***
"Menurut gue mereka udah pas kok Gam" suara itu membuyarkan lamunan Gama, sedari tadi pikiran nya melayang kemana-mana. Kepala nya menoleh pada perempuan di samping nya pemilik nama Nikita Chesa, wakil ketua teater.
Kini diri nya sedang memilih beberapa kandidat yang tepat untuk menjadi ketua dan wakil selanjutnya, Gama menghela nafas berat, Gama tidak terlalu pintar untuk menilai, dan sedari tadi Nikita lah yang mendominasi penilaian. Pikiran nya tenggelam memikirkan Tara, mungkin jika ada Tara diri nya bisa menilai seseorang dengan baik.
"Gue ikut pendapat lo, Niki" ucap Gama, lelaki itu meregangkan tubuh nya, tatapan nya terhadap tiga kandidat yang mencalonkan diri.
Ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba perhatian nya teralih pada Kika yang memanggil nama nya. "Kak Gama, ada Sylvan di lobby utama kata nya dia nyariin lo"
Sylvan mencari nya? Tumben sekali, apa ada urusan dengan pendanaan teater? Karena ini lebih penting Gama memutuskan untuk meninggalkan ruangan penilaian kandidat, menyerahkan nya pada Nikita.
Derap langkah nya menuju lobby utama, sampai ketika netra nya menangkap Sylvan yang sedang bersantai di tempat duduk seraya memainkan ponsel nya.
"Sylvan, ada apa?" suara Gama menyapa terlebih dahulu, seketika yang terpanggil menoleh. "Oit kak Gama, apa kabar" sapa Sylvan balik, segera menghentikan aktivitas nya bermain ponsel.
Lelaki itu bangkit dari kursi menghampiri Gama untuk mempersempit jarak antara mereka. "Ada urusan apa Van, cari gue?" lontar Gama bertanya.
"Teman gue kak, dia pengen surat rekomendasi"
Kalimat itu membuat Gama mengernyit heran, kenapa harus melalui perantara Sylvan dibandingkan dirinya? Tetapi biasanya Gama terkadang menolak beberapa orang tertentu, orang yang menurut nya tidak pas.
"Siapa? Kenapa gak langsung datang ke gue aja?"
"Kata dia lo menghindar terus setiap dia minta surat rekomendasi dari lo, dan gue bermaksud bantu dia" ungkap Sylvan, hal tersebut membuat Gama tahu siapa seseorang dibalik yang meminta surat rekomendasi itu.
Sagittarius Almathea, adik perempuan Tara. Ah semua nya semakin rumit, pikiran nya semakin runyam, kepala nya mulai sakit.
Diri nya ingin menolak tentang perempuan surai bahu itu untuk bergabung pada teater hanya karena permintaan Tara di masa lampau. Kalimat Tara benar-benar seolah janji yang harus terkait dengan Gama, seolah mengartikan bahwa Gama harus mengingat nya dengan baik.
Tetapi kenapa? Kenapa Thea berada di Garda Pelita? Banyak pertanyaan yang dibenak nya tentang Thea, tentang semua hal.
"Maaf soal ini gue tolak Van, gue gak bisa" tolak Gama terus terang, dia tidak bisa menerima Thea.
Mata Sylvan sedikit membulat, sejak kapan Gama menolak permintaan nya? Apakah Thea seburuk itu sampai tidak pantas masuk ke eskul teater?
"Loh kenapa kak? Ada yang salah sama teman gue?" tanya Sylvan heran. Gama menghela nafas nya berat, bingung untuk menyikapi nya.
"Gue tahu teman lo, gue rasa dia gak cocok aja masuk eskul teater" Gama berusaha memberikan alasan logis terhadap Sylvan.
"Terus kenapa kalau dia gak cocok, Kika masukin dia ke tahap akhir?" tanya Sylvan, lelaki itu menjeda kalimat nya. "Trust me, she's a good fit for theater"
"Gue mohon sama lo kak" pinta Sylvan, lelaki itu sampai memohon kepada nya. Hal itu membuat bulu kuduk nya berdiri, ini benar-benar situasi aneh.
