Permainan takdir

6.7K 226 24
                                    

Part ini agak 'KERAS' dikit. Bikin gak nyaman, bisa skip aja, ya.

Target vote 150 dan komen 20, aku update lagi bab selanjutnya hari ini.

Enjoy read!


Pagi-pagi sekali, akhirnya Devan dan Janu bisa keluar dari tempat persembunyian mereka di atas bukit. Kini mereka sudah berada di dalam mobil milik Jo. Pria itu sempat menolak bujukan Janu untuk mengizinkan mereka keluar, tetapi akhirnya dia mau dengan rayuan maut Laura agar tinggal bersamanya.

Janu juga tidak mengerti, Laura mau-mau saja diminta bantuan. Walau begitu, ia sangat berterima kasih dengan Laura sehingga bisa keluar dan memastikan keadaan Narumi. Baru sehari, tetapi rindunya menggebu tak tentu arah. Janu akui, ia mulai mencintai gadis itu. Tak ingin sesuatu pun terjadi padanya.

"Ngebut, ya, Van! Lemot banget lo kek keong!" rutuk Janu pad Devan yang berkendara santai.

Pria besar di balik kemudi itu menatap aneh sahabat di sampingnya. "Jangan buru-buru, woi! Bahaya! Ntar juga sampai!" Devan menanggapi santai.

Sementara, Janu membuang pandangan. Entah kenapa hatinya tiba-tiba resah. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi di depan sana. Bukan hal baik, tetapi sebaliknya.

"Sabar, Janu! Kita juga harus cari jalan alternatif. Dan, ya, di Jakarta nanti, kita jangan pakai mobil ini dulh," ujar Devan menenangkan.

Rubicon Wrangler berwarna gelap milik Jo ini pasti sangat mencolok. Jadi, Devan akan menukar mobilnya di rumah nanti.

"Bukannya mobil lo di Gugus juga?"

"Tenang. Kita pake Avenza kaca gelap nanti. Mobil yang biasa gue pake nyamar."

Janu mengangguk saja. Dia tidak punya banyak pilihan. Tujuannya hanya satu, bisa melihat keadaan Narumi.

Di rumah Narumi, perempuan itu sudah bersiap dengan pakaian kerja. Jendra pulang beberapa saat lalu untuk membersihkan diri juga. Mereka sempat berdebat, Jendra ingin Narumi libur dulu, melihat keadaan gadis itu yang tidak baik-baik saja setelah menerima bingkisan misterius pagi buta. Namun, Narumi tidak ingin di rumah, dia harus tetap bekerja supaya pikiran bisa teralihkan.

Kini, gadis yang memakai setelan kemeja putih dan rok khaki selutut itu berada di dalam taksi online. Pandangannya menerawang jauh pada kendaraan yang tidak mau mengalah satu sama lain untuk sampai duluan ke tempat tujuan. Dia harus meminta penjelasan pada Janu. Namun, sejak kemarin nomor pria itu sudah tidak bisa dihubungi. Narumi juga menelepon ke rumah. Asisten rumah tangga bilang, Janu tidak pulang.

Khawatir, kesal, marah, benci, sedih, bercampur di hati Narumi. Mengenai mimpi-mimpinya beberapa hari terakhir pun memenuhi benak gadis itu. Sosok laki-laki yang ia yakini Ayahnya selalu muncul dengan ekspresi bengis. Tubuh Narumi tiba-tiba gemetar, saat sekelebat ingatan mampir di otaknya.

Lima belas tahun lalu, seorang gadis kecil berumur tujuh tahun meringkuk ketakutan dalam lemari. Dia menggigit bibir kuat, agar tangisnya tidak terdengar.

Di ruang tamu, kedua orang tuanya sedang bertengkar. Raina, Ibu dari gadis itu berteriak kencang pada suaminya, Bimasaki Audrian.

"Kenapa kamu rahasiakan hal sebesar ini sama aku, Mas? Kenapa? Kau anggap apa aku selama ini?" pekik Raina dengan tangisan pilu.

Dia tidak habis pikir, suaminya merahasiakan hal besar terkait pekerjaan yang dilakoni pria itu. Ya, Raina baru tahu jika suaminya memiliki bisnis di dunia hitam. Entah sebagai pembunuh bayaran, kurir narkoba, dan banyak lagi hal yang tak pernah ada dalam benak Raina.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang