- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Malam begitu pekat. Mendung yang melingkupi angkasa sama sekali tidak menunjukkan pertanda bahwa hujan akan segera berhenti. Seorang wanita muda tidur dengan perasaan gelisah di kamarnya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, meski saat itu di luar rumah hujan masih turun begitu deras. Seakan hawa yang ia rasakan sama sekali tidak terasa sejuk meski hanya sedikit. Wanita muda itu tanpa sadar memegangi perutnya di tengah rasa gelisah yang ia alami. Kedua matanya terus terpejam. Nafasnya terengah-engah, seperti sedang dikejar-kejar oleh sesuatu. Dalam mimpinya, ia berharap bisa segera menemukan jalan agar bisa terbebas dari yang sedang memburunya malam itu.
"Zyana? Zya? Bangun, Zya? Bangun."
Seseorang akhirnya mengguncang tubuh wanita itu, setelah merasakan bahwa ada yang tidak beres. Kedua mata wanita itu akhirnya terbuka dan tatapannya tertuju penuh ketakutan pada orang yang membangunkannya.
"Zya? Ada apa? Kamu mimpi buruk?"
"Kak Dani. Kak ... ada makhluk halus yang mengejarku, Kak. Ada makhluk halus yang mengejarku," jawab Zyana.
Dani hanya mengerenyitkan kening dan membiarkan Zyana menangis setelah mendengar jawaban itu. Zyana benar-benar ketakutan. Perasaan takut itu membuatnya terpaksa mengadu kepada suaminya. Padahal setiap hari sejak baru dilahirkan, ia sudah bisa melihat makhluk halus dan seharusnya ia tidak perlu merasa takut.
"Tumben sekali kamu merasa takut. Bukankah, kamu sudah biasa melihat makhluk halus selama ini?" tanya Dani, pelan-pelan.
"Kakak benar, seharusnya aku enggak merasa takut karena sudah biasa melihat makhluk halus sejak kecil. Tapi masalahnya, kali ini sepertinya ada yang berbeda, Kak. Makhluk itu mengejarku tanpa mau berhenti. Dia ... seakan dia sedang mengincar sesuatu dariku, Kak. Aku takut. Aku takut saat dia muncul, Kak," jawab Zyana.
Dani pun menepuk-nepuk pundak Zyana seperti biasa. Ia memutar bola mata saat Zyana sedang tidak melihat ke arahnya. Ia berusaha menenangkan Zyana agar perasaannya kembali membaik, meski ia melakukan itu bukan karena ingin memberinya perhatian. Selama ini yang ia tahu, Zyana bukan anak manja. Meski Zyana adalah anak tunggal dalam keluarganya, Zyana selalu mandiri dan sama sekali tidak pernah bersikap manja. Maka dari itulah Dani memilihnya untuk dijadikan istri. Jadi saat Zyana menangis begitu lama, Dani jelas merasa jika hal itu sangatlah merepotkan. Ia jadi kehilangan waktu tidur dan kini ditambah harus berusaha menenangkan wanita itu.
"Apakah kamu melihat wujud makhluk halus yang mengejarmu?" Dani pura-pura ingin tahu.
"Enggak, Kak. Aku enggak lihat jelas wujud makhluk itu. Yang aku tahu, aku terus dikejar olehnya dalam mimpi. Meski aku berbalik beberapa kali saat sedang berlari di dalam mimpiku, aku tetap tidak bisa melihat wujudnya. Hal itu yang membuatku putus asa saat dikejar, Kak, terlebih aku juga enggak bisa menemukan jalan keluar saat dia mengejar," ungkap Zyana, yang tangisannya belum juga berhenti.
Dani kembali memutar bola matanya. Kini ia berpikir, kalau Zyana sengaja membuat-buat tingkah dan mengarang cerita soal mimpi buruknya, agar bisa bermanja-manja. Ia mulai merasa sedikit muak, namun tetap harus terlihat peduli agar Zyana tidak berpikiran macam-macam.
"Kalau Kakak tadi enggak cepat membangunkan aku, maka aku enggak tahu apa yang akan terjadi. Aku benar-benar putus asa di dalam mimpiku sendiri, Kak. Aku benar-benar ketakutan dan ini adalah pertama kalinya aku merasa takut seperti tadi."
"Mana mungkin aku enggak membangunkan kamu? Tidurmu gelisah sekali dan nafasmu juga terdengar memburu. Sudah jelas aku pasti akan bangun dan memeriksa keadaanmu. Dan kalau memang aku merasa ada yang tidak beres, aku akan selalu membangunkan kamu seperti tadi. Ya ... meskipun sekarang aku jadinya harus begadang dan akan sulit kembali tidur."
Zyana berupaya menghentikan tangisnya, meski perasaannya masih belum membaik.
"Sudah, ya. Sekarang tenangkan dulu dirimu. Istighfar saja banyak-banyak seperti biasanya," tuntun Dani.
Zyana pun mengangguk. Ia mulai beristighfar meski sangat lirih. Ia berusaha membuat diri dan hatinya tenang, seraya mengusap lembut perutnya yang masih rata. Dani terus memerhatikannya. Ia akhirnya ikut mengusap perut Zyana, karena saat ini Zyana memang sedang mengandung dengan usia kandungan yang masih sangat muda.