Sejak kapan lelaki di hadapan nya itu memohon? Lelaki dengan sikap arogan nya itu kini sedang memohon pada nya? Gama benar-benar sedikit tidak percaya terhadap pemandangan apa yang dia lihat.
"What is your relationship with your friend like?" tanya Gama dengan nada datar nya.
"Yah gue rasa gue mau berteman sama dia. I just want her to be happy" papar Sylvan, lelaki itu mengungkapkan bahwa dia hanya ingin melihat Thea senang karena permintaan nya pada Sylvan terkabul.
"And I'm a little bit interested in her"
Satu alis Gama naik, 'tertarik?' Sylvan tertarik pada Sagittarius Almathea? Apa kah kata tertarik itu menyangkut rasa suka? Tidak-tidak, Gama tidak bisa menebak apa yang Sylvan rasakan. Lelaki di hadapan nya terlalu sulit untuk ditebak, dan mencurigakan.
"Kak gue kasih penawaran terakhir, kalau lo gak keluarin surat rekomendasi, gue bakal putusin donasi buat teater" suara nya merendah ada nada ancam dalam kalimat yang dilontarkan Sylvan.
Gama terkekeh singkat, apakah Sylvan pernah kekanak-kanakan begini? Ini cukup lucu, hiburan untuk nya di masa-masa akhir.
"Gue terima penawaran lo, jam pulang lo temuin gue" ucap Gama, setelah mengatakan itu Gama memutar badan nya untuk berbalik meninggalkan Sylvan tanpa menunggu respon nya.
***
Hari berat ini akhirnya selesai, jam menunjukkan pukul setengah 5 sore, kegiatan ekstrakulikuler tenis meja telah selesai, beberapa murid meninggalkan ruangan karena aktivitas telah selesai dan menyisakan diri nya yang masih di ruangan tersebut.
Thea meregangkan tubuh nya, mengambil sepatu yang ditaruh di rak, kemudian memakai nya seraya memikirkan apa Sylvan berhasil mendapatkan surat rekomendasi dari Gama?
Selesai memikirkan itu Thea keluar dari ruangan, berniat pulang menuju gedung asrama. Tentang Trisha? Perempuan surai hitam itu seperti nya masih berkegiatan basket, yah jadwal basket memang sangat padat, mereka bisa berlatih sampai waktu malam di gedung olahraga.
Berjalan menghabiskan beberapa menit, akhirnya sampai tepat di kamar asrama nya, baru saja ingin membuka kenop pintu kamar, perhatian nya teralih pada suara yang memanggil nama nya dari arah sebelah, itu Sylvan.
Lelaki itu tersenyum lebar menghampiri nya dengan jarak yang tidak terlalu jauh sebab kamar mereka bertetangga, tangan nya menyodorkan amplop berwarna hitam kepada Thea.
"Ini apa?" tanya Thea, tangan nya menerima amplop berwarna hitam itu kemudian mengamati nya.
Sebelum Sylvan menjawab, Thea kini tersadar apa yang berada di tangan nya. Itu surat rekomendasi dari Gama. "Eh surat rekomendasi!" pekik Thea heboh secara spontan, si surai bahu merasa bersemangat secara tiba-tiba.
Mata nya menatap Sylvan tidak percaya, apakah benar-benar ini surat rekomendasi! Sylvan berhasil mendapatkan surat nya?
"Sylvan, makasih banyak! Thank you so much!" ujar Thea bersemangat dan tidak henti-hentinya berterimakasih pada Sylvan.
"My pleasure, Thea"
— To be continued.
Note : Please kalau ada hal yang gak nyata di dunia ini, tolong jangan serius, bawa cerita ini dengan fiksi ya! Kalau ada kesalahan author minta maaf tidak mencantumkan sumber-sumber secara detail.
Sampai ketemu lagi, bye-bye :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked : Nonexistent Clarity
Mystery / ThrillerEntah itu fakta atau kebohongan yang disembunyikan oleh orang dewasa tentang Sadeena Taura sang Kakak. Orang-orang mengetahui bahwa kematian Sadeena Taura adalah kecelakaan yang tidak disengaja saat pentas teater, salah satu manusia yang harus perca...