- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karel tiba di rumah tepat jam empat sore. Ia mampir ke masjid dekat kampus untuk shalat ashar setelah bicara dengan Ailin, barulah setelah itu ia segera pulang ke rumah. Ziva dan Raja sedang duduk-duduk di taman belakang rumah bersama Batagor dan Ketoprak. Mereka baru saja pulang kerja siang tadi, sehingga kini sedang menikmati waktu bersantai.
Lemari pakaian langsung dibuka setelah Karel tiba di kamarnya. Ia mengambil baju bersih, lalu segera meraih handuk dan pergi ke kamar mandi. Ia akan mandi lebih dulu, sebelum bertemu dengan Ruby untuk membahas soal permasalahan sahabat Ailin. Karel belum mendapat firasat apa pun, namun perasaanya agak terganggu setelah mendengar soal korban yang terus dikejar oleh makhluk halus melalui mimpinya. Karel merasa tidak bisa mengabaikan itu, karena tahu bagaimana tersiksanya korban meski si korban sudah sering melihat makhluk halus sejak masih kecil.
Ziva dan Raja melihat Karel turun dari lantai atas, ketika Ziva baru saja akan pergi ke dapur untuk memasak makan malam. Karel tersenyum ke arah mereka, dengan kondisi yang sudah siap untuk pergi lagi.
"Kamu mau ke mana, Nak? Kok sudah siap-siap seperti itu?" tanya Raja.
"Aku mau ke rumah Ruby, Yah. Ada hal yang harus aku bicarakan dengan Ruby mengenai pekerjaan," jawab Karel.
Pemuda itu mendekat pada Ibunya dan memberikan kecupan di pipi. Ia kemudian mencium punggung tangan Ziva dan Raja, karena harus segera pergi sebelum waktu maghrib tiba.
"Kamu akan shalat maghrib di masjid dekat rumah Om Alwan?" tanya Ziva.
"Iya, Bu. Insya Allah aku akan shalat di sana. Nanti aku pasti ketemu sama Om Alwan dan Om Alwan pasti akan melapor pada Ibu," jawab Karel, sambil memainkan kedua alisnya dengan wajah penuh senyuman.
Ziva langsung berupaya menahan senyumnya saat melihat wajah Karel saat itu. Ia langsung teringat dengan tingkah Raja, ketika kelakuan jahil suaminya itu sedang kumat. Karel jelas selalu tahu bagaimana cara membuat Ziva tersenyum atau tertawa. Dia hanya perlu melakukan yang sering Raja lakukan, agar perasaan Ziva selalu terhibur.
"Ya sudah, kalau begitu pergilah. Hati-hati di jalan, ya, Nak. Jangan ngebut saat mengemudi," pesan Ziva.
"Iya, Bu. Insya Allah aku tidak akan ngebut saat mengemudi," janji Karel.
"Dan kalau kamu ketemu Om Alwan, jangan lupa beri tahu cara mengadapi calon menantu. Ya ... siapa tahu Iqbal mendadak datang ke hadapannya dan Om Alwan belum siap, 'kan. Jadi kita harus sering-sering mengingatkan Om Alwan ...."
"Berangkat saja, Nak. Jangan dengarkan Ayahmu yang memang hobi sekali menjahili Om Alwan," saran Ziva, sengaja memotong ucapan Raja.
Karel tertawa lepas saat melihat wajah Ayahnya yang kini mendadak tertekuk. Ia tahu betul kalau Raja akan langsung merajuk pada Ziva, ketika dirinya sudah pergi dari rumah.
"Aku pergi dulu, Yah ... Bu ... assalamu'alaikum," pamit Karel.
"Wa'alaikumsalam," sahut Raja dan Ziva.
Karel bergegas mengendarai mobilnya menuju rumah Ruby. Ia sudah mengabari lewat WhatsApp, bahwa dirinya akan datang ke rumah gadis itu untuk membicarakan sesuatu. Ruby juga sudah menyetujui pertemuan itu, sehingga kini Karel hanya perlu tiba di sana lebih cepat.
Ruby langsung membukakan pagar rumah, agar mobil milik Karel bisa parkir. Karel tiba di sana tepat pukul lima sore. Ruby mempersilakan pemuda itu duduk di kursi teras rumahnya, lalu menyajikan teh dan juga cemilan. Nadin ada di halaman rumahnya bersama Karin dan Alwan. Gadis itu sempat melambaikan tangan kepada Karel, saat melihat kalau Karel sedang mengunjungi Ruby.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan denganku, Rel? Apakah itu terkait dengan pekerjaan kita?" tanya Ruby.
