng buatanku.”

****

Godaan Sya'ir ZubairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang