16. Latihan yang gagal.

9.1K 1K 78
                                    

Halooo!

Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca.

Terimakasih.

.
.
.
.

Mata bulat Emilo melotot lucu, pipinya yang lumer dan tumpah juga terlihat menggembung seperti bakpao isi daging. "Milo mau ikut kak Pandel latihan pokokna!" tangan penuh lemaknya Emilo lipat di depan dada, bayi gendut itu terlihat sedang merajuk.

"Sudah ayah katakan tidak berarti yah tidak." Alaric berpose malas sembari menatap satu-satunya balita di hadapannya.

"Kenapa? Kan Milo cudah minta ijin cama ayah." Emilo menatap sang ayah dengan raut cemberutnya yang lucu tatapannya seolah bertanya menuntut penjelasan. Latihan fisik itu baik untuk tubuh kenapa sang ayah melarang?

"Kemarinkan putra ayah sudah menghabisi semua orang dewasa sendirian. Apa Emilo masih ingin latihan lagi? Ayah tidak akan mengijinkan. Bagaimana jika saat latihan kau terluka?" Alaric terlihat tidak yakin akan perkataannya, Emilo putra bungsunya itu sangat kuat mustahil sekali bisa di tumbangkan.

Kaisar tampan Alaric nyatanya hanya sedang mencoba mengarang cerita agar putranya berhenti dengan keinginannya. Bisa gawat jika semua kesatrianya babak belur. Bagaimana nanti jika ada perang mendadak, Alaric tak akan punya pasukan karena semuanya telah di pukuli oleh sang anak.

"Ayah cepenuhna calah Milo tidak akan telluka, Milo janji jali kelingking kalau ayah tidak pelcaya." Emilo lantas menyodorkan kelingking gendutnya pada Alaric.

"Tetapi para kesatria ayah bagaimana?"

"Makcudna?" Emilo memiringkan kepalanya tidak mengerti.

"Sayang, putra ayah akan memukul semua prajurit ayah, lalu jika semuanya sakit bila ada situasi genting kita tak akan punya pasukan."

Emilo merenung sebentar bocah gendut itu terlihat berpikir,"um Milo akan pukul pelan caja kalau gitu ayah, ni kan cuma latihan tenang caja."

Alaric merengut terlihat tidak yakin dengan hal itu,"bagaimana putra ayah akan memukul pelan? jika kau bisa menghabisi sekitar dua puluh orang kemarin demi apapun usiamu bahkan belum mencapai lima tahun." Alaric memijit kepalanya, terlihat pusing.

"Meleka olang jahat ayah, pantac kena pukul." Emilo berkata santai Alopex yang ada di atas kepala bulat si gembul hanya bisa mendengus.

"Ayah tau kau melakukannya hanya karena semua roti itu jangan mencoba berbohong pada ayah," tebak Alaric.

Emilo menggaruk pipinya, yang ayahnya katakan tidak sepenuhnya salah, Emilo memang melakukannya karena tuan roti terlalu enak untuk di lewatkan!

"Cemua loti tuh enak tau lumel di mulut. Ayah caja yang tidak cuka makanan manic." Emilo melengos ia tak mau menatap sang ayah yang seakan mengejek dirinya.

"Ayah tidak suka karena ayah tidak mau badan ayah yang kekar menjadi berlemak," sanggah Alaric dengan mimik yang cukup santai.

Emilo melotot lucu ia lantas menatap tubuhnya yang gendut dan penuh lemak. "Tunggu, Ayah ejek Milo?"

"Tidak, ayah hanya bicara pada angin."

"Memangna angin bica bicala ayah? kenapa Milo balu tau?" Emilo memandang polos Alaric.

Baby TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang