Nyenyaknya tidur berakhir begitu saja kala tubuh memilih untuk bangun, tidur panjang rupa-rupanya hanya menghantar lebih banyak lelah dari pada menguranginya. Jungwon mendudukkan diri di atas ranjangnya, dengan dwinetra yang kini menatap kaca balkon dengan korden yang sedikit tersibak.
Sedikit senyuman terhantar pada bilah bibir itu, "Lumayan reda!" gumamnya, mendapati guyuran air yang tak sederas beberapa jam lalu, kakinya melangkah menuruni ranjang, berjalan gontai sembari berulang kali menguap. Menghabiskan cukup lama untuk Jungwon membersihkan diri, dan mengunjungi kamar sang adik hanya untuk mengusik kenyenyakan tidur.
Berulang kali tangannya menggoncang sang adik dalam balutan selimut bulu yang nyaman, menghiraukan rengekan sang adik yang sungguh terganggu akan apa yang ia lakukan, "Kau bilang ingin menerobos hujan karena tak mau mati kelaparan!" wajah sang adik masih terlihat tak berminat, bahkan remaja itu mendecak kesal akan kehadiran sang kakak yang tersenyum lebar. "Kau mengusikku! Lagipula ini masih jam lima sore!" dia mendengus dan memaksakan diri untuk bangun dan menuju kamar mandi.
Jungwon sendiri sedikit tertawa melihat kekesalan adiknya, entahlah kenapa Jungwon sangat menyukai wajah kesal sang adik. "Aku tunggu di meja makan!" Jungwon berpamit dari kamar Daniel. Sesuai perkataannya, dia menunggu pada meja makan kayu sembari menghabiskan banyak sekali cemilan kering layaknya keripik udang dan beberapa bola ayam krispi.
Sekitar pukul enam sore Daniel menampakkan diri di hadapan Jungwon, memerhatikan sang kakak yang telah siap dan modis untuk berjalan-jalan keluar rumah. "Benar-benar reda, tapi kita harus tetap membawa payung dan jas hujan!" ujar Daniel memasukkan dua mantel tipis pada tas slempang miring kesayangannya.
"Repot sekali membawa jas hujan dan payung!" gerutu Jungwon terhadap tindakan Daniel itu, "Jika hujan kembali deras seperti tadi siang, kau yakin membawa payung saja cukup? Aku masih ingat payungmu terbalik karena angin kencang saat kita di Rusia dulu!" lagi, Jungwon menurut dengan perkataan sang adik yang bahkan berpikir lebih jauh dari pada dirinya sendiri.
Jungwon bahkan sering merasa jika seharusnya dia saja yang lahir sebagai anak bungsu. "Ya baiklah, ayo cepat!" Jungwon berujar sembari melompat-lompat kecil tak sabaran untuk menjelajah desa yang baru saja mereka tempati sejak kemarin pagi.
Mata seruncing kucing itu membelalak indah, melihat gemerlap lampu yang menghias warna-warni terhadap gelapnya setiap jalanan yang kini begitu ramai dengan banyaknya orang-orang melakukan aktifitas layaknya di pagi hari. Ungkapan Daniel sama sekali tak bohong, manusia-manusia di desa ini memang benar adanya melakukan aktifitas di malam hari.
Sebenarnya Daniel tak jauh berbeda dengan Jungwon yang begitu mengagumi gemerlap desa bernama Twyla itu, hanya saja ekspresi yang di tunjukkan oleh Daniel lebih terkontrol. "Aku jadi ingin membeli cake, lihat Niel! Toko kue itu memampangkan hidangan yang cantik dan menggiurkan!" Jungwon terus saja meneguk ludah ketika disuguhkan pemandangan cantik cake dengan bermacam rasa, belum lagi kue-kue kering dan permen yang dibuat secara langsung sehingga pelanggan dapat melihat proses pembuatan permen itu sendiri.
Keinginan itu rupanya cukup kuat, Daniel mengikuti saja langkah Jungwon yang sudah memasuki toko kue, bahkan Jungwon membeli tiga macam cake dengan rasa berbeda, empat jenis kue kering, enam macam jenis permen dan dua minuman cup reguler berperisa jeruk dan strawberry yang dibubuhi sesendok es krim vanila, springkle, serta baluran bubuk coklat dan madu.
Semua itu hanya untuk dirinya sendiri, Daniel hanya menggeleng walau nyatanya turut memesan satu cake keju dan satu cup reguler minuman berperisa cherry. "Kau yakin dapat menghabiskan semua makanan manis itu?" Daniel menggeleng-geleng mendapati Jungwon melahap senang slice cake blueberry, "Makanan ini bisa masuk kulkas jika aku tak habis!"
Jungwon beranjak, dia hanya memakan satu slice cake saja dan menghabiskan dua minuman yang dia beli, berlanjut memandangi banyak kedai dengan aneka makanan yang menggiurkan, "Daniel, sebentar! Makanan itu nampak enak dan tersisa satu, aku harus mendapatkannya!" dia memaksa Daniel untuk membawa semua tas berisikan makanan manis tadi, lalu berlari menuju sebuah kedai dengan hidangan yang tersisa satu.
"Aku beli yang terakhir ini!" Jungwon menoleh, ucapannya sama persis dengan sesosok pemuda tinggi dengan rambut blonde berseragam abu-abu. "Kau ambil saja!" Jungwon tersentak, pemuda dengan rambut blonde tadi mengalah tapi justru membayarnya.
"Hei tunggu, tapi kau lebih dulu membayarnya!" Jungwon berteriak, tetapi tak dihiraukan dan pemuda tadi sudah hilang ditelan oleh kerumunan orang yang berlalu-lalang. Dengan rasa sungkan Jungwon mengambil makanan gratisan itu, bahkan Jungwon tak sempat untuk memberikan ungkapan terima kasih, yah semoga saja dia dapat bertemu lagi agar bisa mengungkapkan rasa terima kasih.
Akhirnya perjalanan mereka berakhir setelah langkah keduanya memasuki sebuah pasar sayur dan daging-daging serta ikan. Baik Daniel maupun Jungwon sibuk memenuhi kantong belanja cukup besar yang mereka beli sebelum memasuki pasar. Keduanya kembali ke rumah sekitar pukul setengah sembilan malam, dan aktifitas di desa itu malah makin padat sampai membuat Jungwon dan Daniel sedikit kewalahan menerobos kerumunan orang-orang.
"Sungguh melelahkan sekali padahal hanya berjalan tak terlalu jauh dari wilayah rumah kita!" gerutu Jungwon, dia duduk sembari meluruskan kaki setelah selesai menata persediaan makanan ke dalam kulkasnya bersama Daniel. "Ya, kau kan memang sudah satu tahun lebih tidak lagi berolahraga, hanya pulang pergi ke sekolah dan langsung tidur!"
Ungkapan Daniel adalah fakta, bahkan Jungwon sendiri sebenarnya telah lelah untuk tidur, punggungnya terasa sakit dan lelah karena lama vakum olahraga. "Salahkan tugas-tugas ku yang terlalu banyak hingga membuatku stres dan memilih tiduran saja!" ungkap Jungwon.
"Alasanmu saja itu!" ujar Daniel, kakak beradik ini memiliki pola yang sangat berbeda, Jungwon yang cukup introvert dan Daniel yang sangat ekstrovert, Daniel bahkan mampu mengurusi organisasi sekolah dengan menyelesaikan tugas sekolah yang dibarengi tugas kursus mata pelajaran, belum lagi dia juga tetap menyempatkan waktu untuk mengikuti kursus musik sampai-sampai waktunya 80% dominan di luar rumah.
"Ya ketua, Jungwon ini memang penuh alasan!" ujar Jungwon merendahkan diri, dia mengabaikan Daniel yang justru lanjut mengomel, dan lebih memilih mengabiskan roti panggang isi pistachio ayam pedas yang dia dapatkan secara gratis dalam perjalanan menuju pasar tadi, lalu mencuil sedikit untuk dia suapkan pada sang adik agar berhenti dari mengomel.
"Enak, besok kita harus pergi membeli roti panggang ini lagi, Niel!" ujar Jungwon secara bersemangat, menurutnya rempah dari isian roti ini cukup candu, Jungwon bahkan merasa dapat menghabiskannya dengan porsi besar. "Kau mau gemuk seperti babi?" adiknya itu sungguh merusak mood Jungwon untuk makan, matanya bahkan telah meruncing dan menatap sengit keberadaan Daniel yang mulai mengambil ancang-ancang untuk kabur.
Berakhir mereka berlarian ke sepenjuru rumah sembari terbahak menikmati waktu-waktu muda mereka penuh gelak tawa.
November, 04 - 2024
⛔ WARNING
NOT ALLOWED TO COPY THIS STORY
This story is the author's own imagination.Tes ombak ke-2, lanjut kah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
TWYLA | Jay x Jungwon [JayWon]✔✔️
Horror[STORY END] [INTRO Story of TWYLA Series] Apakah kau pernah membayangkan sebuah kehidupan yang terjadi hanya pada malam hari? Tanpa sedikitpun keinginan melihat teriknya surya menyinari setiap penjuru bumi? Kebingungan itu cukup membuat Jungwon p...