Kicau burung mengiringi udara pagi yang menyejukkan, hari ini sangat mendebarkan bagi para pasukan Lachlan. Lapangan dengan karpet hijau yang membentang itu kini dipenuhi oleh seluruh prajurit, suara ricuh kini sampai ke telinga salah satu prajurit muda yang baru saja datang bersama rekannya.
"Jangan panik kawan, aku yakin kau bisa menjadi salah satu yang terpilih" ucap sang rekan sembari merangkul pundak prajurit muda itu.
"Hais, diamlah Mario," ia melepaskan rangkulan rekannya itu dengan kasar "kau membuatku risih"
Pemuda yang bernama Mario itu tertawa lepas mendengar penuturan rekannya itu "Kakak ku yang baik hati, seharusnya kau ini bersikap baik padaku. Tega sekali kau, apa kau tidak mengasihani tuan tampan ini?" ucapnya setelah tawanya mereda sembari tangan kanannya memegang dada sebelah kiri dengan dramatis. Ya Mario memang lebih muda 1 tahun dari prajurit muda itu.
Ia mendengus mendengar penuturan rekannya itu "Apa peduliku, anak--" Belum sempat dia melanjutkan ucapannya, terdengar sautan menggema yang dituturkan salah satu pimpinan mereka.
"Perhatian semuanya, Jendral perang Argyris Faolan telah tiba."
"Para prajurit dan kesatria hari ini akan ku umumkan siapa saja yang akan menjadi bagian dari pejuang pertahanan Targaryen." Setelah ucapan sang jenderal, suasana kembali ricuh karena para prajurit yang saling melempar tanya dan memberikan penuturan penuh kesombongan dan keyakinan bahwa dirinya akan menjadi salah satunya.
Satu-persatu nama mereka dipanggil, dan yang terpanggil segera memisahkan diri dengan membuat barisan baru di sebelah barat. Pemakaian tanda pengenal tentu sangat memudahkan mereka mengenali satu sama lain.
------- ⚔ -------
"Untuk kalian yang telah terpilih menjadi bagian dari pejuang pertahanan Targaryen saya ucapkan selamat, dan untuk yang belum terpilih. Teruslah semangat berlatih, saya yakin dimasa depan nanti kalian akan menjadi prajurit yang hebat." Argyris berucap kemudian turun dari mimbar "kalian bisa beristirahat hari ini, jangan lupa untuk mempersiapkan keperluan kalian, saya pergi dahulu terimakasih."
Pasukan terpilih menimpalinya dengan menganggukkan kepala dan membungkuk hormat. Senyum mereka mengembang, terlampau senang karena menjadi yang terpilih, namun di sisi lain hati mereka merasa gundah karena memikirkan bagaimana kepulangan mereka nantinya. Termasuk Mario pemuda itu sangat amat senang karena bisa menjadi salah satu dari banyaknya prajurit yang terpilih. Matanya tak berhenti menelusuri sekitar, kepalanya celingukan mencari seseorang.
Tidak mungkin kan kakak kecil ku itu tidak menjadi bagian dari pasukan ini? Di mana dia sekarang? Dirinya benar-benar dibuat bingung, ia sangat tahu rekannya itu mempunyai kemampuan yang luar biasa walaupun usianya yang masih terlampau muda.
Sedangkan prajurit yang lain membubarkan diri dengan perasaan sedih dan kecewa karena tidak menjadi bagian dari mereka. Termasuk prajurit muda itu, ia pun merasa bahwa dirinya telah gagal mengambil kesempatan ini.
Prajurit muda itu menatap sendu pasukan terpilih "Aku ... gagal ya paman?" ucapnya sembari tersenyum kecut dan berlalu dari sana.
------- ⚔ -------
Kini ia berjalan tak tentu arah dan melamun sepanjang jalan. Sebenarnya ini sangat berbahaya bagi dirinya karena kewaspadaannya yang menurun, namun ia tetap tak bisa fokus. Walaupun wajahnya terlihat datar namun binar matanya yang redup menjelaskan semuanya.
Dimana ini? Apakah sejauh itu aku berjalan. Sejak kapan aku sampai sini? Gumamnya penuh selidik, ia tak menyadari langkah kakinya membawanya ke taman belakang istana yang bersebelahan langsung dengan Istal.
"Kau mau kemana?"
# Istal atau ari[1] adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan kuda (kandang) dan sebagai tempat kuda beraktivitas seperti makan dan tidur.
Kira-kira kakak kecil sekaligus rekan dari Mario itu siapa yah?
Yang jelas dia adalah prajurit muda (。•̀ᴗ-)✧
Ouh iya, lama tidak berjumpa semuanya. Semoga ini mengobati rasa rindu kalian dan penasaran kalian ᕦ⊙෴⊙ᕤ
YOU ARE READING
The Red Rose Knight
Historical FictionMedan perang yang dulu hanya ia dengar dari cerita sang kakak, kini telah menjadi teman yang selalu ia temui. Pedang yang dahulu ia kagumi telah ada dalam genggamannya, mimpi itu telah menjadi nyata, menjadi kesatria walau berbeda. Ini bukan hany...