Bab 42

1.7K 225 49
                                    

Typo*

Vote komen ( follow)
Balik lagi bareng ian ngaret, yang kalok mau up kudu dramatis dulu ;)

Btw, bosennya di pending dulu. Tunggu End dulu, baru bosen. Oke? Okelah.... ;)

*
*

Setelah panggilan darurat yang di lakukan oleh bawahan Taesook, polisi mulai berdatangan dengan cepat. Garis pembatas kuning, bahkan terpampang jelas menghiasi tempat kejadian.

Taesook di minta keterangan nya oleh para polisi. Di tanyai ini dan itu, lalu kesaksiannya dari para penjaga juga Shotaro.

Shotaro nampak pucat pasi dengan tubuh yang bergetar. Ia menjadi takut karena beberapa hal.

Entah mengapa ini seperti tanda pengingat tak kasat mata baginya. Sesuatu tengah menatapnya dari kejauhan, Shotaro yakin akan hal itu.

"Aku... Aku tidak tau. Dia tiba-tiba saja di tembak, lalu seperti itu. Aku benar-benar tidak tau." Shotaro menggeleng pelan

Rasa shock nya masih terlihat karena kejadian itu.

Bahkan matanya sering kali meliar kesana kemari, melihat setiap sudut yang membuatnya merasa di awasi.

"Ini benar-benar sebuah gangguan. Mereka meneror kediaman ku, bahkan melakukan sesuatu di luar batas untuk mengancam keberadaan ku." Tukas Taesook menjelaskan.

Tentu dewan satu ini tidak akan memberikan penjelasan pasti tentang masalah ini. Sebisa mungkin, pria berkepala lima itu menutup semua kemungkinan di balik kedok busuk miliknya.

Taesook sengaja mengabari polisi, agar hal ini bisa di berita kan, dan bisa menjadi dalih untuk dirinya di kemudian hari.

Pihak polisi lalu mencatat setiap keterangan yang Taesook berikan. Pada akhirnya, tubuh tak bernyawa itu di bawa untuk segera di autopsi oleh pihak berwajib.

di tempat yang berbeda, tiga pemuda kini duduk sambil saling menatap satu sama lain.

mereka saling berhadapan, tanpa mau mengucapkan satu patah kata pun. rasa enggan dan malas, terlihat begitu jelas menghiasi wajah 2 pemuda di antara ketiga nya..

Hingga pada menit berikutnya, pemuda yang duduk pada sofa single mengeluarkan sebuah pertanyaan.

"bagaimana dengan ibu mu?" tanya nya

"apa urusan mu dengan itu?." jawaban enggan dengan nada malas itu keluar dari balik bibir remaja yang sebelumnya di tanyai.

"kau masih belum berubah ternyata." kekeh pemuda itu kembali.

"apa yang kau harapkan? setelah menembak ku seperti itu, kau pikir aku akan berubah pikiran? aku akan tetap menghancurkan kalian." sarkas remja itu dengan berani.

"dasar keras kepala. kau bahkan tidak bisa melarikan diri, tapi masih ingin menghancurkan kami?" pemuda itu menjeda kalimatnya sejenak. ia lalu terkekeh ringan, sambil menatap remaja di depannya dengan remeh "lakukan, jika kau memang bisa." lanjutnya.

remaja itu mendelik sinis "sialan." ungkap nya, lalu berdiri untuk melangkah pergi.

"mau kemana? bukankah kau seharusnya istirahat? kau baru saja sampai disini." itu ujaran pemuda lainnya yang sejak tadi terdiam hanya memperhatikan.

"bukan urusanmu." balas remaja itu, lantas terus melangkah kan tungkainya hingga hilang dari balik pintu.

"jangan terlalu keras padanya Tae." ungkap pemuda itu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi Take It : Hae/Cal (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang