DH - FOR

137 14 4
                                    

Die | Halilintar ; For, Iri Dengki.

.

.

.

.

“Mama, Papa liat deh aku tadi di sekolah juara 4!” Kata Sopan dengan penuh keceriaan.

Wahhh hebat banget anak Mama sama Papa ini, kecil–kecil udah pinter banget deh! Semangat terus ya sayang jangan sampai turun nilainya!” Ucap Vino seraya mengelus rambut Sopan.

“Mama, Papa!” Tiga pasang mata tersebut menoleh kearah anak bermata Ruby yang berlari menghampiri mereka.

“Lho, Halilintar kamu kenapa, hm? Jangan lari–larian kayak tadi ya, nanti kaloh kamu jatuh gimana?” Omel Clariska cemas.

“Heheh, aku ga bakalan jatuh kok, Ma! Aku cuman mau ngasih ini aja sama Mama, Papa,” Kata Halilintar seraya menyodorkan piagam penghargaan prestasi yang dirinya dapat disekolah.

PENGHARGAAN PERINGKAT UMUM ANGKATAN RENGKING SATU DIBERIKAN ATAS NAMA ANANDA HALILINTAR SEBASTIAN ALFAHREZI.

“Wihhh, keren banget anak Papa yang satu ini, juara umum di setiap angkatan, hebat banget! Papa bangga sama kamu!” Vino menggendong Halilintar lalu menciumi gemas pipi tembam anak pertamanya itu.

Halilintar cemberut karna Vino yang tidak berhenti menciumi dirinya. “Ihhh, Papa jangan dicium terus, Papa bau jinggog ihhh!” Rutuknya kesal.

“Hm? Bau jinggog masa sih? Perasaan Papa nafas Papa ga bau sama sekali tuh, emang kamu pikir Papa ga sikat gigi apa, hm?” Tanya Vino seraya mencubit pipi Halilintar.

“Ihhhh Papa jangan dicubit sakit tauu! Mama liat Papa nih main cubit pipi aku aja!” Halilintar mengembung pipinya kesal.

Utututut, jangan ngambek donggg nanti ilang lagi pipi bakpao nyaaa,” Goda Clariska dengan jahilnya dirinya juga ikutan mencubiti pipi Halilintar kecil.

“Mama ihhh!” Ngambek Halilintar sementara itu Clariska dan Vino hanya mampu tertawa kecil melihat Halilintar yang sudah ngambek dibuat ulah mereka tadi.

Sementara itu, Sopan hanya terdiam menyaksikan orang tua angkatnya yang mengabaikan dirinya semenjak Halilintar datang.

Anak itu cemburu. Ntah mengapa dirinya tidak suka melihat kedua orang tuanya terlalu perhatian pada Halilintar.

Ihhh kenapa sih Mama sama Papa malah sayang banget sama Halilintar? Perasaan masih gemesnya juga aku, dari pada Halilintar, Halilintar tuh cuman caper aja sama Mama Papa, aku benci dia!

Juara satu aja pamer huh! Mana tingkah Mama sama Papa beda lagi pas sama aku aja beda apalagi sama Halilintar, cemberut Sopan.

.
.
.
.

Ceklek

“Lho, Rezi kamu belum tidur, hm?”

“Belum, Ma, aku ga bisa tidur,” Ucap Halilintar. Clariska pun akhirnya berjalan mendekati Halilintar dan duduk disampingnya.

“Sini, tidur di paha Mama aja,” Titah Clariska, tanpa menolak sedikit pun Halilintar langsung membaringkan dirinya ke paha Clariska. Clariska sendiri tersenyum dan mengelus surai anaknya itu.

“Kamu tadi minum kopi ya?” Tebal Clariska.

“Eh? Kok Mama tau sih?” Tanya Halilintar bingung.

“Ya tau lah, kan Solar tadi bilang sama Mama. Pantes sih kamu ga bisa tidur orang kamunya aja minum kopi. Mama kan udah sering bilang jangan minum kopi malem–malem nanti ga bisa tidur lho kamu,”

“Enggak papa, Ma, enak aja lhoo lagian aku emang ga bisa tidur juga akhir–akhir ini,”

“Hm? Kenapa ada yang lagi kamu pikirin?”

“Ga ada sih, Ma, cuman ya emang ga bisa tidur aja,”

“Yaudah sekarang kamu bobo gih biar Mama elus rambut kamu sampai tidur, kaloh perlu Mama nyanyiin deh kamu,”

“Oke, Ma, tapi Papa gimana? Ga papa apa Papa sendirian di kamar?” Tanya Halilintar.

“Enggak lah, Papa kamu lagi di kamar Thorn. Thorn tadi minta dibacain dongeng sebelum tidur. Mama kan bosen di kamar terus sendirian jadi jalan–jalan aja disekitar kamar kalian, eh taunya ngeliat lampu kamar kamu masih nyala, eh ternyata kamunya belum tidur mangkanya Mama kesini, udah–udah ga perlu cerita lagi tidur gih sana,” Titah Clariska membuat Halilintar mengangguk dan menajamkan matanya.

“Tidurlah.. anak ku sayang rembulan akan selalu mendampingi mu... Bawalah pergi mata mu... Kedalam dunia mimpi yang begitu indah....” Clariska bernyanyi dengan merdu, sementara itu Halilintar hanya mampu menikmati seluruh belaian dari Ibunya.

Hangat dan menyenangkan. Halilintar tidak bohong akan hal itu. Lama–kelamaan akhirnya Halilintar pun mampu tertidur.

“Selamat malam, Pangeran manis,” Ucapnya, seraya mencium kening Halilintar.

Sementara itu, diluar sana ada seorang anak kecil yang sedari tadi melihat aksi Clariska dan Halilintar secara diam.

Tangan anak kecil itu mengepal erat. Dia benci melihat Halilintar yang selalu saja mendapatkan perhatian lebih darinya.

“Lagi, lagi Halilintar, sialan emang,” Katanya termakan api cemburu.

–DH–

"Eh, eh liat tuh dia udah dateng,"

"Ihhhh ga tau malu banget ya dia?"

"Kenapa lagi tuh anak? Perasaan ada aja acara capernya yang bikin heboh satu sekolah?"

"Itu lhoo, katanya kemarin dia hampir bikin nyawa Mama nya menghilang cuy!"

"Lha?! Di apaan in lagi nyokapnya?! Bukannya nyokap nya dia masih belum sadar dari komanya?"

"Iya, tapi dia sengaja gitu nyabutin semua alat pernapasan dari tubuh Mama nya, sampai–sampai gue denger nih ya kondisi Mamanya makin ngedrop parah cok!"

"Wah gila sih! Ga tau diri banget jadi anak,"

"Iya kan? Seharusnya dia yang ada disitu bukannya emaknya,"

"Iya anjir gue malah kasian sama emaknya, mana tampang dia kayak ga ada rasa bersalah gitu,"

"Namanya juga penjahat mana mungkin ada belas kasihannya wkwk,"

Suara gelak tawa, canda, bahkan gosipan yang tidak benar tentang dirinya makin lama makin terdengar disepanjang Halilintar berjalan melewati koridor sekolah nya.

Namun, Halilintar tidak ambil pusing untuk hal itu. Toh juga, Tuhan tahu kok siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang munafik, siapa penjahatnya, dan siapa korbannya.

Halilintar terus–menerus berjalan melewati ribuan orang yang menatap nya dari kelas ke kelas, hingga akhirnya dirinya sampai di kelasnya, yaitu kelas 10.2.

Sesampainya dikelas dia diberi pandangan dengan adik–adiknya yang menatap dirinya sengit.

"Puas lo?"

–BERSAMBUNG–

audah gajeee semoga aja kalian suka yaaaa jangan lupa Vote komen follow share awas aja kaloh enggak aku gigit nih!

@AqueeneIntan.

Die | HalilintarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang