Bab 12

19.9K 2.3K 239
                                    

Bitha girang akhirnya Galen mengajaknya ke rumah Tante Lala. Seperti biasa, selama di mobil mulutnya tak berhenti menyanyikan lagu yang terputar di dalam mobil. Ketika lagu baru dari Bruno Mars dan Lady Gaga yang terdengar, Bitha bernyanyi dengan semangat.

Wherever you go, that's where I'll follow
Nobody's promised tomorrow
So I'ma love you every night like it's the last night
Like it's the last night

If the world was ending
I'd wanna be next to you
If the party was over
And our time on Earth was through
I'd wanna hold you just for a while
And die with a smile
If the world was ending
I'd wanna be next to you

Galen merasa di lagu Die With a Smile, Bitha bernyanyi sambil beberapa kali melihat ke arahnya. Saat mendengar baik-baik lirik lagu yang dinyanyikan Bitha, berhasil membuatnya tersenyum kecil.

''Aku suka deh sama lagu ini. Dari pertama lagu ini keluar, aku udah langsung suka," beritahu Bitha dengan senyum lebar. "Lagu ini kalo didengarin waktu lagi galau, pasti sakit banget. Tapi kalo didengarin waktu fall in love, pasti romantis banget," lanjutnya.

"Jadi, kamu nyanyi ini dalam keadaan galau atau fall in love?"

"Nggak dalam keadaan apa-apa. Aku udah nggak galau, dan aku juga nggak lagi fall in love. Aku nyanyi karena suka sama lagunya."

Galen kembali fokus dengan kemudinya. Telinganya sudah menangkap suara Bitha yang mulai menyanyikan lagu lainnya. Tidak pernah ia merasa terganggu dengan suara Bitha karena memang suara itu enak didengar. Selama ini Bitha hanya bernyanyi ketika di mobil. Belum pernah sekali pun Galen mendengar Bitha bernyanyi saat di rumah.

"Mas, kenapa Tante Lala jarang nginap di rumahnya Mas Galen?" tanya Bitha tiba-tiba.

"Mama punya kucing. Kalo nginap di rumahku terlalu lama, katanya kasihan kucingnya nanti kesepian."

"Tante Lala lebih sayang kucing daripada Mas Galen," sahut Bitha diiringi kekehan geli.

Galen melirik Bitha tajam.

Karena mendengar kata kucing, membuat Bitha teringat sesuatu. "Astaga, aku lupa bawa masker, Mas!" serunya heboh.

Galen berdecak. "Mamaku nggak terlalu suka perawatan pakai masker kayak kamu."

Bitha langsung memukul lengan Galen dengan keras. "Bukan masker itu yang aku maksud!" serunya sebal.

"Terus masker apaan?"

"Masker buat nutup hidung sama mulut," jawab Bitha sambil mengeluarkan isi tasnya, berharap ada satu masker yang nyelip di sana. Ternyata tidak ada persediaan masker di dalam tasnya. "Aku suka kucing, tapi aku alergi sama bulunya. Jadi, kalo aku mau dekat-dekat kucing harus pakai masker dulu biar nggak bersin-bersin."

"Oalah, masker itu yang kamu maksud," sahut Galen pelan. Setelah mengingat-ingat, ia menunjuk laci dashboard. "Coba cari di situ. Biasanya aku suka taruh masker."

Bitha menuruti perkataan Galen. Begitu laci dashboard dibuka, ia menemukan satu pack masker yang belum dibuka dari plastiknya.

"Itu masker baru. Kamu boleh pakai kalo mau."

"Aku ambil dua ya, Mas," ucap Bitha meminta izin. Tangannya mengambil dua masker lalu dimasukkannya ke dalam tas.

"Terserah."

Sebelum mengembalikan sisa masker ke laci dashboard, sekilas Bitha bisa melihat sebuah undangan bewarna biru tua di sana. Kalau dilihat secara sekilas mirip seperti undangan pernikahan. Karena tidak mau lancang, ia mengembalikan sisa masker dan langsung menutup laci dashboard.

Bitha for the Beast [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang