11

146 46 4
                                    

Beberapa saat setelahnya, dia keluar dengan gaun yang sengaja dipersiapkan Reece untuknya. Pandangannya jatuh mencari keberadaan pria itu, karena mobil yang menunggu tidak menunjukkan keberadaannya. Reece malah tidak terlihat di sana dan hanya ada sopir yang siap membukakan pintu untuknya.

Setelah tidak tidur beberapa malam. Dengan beberapa hari yang sibuk menyusun segalanya, berkas untuk proyek itu akhirnya dapat diselesaikan. Camila merasa bangga pada apa yang dilakukannya. Dia percaya diri.

"Di mana bos?" tanya Camila pada sopir pribadi pria itu.

"Tuan masih ada di atas. Sebentar lagi akan turun, nona menunggu di dalam apa di luar?"

Camila berdiri tegak. "Di sini." Memegang dokumen itu dengan pelukan erat di dadanya, Camila menunggu beberapa saat sampai pria itu muncul.

Tidak lama pria itu muncul dengan jas hitamnya yang tidak dikancingi. Kemeja putih mengintip dibaliknya. Seperti biasa, tiga kancingnya dibiarkan terbuka. Menunjukkan otot liat dibaliknya.

Beberapa hari bersama pria ini, memiliki interaksi yang tidak sedikit, Camila merasa ada yang berbeda dengannya. Tapi dia tidak tahu di mana letak itu semua berbeda. Hanya saja dia bisa mengatakan kalau antara dirinya dan Reece tidak lagi sama seperti saat mereka baru pertama berinteraksi dekat di malam berhujan itu. Segalanya sudah tidak sama baginya.

Entah bagaimana bagi Reece. Dia tidak dapat menebaknya. Pria ini memiliki labirin di sekitarnya, memiliki labirin pada pandangannya. Dan jelas memiliki segala hal misterius yang tidak dapat ditebak oleh perempuan biasa sepertinya.

Tangan Reece berada di depan wajahnya, tangan itu bergerak memberikan gerakan lembut yang menyadarkannya.

"Bos?"

"Apa yang kau lihat? Belum pernah melihat pria tampan sepertiku?"

Wajah masam diberikan Camila. Gadis itu segera melengos, menyembunyikan senyuman pada kebenaran kalimat tanya yang diberikan pria itu. Camila masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman. Dokumen yang ada di pangkuannya menjadi pusat perhatian, dia tidak pernah segugup ini. Tapi kegugupan seperti apapun tidak akan bisa dibandingkan dengan kebersamaan yang ditawarkan Reece. Jika kebersamaan ini hilang, bisakah dia menanggungnya?

Sosok Reece menempati sesuatu yang aneh didalam dirinya, tidak bisa dijelaskan pun tidak bisa dibandingkan dengan orang lain.

"Kau gugup?" tanya pria itu dengan tenang.

Camila menatap lekat, "sedikit."

"segalanya akan berjalan dengan lancar, aku bersamamu. Apapun yang terjadi, jangan khawatir, selama ada aku tidak akan ada yang berani bahkan menginjak bayanganmu."

Camila merasa Reece tidak sedang bicara soal Canza, seperti ada sesuatu yang lain yang akan terterpatiri dalam ucapannya. Seolah Reece tahu kehidupan seperti apa yang dia alami selama ini. Tapi mana mungkin pria itu tahu, mereka bahkan baru bertemu beberapa bulan dan Reece tidak pernah terlibat ke dalam hidupnya. Malah seperti Reece menghindarinya.

Itu membuat Camila benar-benar percaya dulu pada rumor yang beredar kalau Reece tidak terlibat dengan perempuan. Bahkan ada yang mengatakan Reece memiliki simpanan seorang pria muda di rumahnya. Tapi rumor jahat seperti itu hanya orang bodoh yang percaya.

Camila hanya menebak kalau bosnya memang serius dengan hidupnya. Dia lebih suka pekerjaannya lancar dari pada romansanya yang berjalan. Melihat bagaimana seriusnya Reece pada apa yang dia tetapkan, Camila tahu alasan Reece belum menemukan perempuan selama ini. Dan dia kagum pada kehebatan itu.

"Terima kasih, Bos."

