21

403 90 17
                                    

Enjoy and happy reading~

.
.
.

Pertanyaan Wei Wuxian yang to do point membuat Lan Xichen terpaku. Hanya saja dirinya tidak pernah mengira bahwa sosok yang selama ini selalu terlihat bersama adiknya kini tiba-tiba muncul dihadapannya dan langsung menodongnya di tempat tanpa basa basi.

"Kau selalu mengawasi Lan Zhan diam-diam, kan? Saat di rumah sakit, di sekolah, bahkan aku sering melihatmu mengikuti kami saat menghabiskan waktu di luar. Sebenarnya apa maumu? Apa kau punya niat jahat pada Lan Zhan?"

Tidak ada kesan ramah baik dalam intonasi maupun ekspresi pemuda dihadapannya. Sorot matanya yang tajam seakan mengintimidasi Lan Xichen agar menjawab rentetan pertanyannya sesegera mungkin.

Itu sangat berbeda dengan sosoknya yang selalu terlihat ceria ketika berada disamping Wangji.

"Kau menyadarinya?"

Wei Wuxian mendengus, "Tentu saja."

"Apa kau menyinggung masalah ini pada Wangji?"

"Kau mau mendengar jawaban yang seperti apa?"

Pertanyaan balik Wei Wuxian membuat Lan Xichen tanpa sadar terkekeh.

Ia terkejut tentu saja, dengan sikap sengak yang ditunjukan oleh Wei Wuxian. Tapi lebih dari itu, Xichen pikir bahwa pemuda didepannya ini sangat menarik.

Xichen kira selama ini dirinya selalu berhati-hati, tapi ternyata anak ini memiliki insting yang cukup tajam sampai Xichen sendiri tidak sadar bahwa selama ini kehadirannya selalu dirasakan oleh pemuda dihadapannya. Belum lagi tatapan intimidasi dan cara bicaranya yang tajam. Dia penasaran bagaimana bisa adiknya yang pendiam dan berbudi luhur bisa berakhir bersama orang ini.

"Sepertinya kalian memiliki hubungan yang cukup dekat ya."

"Itu tidak menjawab apapun dari pertanyaan ku sebelumnya."

Keras kepala, satu penilaian Xichen untuk pemuda dihadapannya.

"Dan kau juga belum menjawab pertanyaan ku." Tuturnya diakhiri dengan senyum simpul.

Wei Wuxian, meski wajahnya seperti tak menunjukan reaksi apapun terhadap sikap menjengkelkan Lan Xichen, tapi kepalan tangan yang bersembunyi di bawah meja tidak bisa berbohong. Ia tengah menyusun kalimat makian paling sadis dalam hatinya untuk disemburkan pada pria menyebalkan ini.

Pada akhirnya pemuda itu mengulas senyum tipis serupa milik Lan Xichen, "My bad, bertanya pada seorang penguntit sepertimu sepertinya memang pilihan yang bodoh." Ucapnya dengan hasrat mengejek menggebu-gebu. Terbukti dengan senyuman Lan Xichen yang tiba-tiba lenyap, tergantikan dengan kerutan dalam di dahinya. Namun Wei Wuxian tidak berhenti sampai disitu, dengan kurang ajar ia merebut cangkir milik Xichen lalu meneguk habis isinya hingga tandas.

"Keeeh, tidak heran kenapa kau menyukai cairan menjijikan seperti ini." Ujarnya sambil mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari, jarinya mendorong kembali cangkir yang telah kosong kehadapan Lan Xichen sambil mencondongkan tubuhnya mendekat, "Selera dan Kepribadianmu sama-sama mengerikan." Bisiknya diakhiri seringai mencemooh.

Wei Wuxian berdiri, "Bagaimanapun, jika aku melihatmu menguntit Lan Zhan lagi akan ku pastikan isi cangkirmu selanjutnya bukan lagi kopi. Tapi air comberan."

Selesai mengatakan itu Wei Wuxian kembali ke mejanya untuk mengambil belanjaan kemudian keluar dari kedai setelah memberi peringatan terakhir pada Lan Xichen yang masih terpaku ditempat.

Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dirinya alami.

Baru saja, ia diancam oleh seorang bocah ingusan? Wah, Lan Xichen mengira jika yang barusan itu hanya khayalannya saja.

Boy Meet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang