6

187 48 3
                                    

Mobil berhenti, Camila segera membuka pintu untuk dirinya sendiri, dia melakukannya dengan cepat sebelum sopir membukakannya pintu. Tidak nyaman membuat sopir melakukannya saat mereka sendiri sama-sama bekerja untuk Reece. Jadi Camila sudah menginjakkan kakinya di depan rumah Reece yang megah itu. Dia mendongak sampai lehernya jadi sakit. Entah berapa lantai, tapi Camila mendugakan lima. Itu membuat tidak nyaman saat Camila mulai memikirkan siapa saja yang tinggal di dalam sana. Apa mereka akan menerimanya?

Gadis itu meremas tangannya dengan resah.

"Aku tinggal sendiri," ucap Reece yang sudah berdiri di sisi Camila.

Gadis itu melirik dengan terkejut. "Bagaimana anda ...."

"Bagaimana aku tahu pikiranmu?" tebak Recce. Dia tersenyum. "Kau seperti buku yang terbuka, begitu mudah untuk dibaca," jujur pria itu. Camila memang begitu gamblang dengan pikirannya. Gadis ini tidak memiliki sikap tersembunyi sama sekali. Dia polos dan kadang naif,

Berpikir semua orang baik padanya. Selalu berprsangka baik pada setiap orang yang mendekatinya. Mungkin hari ini menjadi pelajaran baginya, bahwa tidak semua orang yang kau baiki akan membalas baik padamu. Kadang beberapa orang memang tidak tahu malu. Terutama perempuan yang tidak memiliki darah Buckley tersebut. Tapi melihat bagaimana keluarga itu membela perempuan yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka, Reece hanya bisa tertawa menjadi penonton.

Dia bisa saja tampil membela Camila. Menjadi pahlawan kesiangan dengan memberikan bukti. Tapi kalau dia membersihkan nama Camila, bukankah saat ini tidak akan pernah ada. Kalau sampai Preston tahu kebenarannya dan pria itu menerima meski Camila sudah disentuh pria lai, Reece yang akan rugi.

Jadi dengan egois dia hanya menjadi penonton untuk penderitaan Camila. Membiarkan hanya dirinya yang berdiri di sisi Camila dan tidak mengizinkan siapapun mendekatinya. Selama Reece bisa menjadi satu-satunya sandaran Camila, gadis itu tidak akan meninggalkannya.

Camila yang mendengarnya hanya mengangguk sambil lalu. Meski dia mempertanyakan kebenaran dari apa yang dikatakan Reece. Apa pria itu memperhatikannya? Tapi tidak mungkin. Reece adalah bos besar di perusahaan utama. Dia hanya bekerja di perusahaan kecil pria itu. Di cabang yang paling kecil sampai kadang tidak banyak yang tahu kalau perusahaan itu milik Reece karena memang perusahaan itu tertutup dan tidak terhubung langsung dengan perusahaan utama.

Jadi mana mungkin Reece akan memperhatikan karyawan di perusahaan kecil. Apalagi pertemuam mereka bisa di hitung dengan jari di satu tangan.

Tapi dengan kelakuan Reece yang tidak biasa, terlalu banyak hal untuk dipertanyakan kebenarannya.

"Mau berdiri saja di sana?"

Camila yang sibuk dengan pikirannya tidak terlalu memperhatikan pria itu yang sudah melangkah sendiri. Tahu kalau Camila tidak ikut dengannya, membuat Reece berhenti melangkah dan menatapnya dengan kepala miring.

Bergerak dengan cepat karena tidak mau mengganggu bosnya, Camila segera memberikan senyuman canggung.

Reece tidak mengatakan apapun. Dia melangkah lagi dengan Camila berada di sisinya. Mereka masuk ke rumah yang sangat besar itu. Lebih besar dari rumah utama keluarga Obrien, juga tentu lebih besar dari rumah keluarha Buckley yang sama sekali tidak bisa disamakan.

Memang sudah menjadi pengetahuan umum kalau kekayaan Reece dan Preston sangat jauh berbeda. Mereka mendirikan perusahaan di waktu yang sama dan memilih menjadi saingan dalam bayangan. Tidak ada dari mereka yang benar-benar saling melawan secara langsung.

Mereka lebih suka berada dalam kegelapan. Membantu satu pihak untuk mengalahkan pihak lain. Sebagai contoh: Jika Preston memilih pihak kiri maka Reece akan membela pihak kanan. Mereka tidak pernah berada dalam kubu yang sama.

Juga ada cerita kalau mereka memiliki masalalu yang kelam yang menjadikan mereka musuh abadi. Entah itu kisah benar atau tidak, Camila sendiri tidak pernah mendengar Preston menyebut soal Reece apalagi soal rumor yang simpang siur tersebut.

Dan Camila juga tidak tertarik mengetahuinya. Tapi jika ditelaah lagi, Camila sudah lama bersama dengan Preston. Tapi tidak banyak yang dia ketahui tentang pria itu. Bahkan pria itu seperti tertutup darinya. Seolah jika dia membongkar dirinya hanya akan ada perasaan malu di dalamnya.

Itu membuat Camila juga tidak memaksa jadinya.

"Siapkan kamar untuknya, ada di kamar utama. Dekat kamarku, di depannya."

Camila yang mendengar Reece memberikan perintah pada pelayannya segera menatap pria itu. "Bos?"

Reece menatap dengan pertanyaan.

"Di kamar belakang juga tidak masalah. Aku tidak akan merasa berkecil hati."

"Kau dan aku memiliki waktu satu minggu untuk memperbaiki segalanya. Aku akan membuat perusahaan kecil itu mulai diketahui oleh semua orang sebagai anak perusahaannya. Jadi proyek Canza harus berhasil. Dan jika mau itu sepenuhnya berhasil, kau harus bekerjasama setiap waktu. Setiap aku memanggilmu, kau harus datang. Berada di kamar belakang, bukankah itu akan melelahkan?"

Camila memikirkannya. Tapi dia tetap merasa tidak benar. "Bos, aku—" suara Camila tertelan di tenggorokannya. Tangan Reece membuat dia tidak dapat melanjutkan ucapannya. Tangan itu hinggap di kepalanya, di bagian belakang dengan tepukan lembut.

"Patuh, ya?"

Mata mereka bertemu, pandangan yang dalam melawan pandangan yang dalam pula. Wajah Camila bersemu dengan begitu terang, tidak pernah ada yang sanggup menyentuh kegelapan perasaan gadis itu. Tapi pria ini seolah bisa mendobrak akal sehatnya. Memberikan kenyataan bahwa jantungnya memang dapat berdegup untuk lawan jenisnya.

Camila bersama dengan Preston karena di masalalu pria itu menyelamatkannya dari kobaran api yang membakar sekolahnya. Dia hanya melihat bayangan penyelamatnya, saat dia membuka mata Preston yang dia temukan di ruang rawatnya. Jadi dia berterima kasih pada Preston dengan memberikan cintanya pada pria itu.

Hanya saja Camila tahu kalau itu hanya balas budi, tidak lebih dari itu. Tidak ada cinta yang menggebu, tidak ada keinginan tercela. Bahkan tidak ada cara untuk membuat hubungan mereka menjadi memanas. Karena bagi Camila, selama mereka bersama dan dia dapat memenuhi keinginan Preston, itu lebih dari cukup. Itu juga alasan dia tidak mau terlibat lebih jauh dalam urusan pria itu. Termasuk mengetahui sebanyak apa rahasia yang tersembunyi di balik kegelapan perasaan pria itu. Dia tidak ingin tahu dan dia tidak butuh untik tahu.

Kini dia sudah bebas dari Preston, sampai akhir dia mempetahankan hubungannya. Tapi pada akhirnya keraguan pria itu menyakitinya dengan cara yang buruk. Camila sudah membalas budi untuk semua yang dilakukan Preston padanya. Dia sudah membayar hutang nyawanya dengan terus berada di sisi pria itu. Terus menjadi kekasih kecilnya yang penurut. Tidak pernah membantahnya dan bahkan sampai dikenali oleh orang lain sebagai perempuan yang tergila-gila pada Preston.

Jadi dia rasa sudah cukup. Sudah waktunya memiliki hidupnya sendiri. Sudah waktunya mencari kebahagiaannya sendiri. Dan siapa sangka, saat dia memutuskan hubungannya dengan Preston, dia malah memutuskan hubungannya juga dengan keluarganya.

Menatap ke dalam hidupnya sekarang, dia akan terlihat sebagai perempuan paling menyedihkan. Dia tidak memiliki apapun lagi dan siapapun lagi. Tapi saat dia sendiri yang melihatnya Camila rasa dia menjadi sosok yang paling bahagia. Karena akhirnya dia menghilangkan dirinya dari bayangan orang lain. Dari kekasiih yang tergila-gila juga kakak yang cemburu pada adiknya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Mistake With Boss (SEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang