_Happy Reading_
Dor!
Xavier melepaskan peluru terakhirnya tepat di kepala sasarannya hingga tewas tak bernyawa. Senyumnya tersungging licik dan penuh kepuasan karena sudah berhasil menyingkirkan satu lagi nyawa yang sudah berani bermain-main dengannya. Inilah Xavier yang sebenarnya. Seorang pria kejam yang tidak akan segan-segan menghabisi siapapun yang berani mengusiknya.
Xavier menatap pistol di tangannya dengan tatapan menilai. Menghabisi satu nyawa sama sekali tidak membuat amarahnya reda.
Bagaimana dengan sekretarisnya yang sudah berani menerima makan siang dari istrinya?
Xavier mendengus mengingat bagaimana Aileen mengabaikannya dan lebih memilih untuk bicara dengan Jack. Tersenyum padanya dan dengan ramahnya memberikan makan siang untuknya. Tapi tidak dengan Xavier. Tidak ada senyuman untuknya dan tidak ada makan siang.
Dor!
Dor!
Dor!
Suara tembakan kembali terdengar memenuhi ruangan.
Xavier memberikan beberapa tembakan lagi pada wajah mainannya hingga hancur tak berbentuk. Bau anyir mulai mendominasi seisi ruangan gelap dan kotor itu. Tempat khusus yang Xavier gunakan untuk mengeksekusi para parasit yang mengganggunya.
"Tuan."
Xavier menoleh. "Hm?" gumamnya.
"Nyonya sedang bersama seorang pria di sebuah kafe, Tuan."
Xavier menggeram, sorot matanya menggelap. Tanpa basa-basi ia langsung melemparkan pistolnya ke sembarang arah, berjalan dengan cepat keluar dari ruangan kotor itu. Meninggalkan begitu saja seonggok mayat dengan kondisi mengenaskan di belakang sana.
"Kau ingin bermain-main denganku, Sayang?" gumam Xavier penuh nada ancaman. Ia menyeringai.
Sedangkan di sisi lain, Aileen sedang asik bercengkrama dengan pria asing yang ditemuinya di pesta waktu itu. Mereka tidak sengaja bertemu lagi saat Aileen sedang berjalan-jalan santai di sekitar mansion. Tentunya dengan beberapa bodyguard yang mengawasinya dari jauh.
Setelah perdebatan singkat antara keduanya soal ucapan terima kasih yang belum selesai malam itu, Aileen akhirnya memutuskan untuk mentraktir makan pria itu sebagai ucapan terima kasihnya. Agar pria bernama Alex itu berhenti mengusiknya lagi. Namun siapa sangka, percakapan mereka malah berlanjut dan membuat mereka semakin lama berada di sana. Alex tidak terlalu buruk. Pria itu cukup ramah walaupun agak menyebalkan.
"Jadi kau masih belum berubah pikiran untuk memberi tahuku apa yang terjadi malam itu?" Alex masih mencoba memancing agar Aileen menceritakan padanya tentang apa yang terjadi di malam pesta itu hingga membuat wanita itu menangis dan kacau.
Aileen tertawa singkat. Sangat cantik. Alex bahkan sampai berhenti mengunyah makanannya melihat senyuman itu.
"Tidak akan," ucap Aileen sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke seberang meja dan mengedipkan sebelah matanya singkat. Tawa wanita itu mengudara saat melihat rona merah halus menjalari rahang tegas pria di depannya itu. Sangat menyenangkan menggoda Alex begitu.
"Aku tidak akan pernah mengatakan alasanku menangis waktu itu. Terlalu menyedihkan." Lebih tepatnya aku tidak ingin dikasihani, lanjut wanita itu membatin.
Celetukan Aileen membuat Alex mengerjap tersadar. Pria itu mengusap pipinya canggung.
"Kenapa?"
"Sudah kubilang itu rahasia." Lagi-lagi Aileen tertawa. Tawa yang tanpa disadari oleh wanita itu sudah membuat pria di depannya semakin jatuh ke dalam pesonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER'S
Fantasy[Terbit: Tersedia di Shopee: NAWALARA_STORE / OREI'S STORE] Kematian nyatanya bukanlah akhir. Itu adalah titik awal untuk kehidupan baru Aileen. Kematian menjemput Aileen lewat tangan suaminya sendiri karena kegilaannya di masa lalu. Obsesinya unt...