Karel pun mengangguk. Pemuda itu mengeluarkan buku catatannya dan memperlihatkannya pada Ruby.
"Tadi teman sekelasku meminta waktu untuk bicara berdua setelah kuliah selesai. Dia bercerita padaku soal sahabat sekaligus Kakak iparnya, yang saat ini sedang mengalami masalah akibat dikejar-kejar makhluk halus melalui mimpi. Hal itu mengakibatkan ...."
"Tunggu, Rel. Tunggu sebentar," potong Ruby, sambil menahan senyum ketika membuka ponselnya.
Karel menunggu dengan tenang. Ruby pun langsung memperlihatkan ponselnya kepada Karel, tepat pada bagian foto yang dikirim oleh Samsul ke grup WhatsApp.
"Teman sekelas yang bercerita padamu soal perkara yang tercatat ini ... apakah gadis di dalam foto yang Samsul ambil?" tanya Ruby.
"Astaghfirullah, Samsul Kanigara! Bisa-bisanya dia menjadikan aku topik pembicaraan di dalam grup kerja!" gemas Karel.
"Jawab, Rel. Antara kamu dan teman sekelasmu itu ... benar-benar hanya teman atau lebih dari sekedar teman?" desak Ruby.
"Cuma teman, By," jawab Karel.
"Yakin? Serius cuma teman?"
Karel pun terdiam selama beberapa saat dengan wajah memerah. Ruby masih menahan-nahan tawanya, karena tahu bahwa ada hal yang belum Karel sampaikan soal gadis dalam foto itu.
"Iya ... oke ... aku akan jujur. Aku memang suka sama Ai sejak pertama kali kami bertemu di kampus. Cuma aku belum pernah mencoba mendekati dia, By. Aku enggak berani mendekat lebih tepatnya, karena dia selalu jaga jarak dari teman-teman pria di kelas kami termasuk aku. Jadi selama ini, ya ... aku cuma biasa curi-curi pandang ke arah dia dari jauh saja. Enggak lebih daripada itu. Bahkan hari ini, saat dia memberanikan diri bicara padaku pun, itu karena dia mau minta tolong agar aku membantu menangani keadaan sahabat sekaligus Kakak iparnya itu, By. Soal bagaimana perasaan dia terhadapku, aku jelas enggak tahu. Dia ... mungkin saja enggak suka padaku seperti aku suka padanya. Makanya aku enggak pernah sama sekali mencoba membicarakannya dengan siapa pun," jelas Karel, apa adanya.
Ruby pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Gadis itu akhirnya paham, tentang penyebab tidak inginnya Karel terbuka soal perasaannya terhadap Ailin. Ia merekam jawaban pemuda itu secara diam-diam, lalu mengirimnya hanya kepada Samsul.
"Oke. Mari kita bahas soal yang Ai katakan padamu dan telah kamu catat di buku ini. Jadi ... korban kita kali ini adalah orang yang bisa melihat makhluk halus, ya? Dia sudah terbiasa melihat makhluk halus sejak baru dilahirkan, karena kedua orangtuanya pun demikian. Biasanya dia tidak pernah takut saat melihat makhluk halus. Hanya saja kali ini dia merasa takut karena mendadak terus dikejar-kejar dalam mimpi setiap kali dia tidur. Korban juga sedang mengandung dan usia kandungannya saat ini adalah lima minggu. Yang tercatat di sini sudah semuanya, Rel?" Ruby ingin tahu.
"Ya. Semua yang tercatat di situ adalah keterangan yang aku dapatkan dari Ai. Kalau untuk bagaimana keadaan korban saat ini, sebaiknya kita tanyakan langsung pada Ai jika kamu tidak keberatan," saran Karel.
"Oke. Aku setuju dengan saranmu. Sebaiknya kamu yang telepon Ai atau aku?" tanya Ruby, seraya menyerahkan ponselnya pada Karel.
"Kamu saja yang telepon. Kamu adalah ketua tim, jadi kamu harus berkomunikasi langsung dengan orang yang memberikan keterangan," jawab Karel, mulai mengetik nomor telepon Ailin pada ponsel Ruby.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
PALASIK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 3 Kota Padang adalah tujuan selanjutnya. Teman sekelas Karel di kampus mendadak meminta tolong, agar sahabat--sekaligus kakak iparnya--yang sedang hamil muda segera diberi bantuan. Korban mendapat teror dari makh...