"Mau telepon Ayah dan Ibu?" tawar Dani.
Zyana pun menatap wajah Dani yang saat itu tengah menatap ke arahnya. Dani langsung berupaya tersenyum, agar Zyana tidak merasa tawarannya barusan hanyalah tawaran basa-basi. Ia juga segera mengusap sisa-sisa airmata yang masih membasahi pipi Zyana, agar Zyana tidak mengadu kalau dirinya kurang diperhatikan oleh Dani selama mereka berumahtangga.
"Memangnya boleh, Kak?" Zyana ingin memastikan.
"Iya. Tentu saja boleh. Bahkan kalau kamu mau mengundang Ayah dan Ibu agar datang ke sini, pun, aku tidak akan melarang. Kamu 'kan sedang hamil muda. Kamu jelas butuh ditemani dan juga didukung oleh banyak orang di sekelilingmu. Jadi tentu saja aku akan memenuhi semua itu, agar kamu tidak merasa sendirian."
Senyum di wajah Zyana pun terbit, meski belum terlihat secerah biasanya. Zyana akhirnya menelepon kedua orangtuanya dan menceritakan soal mimpinya serta rasa takut yang ia alami. Malam itu juga, kedua orangtua Zyana datang ke sana. Ketika mereka tiba, Dani yang menyambut mereka karena Zyana sudah kembali tertidur di sofa ruang tengah.
"Zya ketiduran, Nak? Apakah tadi kami terlalu lama di jalan, ya?" pikir Diana, setelah bertanya pada menantunya.
"Tapi Ayah yakin, kalau tadi Ayah sudah mengemudi cukup cepat agar kita bisa segera sampai di sini," sahut Zuna, seraya mendekat ke sofa ruang tengah.
Zyana benar-benar sudah kembali terlelap, ketika Zuna dan Diana memeriksa keadaannya. Suhu tubuh Zyana normal dan wajahnya tidak tampak pucat. Hanya saja, Zyana kini terlihat kembali berkeringat begitu banyak seperti tadi saat Dani akan membangunkannya dari mimpi buruk.
"Zya berkeringat dingin lagi, Bu. Sama seperti tadi, saat dia mimpi buruk soal makhluk halus yang mengejarnya," ujar Dani, seraya memperlihatkan wajah khawatir.
Dani sadar kalau dirinya harus kembali bersandiwara menjadi suami yang baik, ketika mertua atau orangtuanya datang. Ia tidak boleh ketahuan sering bersikap dingin pada Zyana, karena itu akan mengacaukan banyak hal.
"Ya Allah! Kok bisa, ya? Apakah Zya cerita sama kamu, makhluk apa yang mengejar dia di dalam mimpi?" tanya Zuna.
"Zya bilang, dirinya enggak bisa melihat jelas wujud makhluk halus yang mengejarnya, Yah. Makanya Zya merasa ketakutan sekali, saat akhirnya aku membangunkan dia dari tidurnya," jawab Dani, apa adanya.
Diana pun menatap ke arah Zuna, karena dirinya sudah merasa terlalu cemas dan sulit untuk menenangkan diri.
"Mau coba telepon Reza dan Lia, Yah?" saran Diana.
"Apakah menurut Ibu kita enggak bisa menangani perkara ini bertiga saja dengan Dani?" Zuna meminta pertimbangan lebih dulu.
"Takutnya terjadi sesuatu yang buruk pada Zya dan calon cucu kita, Yah. Bagaimana pun, Reza dan Lia adalah mertua Zya. Jadi mereka jelas harus tahu jika sesuatu sedang terjadi pada Zya, Yah."
Zyana mulai kembali terlihat gelisah. Tangannya kembali memegangi perut dan nafasnya kembali terengah-engah seperti tadi. Dani langsung menunjukkan wajah panik, begitu pula dengan Diana dan Zuna.
"Zya! Sayang! Bangun, Sayang! Bangun!" panggil Dani, seraya menepuk-nepuk pipi Zyana dengan lembut.
"Zya! Nak ... bangun, Nak! Ayo bangun, Sayang!" Zuna ikut mencoba.
"Zya! Zyana! Nak ... ini Ibu, Nak. Ayo bangun. Zyana! Zyana Adiwilaga ayo bangun!" panggil Diana, jauh lebih keras dari suara Dani dan Zuna.
Kedua mata Zyana pun kembali terbuka. Nafasnya benar-benar naik-turun tidak menentu. Ia segera memeluk Diana erat-erat, sesaat setelah mendengar suaranya yang memanggil begitu keras.
"Ibu!!!" Zyana histeris.
"Iya, Sayang. Iya, Nak. Ini Ibu. Ini Ibu, Sayang. Ibu di sini. Jangan takut lagi, ya. Jangan takut," bujuk Diana, sambil mendekap erat putri kesayangannya.
"Tolong aku, Bu. Tolong jauhkan aku dari makhluk itu, Bu. Tolong," mohon Zyana, tanpa bisa dipahami oleh siapa pun.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
PALASIK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 3 Kota Padang adalah tujuan selanjutnya. Teman sekelas Karel di kampus mendadak meminta tolong, agar sahabat--sekaligus kakak iparnya--yang sedang hamil muda segera diberi bantuan. Korban mendapat teror dari makh...