"Untuk apa terima kasih itu? Aku mendapatkan manfaat dari kegigihanmu dalam bekerja. Timbal balik. Jadi terima kasihmu, aku tidak membutuhkannya. Buktikan saja, kau bisa memenangkannya."

Camila memandang lama. Ini pertama kalinya ada orang yang benar-benar percaya padanya. Seseorang yang mendukungnya sampai akhir, tidak pernah ada sebelumnya. Itu membuat degup di dada Camila menguat. Meski gadis itu segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Coba membuat dirinya sendiri tidak berkhianat.

"Apa kau tidak masalah?" tanya Reece yang masih menatap ke arah tablet yang ada di pangkuannya.

"Hm?"

"Di sana kau akan bertemu dengan mantan tunanganmu. Juga tunangan barunya."

Camila diam sejenak, membayangkan seperti apa pertemuan mereka di masa depan. Dia tidak pernah membayangkannya, beberapa minggu ini dia terlalu sibuk menemani bosnya menyelesaikan berkas untuk memenangkan Canza. Jadi tidak ada waktu baginya memikirkan masa depan. Sekarang setelah Reece mengatakannya, dia memikirkannya dan itu tidak menyenangkan sama sekali.

Tidak ada yang dia nantikan dalam pertemuan itu. Masalalu mereka yang buruk, Camila mau melupakannya. Reece sudah berjanji akan memberikan bonus yang besar jika sampai Camila memenangkan Canza. Dan itu cukup untuknya hidup sendiri. Hal pertama yang ingin dia lakukan adalah mengubah namanya. Dia tidak tega lagi menyandang nama Buckley di belakang namanya. Dia akan memilih nama yang lebih cocok untuknya.

Tiba-tiba sebersit pikiran tentang menjadi Morgan ada terlintas, tapi Camila segera menggeleng dan menertawakan diri di dalam kepalanya. Tidak boleh dan tidak mungkin.

Camila memandang Reece, pria itu masih menunggunya menjawab. "Seperti yang kau katakan, dia hanya mantan. Segalanya berada di masalalu, aku tidak masalah."

"Mengampuni mereka?"

"Tidak semudah itu, hanya tidak mau membuat masalah saja. Jika ada yang harus aku lakukan maka itu adalah membersihkan namaku. Aku harus menemukan pria yang tidur denganku dan membuat dia mengaku kalau dia disuruh oleh Tamra melakukan segalanya padaku. Selama dia mau membersihkan namaku, maka aku akan melupakan segalanya dan meninggalkan segalanya di belakang. Aku tidak akan mengenang lagi, segalanya akan berakhir."

"Bagaimana kalau dia melakukannya bukan atas perintah adik angkatmu itu?"

Camila memandang tidak senang ke arah bosnya. "Kau tidak percaya juga padaku? Kau berpikir aku—"

"Bukan yang kau pikirkan. Aku hanya mencari kemungkinan lain. Mungkin saja pria itu memang melakukannya dengan sengaja, sengaja menyentuhmu karena tertarik padamu. Mungkin dia sudah lama menunggumu, menunggu dalam gelap sampai kau membutuhkannya. Sampai kau membuat dia bisa menyentuhmu. Sampai—"

"Bukankah itu aneh?" potong Camila.

"Hah?"

"Dia menunggu dalam gelap, kau mengatakannya."

Reece mengangguk.

"Kenapa dia menunggu dalam gelap? Jika dia memang memiliki aku di hatinya, di hidupnya, harusnya dia muncul di depanku dengan percaya diri."

"Kau memiliki tunangan, dan kau sepertinya sangat mencintainya. Jadi mungkin dia tidak mau membuatmu terbebani dengan perasaannya sendiri."

Camila mendengus. "Ada orang sebaik itu di dunia ini?"

"Ada!"

Camila terkejut pada seruan yang penuh emosi itu. bahkan mata bosnya menggebu seperti ada ribuan belati pada pandangannya yang bisa menghancurkan tembok raksasa.

Secepat mata itu menyatakan perang, secepat itu pula damai melingkupinya. Reece sadar kalau perkataannya sendiri mengundang banyak tanya di kepala Camila. Dia tidak bisa membuat gadis itu curiga pada responnya yang berlebihan.

"Kau mengejutkan aku, Bos. Sepertinya kau cukup baik memandang dunia."

Reece mendesah. "Pasti ada. Kau hanya belum menemukannya."

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Mistake With Boss (SEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang